Jessie, merogoh sakunya berkali-kali. ia sangat ingat menyimpan uang di saku roknya, namun ia tidak menemukan uang itu.
"apa terjatuh?" gumam nya
Jessie melihat sekeliling, kebanyakan murid lain pergi ke sekolah dengan kendaraan pribadi atau di jemput sepulang sekolah. Siti, selalu di jemput. ia ingin menumpang tapi rumah mereka beda arah.
Jessie tak punya sepeserpun uang untuk pulang ke rumah. akhirnya jessie memutuskan untuk berjalan kaki.
baru berjalan sekitar 50 meter, terdengar suara klakson panjang yang mengagetkannya.
"Jess kenapa jalan kaki?"
jessie memutar bola matanya malas, ketika menyadari itu adalah Ezra. Jessie tetap berjalan tanpa memperdulikan Ezra.
"jess, lo kenapaa?" Ezra menahan pergelangan tangan Jessie
"ada apa sih zra!"
"gue minta maaf kalau gue salah"
Jessie berdecih "semudah itu zra minta maaf?"
menarik nafas "gue capek zra! berapa kali gue di hukum gara-gara kejailan lo? dan berapa kali lo minta maaf, nganggap seolah ini masalah kecil?"
"maaf jess, maaf gue cuma bercanda"
"bercanda lo gk lucu Zra!" "Lo tu gk pernah ngerasain jadi gue EZRA! so, stop gangguin gue!"
jessie menangis, karena sudah tak tahan menyimpan kekesalannya hari ini. Ia lelah menahan semua Hinaan yang dilontarkan orang orang, ia lelah semua orang yang tertawa dan bahkan senang melihatnya menderita.
"rasanya pengen mati tau Zra..." lirih jessie
Ezra memegang kedua pundak Jessie "jess, gue minta maaf. gue janji gk akan ngejailin lo lagi, gue janji bakal ngelindungin lo jess"
"udah zra, lo taukan dengan keberadaan lo di dekat gue buat semua orang makin gk suka sama gue!" "lagian kenapa lo malah milih berteman sama cewek kayak gue? lo kasihan sama gue?"
"cewek kayak apa yang lo maksud Jess?" "gue berteman dengan siapapun yang gue mau jess. kalo lo ngira gue deketin lo karena kasihan, itu salah besar jess"
Ezra menarik nafasnya sebelum melanjutkan kalimatnya "gue deketin lo karena gue ngerasa nyaman. lo gk kayak anak lain yang manfaatin gue demi bisa populer"
"maaf, gue terlalu emosional." kata jessie
"gue yang minta maaf jess. jadi sekarang biar gue anter lo pulang" kata Ezra
"gk usah Zra, gue mau mampir ke tempat kakak gue, dekat sini kok"
Ezra meninggalkan Jessie, ia berlari ke arah motornya sebentar, lalu kembali menghampiri Jessie.
"ya udah yok gue temenin" kata Ezra
"motor lo gimana?"
"gampang ntar gue balik lagi ambil motor"
Jessie membuang nafas kasar "Zra, mending lo pulang sekarang"
"kenapa sih? suka suka gue dong mau pulang apa gk"
Jessie pasrah "ya udah terserah lo"
*
Ezra kehabisan nafas, ia kira Jessie bercanda ketika mengatakan akan pulang kerumah dengan berjalan kaki. Ezra berbaring dengan di teras rumah Jessie.
"lo mau minum apa?" tawar jessie
"lo gk mau suruh gue masuk?" tanya Ezra
"gue gk bisa bawa cowok masuk rumah gue. apa kata tetangga nanti"
"hhhh, ya udah gue mau air es ajh" kata Ezra
Jessie pun segera masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan minum Ezra. ia kaget mendapati kakak perempuannya yang berada di rumah.
"udah pulang jess?"
"ngapain lo disini?" tanya jessie ketus
"mau jemput Kevin, tapi mampir ke sini nganterin bahan makanan sekalian"
"gk usah repot-repot!"
"jessss, mana airnyaaaa!" teriak Ezra dari depan rumah
Raini menghampiri Ezra "loh, temen jessie ya? ayo masuk"
Ezra pun tersenyum senang, lalu masuk ke dalam rumah.
"gimana sih jess, ada temennya kok gk di suruh masuk!" omel raini pada jessie
"dia bukan temen gue!" tolak jessie
"saya pacar jessie kak" kata ezra
jessie langsung melemparkan bantal sofa tepat mengenai wajah Ezra "jangan asal ngomong ya itu congor lo!" omel jessie
"bercanda jess, ya ampun galak amat"
raini terkekeh melihat tingkah Ezra dan Jessie.
"kamu sudah makan siang, Ezra?"
"belum kak,,," kata Ezra
"pulang sana! lo kira rumah gue warteg!" usir jessie
"jess! gk boleh gitu!" raini menatap tajam jessie
"udahlah bodo amat! terserah. gue capek!"
jessie masuk ke dalam kamar lalu membanting pintu dengan keras
"kak kayaknya saya pulang ajh hehe" pamit Ezra
"maafin jessie ya, ezra. anaknya emang suka bad mood'an gitu" kata raini
"hehe ia kak gpp saya maklumin. kalau gitu saya pulang dulu ya kak"
" iya, hati hati di jalan ya"
raini menghampiri jessie yang sedang mengganti pakaian di kamar. ia duduk di pinggiran kasur jessie.
"kamu itu jangan galak jess, masih untung ada yang mau temenan sama kamu"
jessie menghentikan kegiatannya. ia menatap tajam raini "maksud lo apa ngomong gitu? jadi selama ini lo pikir gk ada yang mau temenan sama gue, kalo si Ezra gk bertamu kesini!"
"kamu tuh selalu keras kepala ya kalo di nasihatin!"
"tutup mulut lo! gk usah sok peduli sama gue raini! lebih baik lo pulang!"
"ck, dasar batu!" raini keluar meninggalkan jessie
seperginya raini, jessie langsung menutup rapat pintu kamarnya. ia berjalan ke arah jendela, melihat kepergian raini.
ia benci pada raini dan semua keegoisannya. raini yang sejak sekolah mempunyai banyak teman, raini yang di sukai oleh teman temannya, raini yang percaya diri, tapi melupakan jessie.
membiarkan jessie menghadapi masalah keluarganya seorang diri.
raini adalah anak yang pandai kabur dari masalah. setiap orang tua mereka bertengkar, raini selalu punya alasan untuk tidak berada di runah dan bersenang-senang dengan temannya.
tidak dengan jessie yang sejak kecil selalu jadi imbas dari perkelahian orang tuannya. jessie yang tumbuh besar bersama keadaan rumah yang tidak sehat.
5 tahun lalu raini menikah setelah lulus dari SMA. dengan teganya ia meninggalkan jessie yang sudah merengek ingin ikut dengannya. dan setiap raini berkunjung ke rumah, selalu menasihatinya seolah ia peduli, padahal jessie sudah muak dengan semua itu.
"lo bahkan gk pernah nanya gimana keadaan gue" gumam jessie
*
Jessie makan malam bersama ibunya. makan malam yang hening seperti biasa.
"bu, uang jajan jessie habis" kata jessie
Hannah, menatap anaknya dengan tajam "boros sekali! anak tetangga ajh bisa jess hemat di kasih uang saku 15 ribu sehari masih bisa nabung"
"ya dia kan di anter jemput bu sekolahnya!" kata jessie dengan nada tinggi
"kamu tuh ya udah berani nada tinggi sama ibu?"
"maaf"
"nih" memberikan 2 lembar uang 100 ribuan pada jessie "ibu gk mau tau, itu harus cukup sampai akhir bulan. terserah kamu mau ngatur gimana"
jessie mengeraskan rahangnya, dan dengan malas ia mengambil uang itu.
"ibu harus keluar kota seminggu. kalau butuh apa-apa telpon raini" hannah meninggalkan jessie begitu saja setelah mendengar suara klakson mobil.
jessie tertawa sinis menatap kepergian ibunya. ia benci ibunya yang lebih sibuk dengan dunia kerjanya. jessie tau ibunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, tapi setidaknya ia ingin ibunya juga memperdulikannya sedikit saja.
yang ibunya lakukan adalah menuntut dirinya harus lebih baik dari anak tetangga, harus menjadi juara kelas, harus mandiri, dan segala tuntutan lain untuk jessie lakukan. tapi jessie tak pernah mendapatkan sepatah kata Selamat atas keberhasilannya. yang ada selalu saja kurang di mata ibunya. jessie selalu membandingkan dirinya dengan raini. raini tidak pernah di tuntut apapun, sedangkan jessie harus masuk IPA, harus jadi juara, harus bisa masak, harus bisa mandiri, harus bisa bersih-bersih.
jessie meremas uang yang di beri ibunya. ia menangis. merindukan kasih sayang dari orang tuanya. ia benci sendirian, ia benci menelan rasa sepinya sendiri.
yang jessie inginkan saat ini adalah segera lulus dari sekolahnya, mendapatkan pekerjaan, lalu pergi jauh membuka lembaran hidup baru seorang diri.
*
*
*
T.B.C