"Selamat pagi, maaf aku harap tidak mengganggu pertemuan keluarga ini. Dan sebelum masuk ke sini sedikit mendengar pembicaraan kalian termasuk soal diriku. Sebaiknya memperkenalkan diri. Aku Michael Putra Prasojo yang memang pernah menikah dengan Ayu Saraswati!"
Suaranya tegas berwibawa, penampilannya tampan rupawan. Michael datang berjas rapih layaknya pengusaha besar.
Ia datang setelah mendapat informasi dari pengawal Marc Maretta yang ditempatkan di penthouse miliknya.
Sepupunya terus menjaga Michael dan Ayu, urusan pemburu bayaran di kota Nice selalu membayangi kemana saja mereka pergi.
Di sinilah ia sekarang, mengejar mendatangi istrinya di masa lalu mendapatkan sisa-sisa kepercayaan darinya lagi.
Wajah Om Irwan tak percaya.
Pria yang pernah menikahi keponakannya Rara, kini sangat berbeda. Sosoknya terlihat bertanggung jawab, teguh tak tergoyahkan.
Tidak seperti dulu sebagai anak muda urakan, ugal-ugalan selalu menganggap sepele semua masalah.
"Michael Putra Prasojo? Kau jauh berubah, Nak!"
Om Irwan menyambut kehadirannya dan mempersilakan duduk.
Michael memilih duduk dekat dengan mantan istrinya. Ayu langsung bergeser merasakan jengah, melirik pria itu begitu tajam untuk memperingatkan.
"Terima kasih. Sebelumnya aku meminta maaf atas kesalahanku dulu. Terutama pada Tuan Brotoseno dan Nyonya Nurmala, bukan Rara yang menyebabkan yang terjadi di masa lalu, termasuk kegagalan pesta pernikahanku dengan Veronica Young. Wanita itu memang tidak cocok denganku, membalas dendam terhadap Rara!" kata Michael jujur.
Orang tua Ayu Saraswati tetap tidak yakin. Tuan Brotoseno mulai mencecar putra sulung Prasojo.
"Mengapa dulu kau tidak bilang dari keluarga Prasojo, supaya semua masalah tidak berkembang bertahun-tahun seperti ini."
Michael terdiam sejenak. Lalu menarik nafas melanjutkan menjawab pertanyaan mantan mertua yang terlihat bengis sekarang.
"Aku belum siap menjadi seorang ayah saat itu, melepaskan tanggung jawabku sebagai kepala keluarga. Menceraikan Rara satu tahun setelahnya. Tapi kini datang menyampaikan niat baik, memohon maaf dan meminta hak pengasuhan putraku."
Taraa-aa! Bagai kilat menyambar, kata-kata Michael Putra Prasojo terdengar terasa menggetarkan dinding rumah ini.
Orang tua Rara terus berkilah, sesuatu tidak boleh terjadi lagi di antara putra Prasojo dengan putri mereka.
"Aku sudah menyerahkan sepenuhnya ke Irwan, pamannya Rara. Dan hal lain, kami tidak setujui jika kau rujuk padanya. Sebagai permintaan maaf keluargaku masih ada adiknya Rara, yaitu Renita bisa kau pinang menjadi istrimu!" tutur Tuan Brotoseno keras.
Michael mengernyitkan dahi.
Mantan mertua yang aneh! Urusannya dengan Rara belum selesai, sudah menyodorkan satu putrinya lagi ke dirinya.
Apa ini transaksi jual beli huh! Kecamnya di dalam hati.
"Aku tidak perlu permintaan maaf itu, dengan tegas menolak. Masih banyak harus diperbaiki hubunganku bersama Rara, tanpa campur tangan kalian lagi. Sudah ku dengar sebelum ini, Om Irwan menjaga Rara dan putranya. Kini aku datang mengambil tanggung jawab itu!" sahut Michael begitu tenang.
Ayu menoleh sekali lagi, begitu gusar.
"Sudahi saja pertemuan ini! Kalian semua telah bebas dari semuanya, aku sudah dewasa dan seorang janda. Tidak ada yang bisa lagi mengatur hidupku dan putraku, termasuk kau Michael!"
Amarahnya memuncak. Kedatangannya cukup mengganggu pikiran Ayu.
Pagi tadi ia sudah berseteru dengan mantan tunangannya, kini harus ribut lagi bersama kedua orang tuanya, juga mantan suaminya.
Ia harus mengakhiri agar tak menjadi polemik yang panjang. Ini adalah hidupnya!
Michael memaklumi, ia juga kesal bertemu wanita jalang di penthouse berani datang lalu mengusir pemilik dari sana, Ayu Saraswati!
Om Irwan ingin menengahi tapi belum sempat mulutnya berbicara.
Michael lebih dulu bertanya langsung ke mantan mertuanya. Persoalan bisnis kerja sama dengan orang tuanya.
Ia berusaha kuat mengalihkan kemarahan Ayu agar tidak meluap di tengah pertemuan mereka.
"Tuan Brotoseno, ada masalah bisnis apa yang sebenarnya dengan ayahku?" tanya Michael serius.
Lawan bicaranya berapi-api menyampaikan kekesalannya.
"Tuan Prasojo menggantungkan proposal pembangunan konstruksi baja di beberapa daerah. Pabrik milikku hampir terhenti, membuatku banyak mengalami kerugian. Pasti karena Rara, orang tuamu jadi kesal hingga tidak mau menandatangani!"
Tuan Brotoseno terus menyalahkan putri sulungnya di semua sisi.
Michael menghela nafas, kakinya menyilang sikapnya begitu elegan. Kancing jas kerjanya dibuka, berusaha relax menghadapi orang tua paruh baya di hadapannya.
Tangannya merogoh saku jas mengambil gawai, lalu menghubungi seseorang dibahas oleh mereka tadi.
Menunggu beberapa saat, suara jawaban pun terdengar kesal di sana.
"Kau gila, Michael! Pukul berapa ini!"
Tuan Prasojo berang. Ia harus terbangun dini hari menerima telepon dari putra sulungnya.
Istrinya ikut terkejut, khawatir terjadi apa-apa dengan putra sulungnya. Akhirnya suaranya mulai memelan, menenangkan Catarina yang sedang tidur di samping.
"Ada apa meneleponku jam 3 pagi begini?"
"I am sorry, Dad! Ada persoalan bisnis dengan Tuan Brotoseno, kami bertemu di Paris saat ini. Apa ini berhubungan dengan putrinya yang aku nikahi dulu?"
"Katakan ke brengsek itu! Tak ada hubungan dengan masa lalu kau berdua putrinya. Tapi baja yang dikirimkan padaku semakin lama kualitasnya begitu rendah, enggan bekerja sama jika Brotoseno tidak memperbaiki keadaan ini!"
"Baiklah Dad, thanks a lot. Love you!"
Michael mengakhiri panggilannya. Ia selalu terbuka ke Daddy Prasojo apalagi mengenai bisnis perusahaan keluarga, termasuk milik pribadinya.
Raut wajah Tuan Brotoseno langsung merah padam mendengar sendiri ucapan Tuan Prasojo dari speaker gawai putra sulungnya.
Ia memang berbuat curang kali ini dengan mengurangi kualitas demi harga ditawarkan oleh rekan bisnisnya.
"Sudah kau dengar jawaban ayahku? Kau yang sengaja merusak kerja sama karena ulahmu sendiri, bukan karena Rara atau pernikahan gagal denganku. Jika ingin tahu, perusahaan itu di bawah kekuasaanku. Daddy mengambil alih selama sibuk bisnis di luar negeri. Jadi keputusan menerima proyek kerja sama ada di tanganku bisa membatalkan seluruhnya!" jelas Michael begitu dalam.
Raut wajah Tuan Brotoseno dan Nyonya Nurmala bertambah tegang.
Persoalan bisnis kedua keluarga bercampur dengan masa lalu putra-putrinya. Penuh konflik, amarah dan air mata.
Om Irwan tersenyum. Sekarang kena batunya kau, Mas Seno!
Namun Ayu tidak terima semua perkataan yang menyudutkan kedua orang tuanya.
"Michael! Kau tidak boleh bersikap kurang ajar ke Papa dan Mamaku. Kau betul-betul manusia paling menyebalkan!"
Beranjak dari sofa meninggalkan pertemuan begitu saja.
Tuan Brotoseno berusaha menahan tamunya agar tidak mengejar putri sulungnya kembali.
Michael menunduk hormat pada tuan rumah, dan mantan mertua. Tidak peduli, lalu pergi menyusul Ayu Saraswati.
Ia tidak ada kepentingan lagi, selain berniat bertemu dengan mantan istrinya.
Kemarahan Ayu sudah di ujung kepala. Dan melarikan diri seperti biasa, mencari tempat yang tenang. Liburan kemarin terbuang percuma.
Akhir pekan yang mengesalkan!
Bertemu Michael di Saint Tropez, dikejar orang asing di kota Nice, bertemu wanita jalang Veronica di penthouse, dan kini kembali ke rumah harus berseteru dengan kedua orang tuanya. Lengkap sudah!
Yang terakhir paling menyesakkan, Papa Brotoseno dipermalukan di depan mereka oleh Tuan Prasojo.
Putra sulungnya menjatuhkan harga diri orang tuanya!
Lalu untuk apa mereka harus terus bertemu, meminta pengasuhan putranya, jika mantan suaminya tidak bisa menghormati Papa dan Mamanya!
Waktumu telah habis, Michael!
***