seharusnya hari itu Jessie tidak membiarkan Ezra mengantarkannya pulang. karena Ezra, pagi ini ia di sidang secara dadakan di meja makan sebelum ibunya berangkat untuk dinas luar
"siapa yang mengijinkan kamu pacaran!" tanya hannah
"siapa yang pacaran bu?"
"raini bilang ke ibu kemarin pacar kamu ke rumah! ibu gak mau tau yah ibu sekolahin kamu susah payah jadi gak usah aneh aneh!" titah hannah
Jessie tidak ingin berdebat lebih panjang dengan hannah. jadi ia memutuskan untuk segera berangkat kesekolah dan melewatkan sarapannya.
di perjalanan jessie tidak fokus karena pikirannya sangat berisik, mencaci maki raini dan juga ezra.
rasanya ia ingin sekali menendang ezra jika pria itu berani muncul di hadapannya.
*
" jess , jess" panggil siti
" ada apa ti?"
" kamu berantem yo sama ezra?"
"biasa ajh. kenapa emang?"
"liat ni, aku merinding. dari tadi ezra melotot terus ke arah sini" ucap siti sambil bergidik
"gk usah di hirauin, biarin ajh ti"
"duh duh jess,, jess itu orangnya nyamperin jess"
"lo kenapa tiba tiba marah sama gue? perasaan kemarin udah baik baik ajh!" tanya ezra kesal
jessie tidak memperdulikan ezra dan hanya fokus dengan novelnya.
karena kesal ezra merebut paksa novel dari tangan jessie
"kalo orang nanya tuh di jawab!"
jessie menarik nafas panjang dan menatap tajam ezra
" balikin novel gue!"
" gk! sebelum lo jelasin kenapa lo marah lagi sama gue?"
"gue gk marah sama lo! puas! balikin novel gue!"
"terus kenapa lo pindah tempat duduk?"
"suka suka gue zra mau duduk dimana ajh gue mau! kenapa lo ngatur ngatur hidup gue sih! kita cuma temen sekelas, please berhenti sok posesif!"
dengan kesal ezra melemparkan novel jessie keluar melalui jendela.
" EZRAAAAAAA!!!!" " NYEBELIN LO!"
Jessie mendorong tubuh ezra dan berlari keluar kelas. novel kesayangannya yang sudah ia baca untuk kesekian kalinya di lempar begitu saja dari lantai dua.
jessie berlari ke belakang sekolah dan menemukan novelnya sudah tergenang mengenaskan di dalam kolam ikan.
jessie melepaskan sepatu dan kaos kakinya dan masuk ke dalam kolam untuk mengambil novelnya, ia tak menyangka dasar kolam begitu berlumut dan naasnya ia terpeleset dan jatuh.
kondisi jessie sudah basah kuyup sambil memegang novelnya. suara riuhan dari anak anak di sekolahnya begitu menggelegar menertawakan kebodohannya. hanya karena sebuah novel sampai rela masuk ke dalam kolam.
jessie menahan air matanya, ia hampir saja menangis karena melihat dirinya yang menyedihkan kini menjadi bahan olokan dan tertawaan anak anak satu sekolahnya.
"jess ayok aku anter ke uks" ucap siti yang menghampiri jessie
"kan aku gk sakit ti, kok ke uks?"
" itu keningmu darah jess"
jessie memegang keningnya dan mendapati cairan merah menempel di tangannya.
"aku mau pulang ti, bisa ambilin tas aku di kelas" ucap jessie
siti pun mengangguk, dan segera berlari kecil ke kelas untuk membawakan tas jessie.
sedangkan jessie yang menunggu siti di gerbang sekolah benar benar menangis menatap pantulan dirinya di kaca pos security begitu menyedihkan.
"jess ini tasmu, aku anter pulang ya jess" tawar siti
"gk usah ti, aku bisa sendiri. makasih ya ti, maaf aku ngerepotin kamu"
"gk ngerepotin jess. kalo gt kamu hati hati di jalan, nanti aku ijinin di bu dian" ucap siti
jessie pun berjalan pelan menuju halte sebrang. belum selesai ia menghapus air matanya ia sudah di kagetkan dengan suara klakson mobil.
"woi jalan pake mata! mata udah empat masih buta!"
jessie menunduk minta maaf berkali kali dan segera berlari kecil masuk ke halte.
"lo gk ada aer di rumah? sampe harus banget mandi di sekolah?"
jessie hanya melirik sedikit, dan melihat yang sedang menghinanya saat ini adalah gavi.
jessie acuh tak acuh, ia membuang muka ke arah lain
"tuh pake handuk bekas gue, bru di pake sekali!"
gavi melemparkan handuk berwarna biru ke muka jessie
" gak usah!"
"gak malu apa bra item lo nyeplak!"
jessie melihat kondisi seragamnya yang ternyata transparan, ia segera menutupi tubuh nya menggunakan handuk gavi.
"makasih! nanti gue ganti" ucap jessie dengan wajah merah malu sekaligus marah
"lo mo ngapain turun dari mobil???" tanya jessie mendapati gavi turun dari mobil dan berjalan ke arah jessie
gavi menempelkan kasar plester ke kening jessie yang berdarah
"ckckck, kenapa sih jadi cewek selalu narik perhatian orang! biar di kasihanin? lo kurang kasih sayang dari ezra ya sampe narik perhatian gue? mau gua sayang juga?"
jessie mengepalkan tangannya begitu kuat. ia sangat kesal mendengar omongan gavi. jessie melempar kasar handuk gavi tempat di wajah pria itu.
"gue gak butuh di kasihanin! ambil ni handuk lo!"
jessie pun langsung pergi begitu ada angkot yang berhenti. ia hanya melihat gavi dengan tatapan sinis.
tanpa jessie sadari gavi malah tersenyum sambil melihat handuk nya yang sudah basah dan bau lumut
"kenapa selera lo turun banget zra, tapi dia memang menarik" gumam gavi
*
jessie berguling guling tidak jelas di atas kasurnya. setelah membersihkan diri dan mengobati luka di keningnya ia merasa sangat bosan.
sebenarnya bisa saja ia bermain ke rumah raini, tapi ia masih kesal pada kakak nya yang tukang ngadu.
"apa pergi ke pasar malem ajh ya" gumam jessie
"gak gakk,,, nanti uang jajan nya abiss. mending lo tidurrrr jesss" dialog jessie dengan dirinya sendiri
namun setelah berperang dengan dirinya sendiri akhirnya jessie sudah berdiri mengantri permen kapas.
ia memakan permen kapasnya layaknya anak kecil dan kembali mengantri untuk naik bianglala. sederhana memang hal hal kecil yang jessie lakukan untuk mencari bahaginya.
makan permen kapas dan naik bianglala 2 hal yang sangat sering ia lakukan sejak kedua orang tuanya bercerai. ibunya tidak akan menuruti ketika ia meminta ke pasar malam, jadi ia selalu pergi sendirian sejak kecil.
ia tidak takut hilang, justru menginginkan benar benar menghilang dari dunia yang terlalu kejam untuknya.
"ayah" gumam jessie melihat ayahnya dari atas bianglala.
baru 2 putaran jessie meminta berhenti. ia berlari kecil menghampiri ayahnya. jessie langsung memeluk rindu ayahnya.
"ayah, jessie kangen" ucap jessie
"siapa itu sayang?" seorang wanita berusia kurang lebih sama seperti ibu jessie menghampiri sembari menggendong anak kecil berusia 2 tahunan.
ayah jessie melepas pelukan jessie
"oh ini anak temen aku mih" ucap ayahnya
jessie nampak mengerti maksud ayahnya. semvari menahan air matanya ia memperkenalkan diri dengan layak
"hallo tante nama saya jessie, anak tetangga om Hendra"
"papa gendongg" ucap anak kecil itu merengek.
jessie segera berpamitan karena ia tak sanggup melihat keluarga bahagia itu di hadapannya. sejak kecil jessie tak pernah meminta apa apa pada ayahnya bahkan di gendong sekalipun.
dan malam ini ia melihat ayahnya yang 180 ° berbeda dari yang ia kenal. jessie terus mengusap air matanya yang tak berhenti turun.
jessie memang tak ada takutnya, ia belari kecil menuju sebuah gedung kosong karena langit mulai menemaninya menangis.
tempat itu memang bukan pertama kalinya bagi jessie, karena jessie sering berada di sana saat ia ingin sekali mengakhiri hidupnya. tapi selalu gagal karena ada saja yang menggagalkannya untuk loncat dari atas sana.
tapi jessie sangat yakin, malam ini tak akan ada yang akan menghalanginya. jessie berdiri di pinggir gedung, merentangkan tangannya dan menghirup udara dingin sebanyak banyaknya.
"KENAPA HARUS GUE YANG SELALU MENDERITA!!!!"
"APA TUHAN GAK SAYANG SAMA GUE? KENAPA BIARIN GUE LAHIR DI DUNIA YANG KEJAM INI!"
teriak jessie berkali kali dengan suara serak karena tangisnya yang tak mau berhenti. bahkan jesie tersengal setelahnya.
jessie merasakan tubuhnya limbung
"Woi! lo gila ya mau bunuh diri!!!!" omel seseorang yang menarik jessie hingga limbung ke lantai.
"gavi???" gumam jessie
dalam hati jessie bertanya tanya sejak kapan pria berambut ash grey yang kemarin ia liat mengubah warna rambutnya menjadi hitam.
jessie sempat terkesima pada ketampanan gavi, tidak ia memang tak setampan ezra. namun entah mengapa aura gavi berbeda. mata tajam, tatapan dingin, kulit putih pucat, bibir merah alami, hidung yang tak terlalu mancung namun pas dengan proporsi wajahnya, serta rahang yang tajam membuat nya terlihat sangat maskulin.
melihat tatapan tajam gavi bukan ketakutan yang jessie rasakan, tapi seperti seorang anak yang butuh pelukan hangat. memang tatapan nya terasa dingin namun terasa banyak kesedihan di dalam sana. terlebih lagi melihat gavi yang sedang memarahinya karena akan mengakhiri hidup.
"woi! lo denger gue ngomong kan???? JESSIE!" Gavi dengan gemas menggoyangkan lengan jessie karena perempuan d hadapannya malah termangu menatapnya.
"harusnya lo gak nyelamatin gue! gue pikir tuhan emang gak sayang sama gue. ngapain dia nyuruh gue hidup lebih lama di dunia yang kejam ini" ucap jessie sambil menangis
"lo kira dengan lo bunuh diri dunia bakal jd lebih baik gitu? sadar jes mati hidupnya elo gk bakal ngaruh pada dunia. daripada mati mending jalanan hidup di dunia yang brengsek ini jadi orang yang brengsek juga!"
"maksud orang brengsek itu lo kan gav?"
"gue gak lagi bercanda! hhhh oke lo bisa berfikir seperti itu. bebas.."
jessie terkekeh melihat pria di hadapannya mengalah juga pada akhirnya.
"stop ketawa, liat itu ingus lo keluarr!" gavi melemparkan sapu tangannya ke wajah jessie
"yang ini bener bener bakal gue cuci dan balikin" ucap jessie membersihkan ingusnya
"gk usah buat lo ajh!"
"makasih. ya udah sana pergi" usir jessie pada gavi
"lo ngusir gue!"
"ini gedung kosong gk berpenghuni, apa gue gak berhak ngusir lo?"
"gue gk mau pergi. karena ini gak berpenghuni siapa ajh boleh tetep tinggal disini"
"ya udah gue yang pergi" ucap jessie turun ke bawah
gavi hanya mengikuti jessie dari belakang
"jangan ngikutin gue!" omel jessie
"siapa yang ngikutin elo, orang gue mau pulang!"
jessie mengepalkan tangannya kesal melihat gavi masuk ke dalam mobil
"inget lo masih punya utang jd babu gue! kalo gak karena ezra yang nyembunyiin lo, lo udah abis!"
"gue gak tau menau tentang taruhan kalian! jangan libatin gue!"
"sekali taruhan tetap taruhan. gue tunggu besok pagi di depan rumah lo!"
belum selesai jessie bertanya dengan raut bingung, gavi malah melajukan kencang mobilnya bahkan membuat lumpur terciprat ke wajah dan baju jessie.
"GAVIIIII SIALAN!" maki jessie