Chereads / THE GIFT OF LOVE / Chapter 43 - KESEDIHAN TAK BERUJUNG

Chapter 43 - KESEDIHAN TAK BERUJUNG

Michael tak menemukan Ayu di kamarnya, tapi malah wanita jalang itu yang ada di penthouse ini.

Bagaimana bisa ada di dalam jika ---- Oh!

Mantan istrinya bertemu Veronica, mereka pasti berselisih karenanya.

"Mau apa kau pagi-pagi ke sini?" tanya Michael menahan geram.

Jalang itu masih menampakkan bujuk rayu murahan, pura-pura sedih dan perhatian.

Dasar penipu ulung! Tapi Michael tak dapat dibodohi lagi.

Veronica langsung bangun dari sofa, dan mengangkat kedua tangannya ingin memeluk mantan tunangannya.

"Oh Michael sayang, maafkan aku! Sungguh ucapan diriku di luar batas. Seandainya aku tak mengungkit masa lalu dirimu, mungkin kita sudah menikah saat itu!"

Tangan jalang itu langsung ditepiskan.

"Aku tak menerimamu lagi, Veronica! Terima kasih atas mulut busukmu itu, akhirnya aku mengetahui Rara adalah istriku di masa lalu. Tapi menikahimu adalah kesalahan sangat besar dalam hidupku!"

"Oh Michael, please-! Kita kembali seperti dulu. Ayu sudah pergi daripagi tadi, langsung meninggalkanmu dan tak peduli padamu. Hanya aku yang mencintaimu!" rayu Veronica sambil tersedu-sedu.

Michael telah mengetahui dari Sebastian kemarin. Wanita jalang itu dicampakkan Bima Mahardika.

Tak berguna lagi karena tak berhasil menikahi dirinya. Apalagi merampas semua aset milik dirinya.

Dengan kasar menarik lengan Veronica, terus menyeretnya segera pergi dari penthouse.

Michael sudah muak ingin muntah, pagi-pagi begini melihat keparat itu merusak rencana bersama Ayu untuk menengok putranya.

Pintu dibuka lebar kini giliran mencampakkan jalang itu keluar dari hidup Michael Putra Prasojo untuk selama-lamanya.

"Pergilah! Kau tak lebih baik dari seorang Ayu Saraswati, berusaha terus menggoda adikku Alano agar terbuai bujukanmu, dasar jalang tak tahu malu!"

Veronica menangis, dan menjerit memanggil namanya. Meminta maaf, menginginkan kembali ke pelukannya.

"Michael, tolong jangan singkirkan aku begitu saja, demi masa depan kita berdua! Please, aku mencintaimu, sangat mencintaimu!"

BRAKK!

Pintu terbanting keras di depan wajah busuk Veronica. Dan Michael tak mau mendengar suara yang memekakkan telinganya.

Secepatnya mengejar Ayu.

Bergegas membersihkan diri, mengganti pakaian dan menelepon seseorang dalam waktu singkat.

Ia tak ingin kehilangan Ayu Saraswati seumur hidupnya lagi.

***

Perasaannya berkecamuk.

Pria itu bilang wanita jalang Veronica tak akan mengganggu mereka lagi, tapi pagi ini sudah datang ke penthouse.

Michael memang selalu berbohong!

Berkas kepemilikan atas namanya, namun tempat itu dipergunakan untuk kesenangan mereka.

Beruntung semalam dirinya menolak, tak ada gunanya penthouse itu karena Ayu dan Alex tak ingin tinggal di sana.

Kemewahan dibalas dengan kepedihan nyata.

Veronica sungguh terkejut melihatnya juga berada di sana. Memaki dirinya kasar dan jahat menuduh merebut Michael darinya.

Sungguh tak enak membuatnya tak nyaman tinggal terlalu lama di sana.

Ayu pergi mencari taksi dan pulang ke rumah pamannya lagi. Dan kepedihannya belum berakhir.

Saat tiba di kediaman Om Irwan, ia harus dihadapkan lagi dua orang sangat dicintainya, tapi tidak bisa menyayangi dirinya sepenuh hati.

"Mama, Papa? Kalian kok tahu aku ada di sini?" tanyanya tak percaya.

Kejutan tak menyenangkan, bertemu ke dua orang tuanya yang bermuka masam.

"Duduklah, Rara. Aku yang telah memberi tahu keberadaanmu di sini untuk melihat kau baik-baik saja. Mereka segera pulang ke tanah air, setelah menyampaikan sesuatu padamu," ujar Om Irwan menenangkan keponakannya.

Baru saja Ayu mengikuti saran pamannya, dan duduk tak jauh darinya.

Suara keras dari Papa Brotoseno langsung menghardik.

"Rara, kamu itu benar-benar terlalu, membuat seluruh keluarga malu! Menikah diam-diam dengan Michael Putra Prasojo, bercerai dan kini merebut lagi dari Veronica!"

Ayu terperangah mendengarnya. Merebut Michael dari jalang itu? Ia malah ingin segera menyingkirkan pria itu dari hidupnya untuk selama-lamanya.

Tapi Papanya tak mau mendengar penjelasan dari dirinya. Ingin menang sendiri selama ini.

"Jauhi dirinya, Rara! Kau tak pantas untuknya. Masih ada adikmu Renita menjadi istri Michael berikutnya. Atau bersanding dengan 2 putra Prasojo lainnya sebagai permohonan maaf kita ke keluarganya!" seru Tuan Brotoseno memarahi lagi.

Mama Nurmala ikut menambah suasana menjadi runyam.

"Papamu benar! Prasojo dan Catarina sangat baik pada keluarga kita. Sekarang bisnisnya menjadi kacau gara-gara kamu yang berbuat macam-macam dengan putranya!"

Ayu mengelak semua pernyataan kasar orang tuanya.

"Papa, Mama -! Maafkan Rara yang tak pernah berbakti pada kalian selama ini. Aku sudah menjauhi Michael sejak mengandung anak darinya. Dan kami telah bercerai setelah itu, tak ada ikatan apapun sampai hari ini. Silakan jika Renita ingin dipinang Michael atau kedua adiknya, jika itu bisa memulihkan nama baik keluarga."

Wajah kedua orang tuanya langsung berubah berseri-seri.

Kedatangan mereka tak sia-sia. Putri sulung segera menjauh dari putra sulung Prasojo. Dan Renita bisa memiliki Michael seutuhnya, menggantikan posisi kakak yang brengsek.

Papa Brotoseno berteriak senang.

"Baguslah, jika memahami maksud dan tujuan kami ke sini. Kau sudah dewasa, memberikan kebahagiaan ke adikmu sendiri. Tak perlu lagi mengurusmu, apalagi sudah ada Irwan yang menanggung semua. Cukup Renita dan Arjuna yang menceriakan hidup orang tuanya tanpa beban lagi karena ulahmu!"

Deg!

Ayu menundukkan wajah sedalam mungkin.

Menyembunyikan kesedihan tak berujung di hatinya. Berat rasanya kembali ke keluarga sendiri.

Perbuatannya menimbulkan banyak luka nyata bagi kedua orang tuanya. Ia tak bisa memutar waktu mengembalikan kepercayaan mereka.

Sudah terlambat!

Ayu dan putranya Alex harus berjuang demi masa depannya sendiri.

Tidak ada lagi keluarga yang mau menerima kehadiran mereka. Goresan tajam itu terus terasa.

Padahal Ayu telah meninggalkan keluarga begitu lama, tetap tak mau menerima kata maaf darinya.

Ia memilih hidup sendiri dan mandiri, tak meminta sesuatu apa pun lagi, kecuali kasih sayang.

Namun sekarang, sungguh itu tidak berarti.

Semua selalu salah di mata kedua orang tua yang selalu terus disayanginya.

Ayu terus menundukkan wajahnya. Khawatir pandangannya tambah melukai mereka.

Suara deheman keras seorang pria, datang mengejutkan semua orang di ruang tamu. Menoleh secara bersamaan, dan Ayu yang paling tegang di antara mereka.

Kepalanya terangkat, langsung mengumpat keras di dalam hati.

Mau apa lagi kau ke sini! Kehadiranmu malah membuat masalah lebih besar lagi!

Dasar brengsek!

Om Irwan tidak mengetahui siapa tamu yang berani datang dan mengganggu pembicaraan penting keluarganya. Ia tidak menyukai pria itu!

Papa Brotoseno dan Mama Nurmala tidak percaya jika tak melihatnya sendiri. Orang yang mereka bicarakan ada di sini.

Kehadirannya tak diperlukan, mereka ingin memilih bertemu langsung dengan orang tuanya di Jakarta untuk memperbaiki situasi ini.

Mata Ayu mengecam lebih keras, membalas tatapan mata birunya yang tenang.

Aku sudah menjauhimu, tapi kau selalu saja mencariku lagi! Pergilah, aku tidak butuh pertolongan, atau apa pun darimu!

Tapi mata adalah jendela jiwa, yang ditatap tak bergeming. Berdiri tegap, tanpa rasa bersalah ingin ikut campur dalam urusan keluarganya.

Ayu makin merasa kehidupan semakin mengenaskan ke depannya. Keluarganya akan berseteru keras dengan keluarga mantan suaminya.

Seandainya ia bisa memilih, mungkin lebih baik tidak dilahirkan di dunia ini, jika hanya memberi kesusahan pada semua orang.

Tersisih, terbuang ---- disingkirkan dari orang-orang tersayang.

***