Walau semua arah mata angin melawan. Ayu harus terus berjalan dan bertahan.
Orang tuanya sudah pulang ke tanah air, lalu putranya terus diasuh oleh Om Irwan dan Tante Mirna.
Ayu harus menyibukkan diri lagi. Otaknya sudah kaku!
Waktu sudah sore. Ia pergi dari kediaman pamannya begitu lama, menyusuri kota Paris seperti wanita linglung.
Kali ini Michael Putra Prasojo tak berhasil menemukan dirinya. Ia kabur memanggil taksi agar lari dari pertemuan keluarga.
Hanya seseorang yang dirindukan olehnya, Alexander Prasetya Nugraha.
Ayu telah meninggalkan dirinya berakhir pekan di Perancis Selatan, malah bertemu ayahnya lagi di sana membuat Ayu semakin tidak betah berada di negeri ini.
Beruntung Alex sedang di sekolah ketika pertemuan keluarga yang menyesakkan tadi pagi.
Putranya tidak perlu melihat bagaimana Oma dan Opa Brotoseno yang tidak mau menerima kehadirannya.
Pertengkaran demi pertengkaran, kata-kata yang tidak patut diucapkan terus terpatri di dalam hati.
Selalu ada hal mengecewakan jika berjumpa mereka. Ayu sadari itu!
Langkahnya gontai saat memasuki kediaman dinas pamannya. Baru saja memasuki ruang tamu yang tadi pagi penuh ketegangan dan dendam. Kini Tante Mirna datang menyambut keponakan.
Om Irwan menahan lengan istrinya agar tetap bersabar. Mereka berupaya putri sulungnya Brotoseno tidak selalu didesak dalam bentuk apa pun lagi.
Cukup dengan kejadian sebelumnya merusak suasana kehidupan keluarganya.
Om dan Tante Mirna terlihat mengasihani dirinya. Ayu sudah lelah berlari dan berseteru. Kehidupan pribadi sejak lama porak poranda.
"Rara, kau dari mana, sayang? Duduk dekat Om dan Tante, yuk sini!"
"Baiklah, Tante."
"Ra, Tante sudah dengar semua dari Om-mu. Tak lama Mas Seno dan Mbak Mala pergi tak jadi menginap di sini. Itu lebih baik supaya kau dan cucuku Alex tenang, tanpa kehadiran mereka."
"Maafkan Rara, ya Om dan Tante, selama ini selalu merepotkan saja. Lebih baik kami berdua pergi menetap di tempat lain."
"No, No--- No! Alex sudah sekolah di sini, tak mungkin kau membawa kemana lagi belum jelas arahnya. Tante tak bisa bersosialita, berjalan-jalan membawa cucuku handsome itu, Ra!"
Om Irwan tak mampu menahan tawa mendengar alasan aneh istrinya. Ia pun ikut senang, Mirna lebih riang ketika Alex tinggal di Paris.
Pekerjaan di kantor maupun di rumah lebih fokus tak mendengar nyanyian merdu alias omelan karena merasa kesepian.
Alex membawa dampak baik bagi mereka, mengalihkan kesunyian di dalam kesibukan pekerjaan dan rutinitas membosankan.
Mereka menjadi Opa dan Oma yang hilang baginya.
"Tantemu benar, Ra! Biarkan Alex tetap di sini. Mas Seno telah menyerahkan semua urusan dan tanggung jawab kalian berdua padaku. Tapi Om tak ingin mengekang dirimu jika kau ingin beraktifitas lain, bekerja lagi atau hal lainnya. Asal kau berhati-hati setiap langkah yang diambil nanti."
"Tapi Om nanti disalahkan Papa dan Mama lagi, Rara tak ingin kejadian seperti itu tadi. Dan soal Michael ingin mengambil hak asuh atas Alex, terus terang Rara tak mengijinkan sama sekali. Karena itu sebaiknya kami pergi dari Paris!"
"Tidakkah terpikirkan olehmu, jika Michael mungkin sudah berubah?"
"Rara tidak percaya itu! Selama ini berjuang sendirian, tidak perlu campur tangan dirinya. Sudah cukupkan saja, Michael tidak akan bisa mengasuh putranya terlalu sibuk bisnisnya. Alex akan kecewa menerima keadaan itu."
"Okay, okay, Om mengerti! Semua keputusan tentang putramu memang ada di tanganmu. Tapi biarkan Alex tetap bersama kami untuk mengobati orang tua kesepian, ya Ra!"
Kini Ayu termenung sejadi-jadinya. Mereka terlanjur sayang pada anaknya, tidak mungkin terpisahkan. Memang lebih aman nyaman tinggal di kediaman dinas Om Irwan.
Jika ia bekerja di tempat lain, siapa yang akan menjaga putranya. Ayu kerepotan tidak bisa menanggulangi sendirian.
Ini bukan Jakarta, membayar asisten rumah tangga atau pengasuh bisa menghabiskan gajinya sendiri.
Tidak ada Bibi Inah, Pak Rahmat dan asisten Anita bisa membantu mengawasi putranya.
Ia benar-benar merasa asing, di negeri yang asing!
Akhirnya Rara memutuskan Alex bersama mereka, tinggal kini mencari pekerjaan baru melupakan kesedihan dan kepedihan hatinya.
Tapi di mana ia temukan pekerjaan itu. Kini otaknya bertambah beku!
***
PRANKK!
Vas bunga dari kaca bening di atas cabinet terbang melayang menghantam ke dinding.
Michael benar-benar kesal. Jas kerja dan dasi yang terpasang langsung dibuang sekenanya di sofa.
Brengsek kau, Rara!
Seharian ia mencari di kota Paris, menyusuri jalanan dan berhenti di beberapa cafe tapi tak ada mantan istrinya di sana!
Ia mengkhawatirkan keselamatannya.
Menyambar botol minuman dingin di dapur, kemudian melangkahkan kakinya ke teras depan lagi.
Hari mulai gelap. Wanita itu mungkin telah kembali ke rumah Om Irwan, putranya tinggal di sana. Tak mungkin pergi begitu lama.
Baru saja Michael ingin menyalakan sebatang rokok, dering gawai mengejutkan dirinya. Panggilan dari seseorang yang memberi tahu keberadaan Rara saat ini.
"Allo, Monsieur! Wanita itu telah kembali ke kediaman dinas pamannya sore tadi. Semua clear, aman sekarang!" seru suara pria di ujung telepon.
Michael menarik nafas lega. "Merci! Awasi wanita dan anak kecil yang ada di rumah itu. Awas, jangan sampai ketahuan mereka!"
Gawainya diletakkan ke atas meja. Kini ia bisa menikmati malam dengan tenang, sendirian lagi. Betapa menyesakkan situasi hari ini.
Mantan tunangannya, Veronica telah berani datang ke penthouse padahal ia tak pernah memberi tahu tempat ini sebelumnya.
Jalang itu sungguh ingin kembali meneruskan percintaan mereka.
Bermimpilah!
Tak sudi Michael melihat dirinya, kemana pun ia melangkah!
Benar bahwa Veronica menjadi pendendam. Dirinya membuat keadaan lebih mencekam.
Rara dan Alex tidak sepenuhnya aman di sini. Jika tak seorang ada yang menghentikan perbuatannya.
Peristiwa di kota Nice kemarin juga lebih membahayakan. Bima Mahardika di belakang kejadian itu. Sayangnya, bajingan itu memilih pemburu yang bodoh!
Rasa sesal Michael akhirnya ikut timbul ke permukaan. Oh maafkan aku, Rara!
Kejadian demi kejadian karena perbuatannya selama ini. Pernah mencoba untuk sembunyi, tapi ternyata dipertemukan kembali!
Ia tak bisa lari dari kenyataan!
Pada waktunya Michael merasakan ingin memiliki, melindungi dan menyayangi wanita itu untuk kedua kali.
Andaikan waktu bisa diputar lagi.
Andaikan kau datang kembali semua akan aku beri untukmu, Ra! Untuk putra kita berdua! Lirih suara Michael di hati.
Kedua tangannya menangkup wajahnya sendiri. Berharap saat membukanya lagi, masalah itu hilang dan kebahagiaan datang.
Michael Putra Prasojo baru merasakan arti jatuh cinta pada kesempatan kedua.
Saat bersama Veronica, ia hanya menjalani percintaan semu dan sesat. Berakhir pahit dengan kebodohan, wanita jalang itu tidak tulus mencintai, kecuali hartanya.
Namun seorang Rara tidak membutuhkan semuanya, hanya dirinya. Seandainya saat itu tidak meninggalkan dirinya, menceraikan dan membiarkan kondisi semakin berlarut-larut seperti ini.
Dasar kau pengecut, Michael!
Rintik hujan membasahi Paris malam ini. Dan dingin mulai terasa, tapi tak sedingin sikap mantan istri terhadapnya.
Benteng yang dibangun wanita itu hancur lebur saat Michael datang. Tapi Rara sekuat tenaga tetap berjuang di sisa keyakinannya.
Ibu dari putranya, tak akan membiarkan siapapun membuatnya goyah. Bukan wanita biasa, tapi istimewa!
Michael telah menikam hatinya begitu dalam.
Yang tidak bisa mengobati sedikit pun setiap luka yang ia berikan kepadanya.
***