Siti berlarian dari kejauhan menghampiri jessie.
jessie yang melihat siti dari jauh langsung memutar arah untuk menghindari siti.
"jesss, jesssie tunggu..." terika siti
jessie semakin mempercepat langkahnya.
Siti tak mau menyerah dan mempercepat tempo larinya sampai akhirnya ia berhasil menggapai pundak jessie.
"ya ampun jess, kok lu malah ngehindar sih!" omel siti
"siapa yang ngehindar heheh, gue lupa tadi ada yang ketinggalan" elak jessie
"bantuin gue jess..."
jessie mentapa siti "gk bisa"
"please jessie, gk ada orang lain lagi. sparing udah mau dimulai. gue harus ngurusin yang futsal jess"
"kenapa gue sih ti? lu tau kan gue gk suka keramaian?"
"iya tau jess, gue cuma mau minta tolong bawain bola basket ke lapangan. soalnya lu taukan lapangan futsal sama basket itu gk searah, dan mereka tandingnya bersamaan jess"
jessie menghela nafas "yaudah" kata jessie pasrah
"lu mau kan bantuin gue?" tanya siti untuk memastikan
"ia sitiii,," "yaudah cepet dimana bolanyaa?"
jessie berjalan malas mengikuti langkah siti. sejujurnya ia malas, tapi melihat wajah siti yang nampak sangat kelelahan, jadi ia luluh.
siti memberikan sekentung besar bola basket pada jessie.
"tolong ya jess," kata siti lalu pergi
jessie menenteng malas kantung bola di punggungnya. padahal ia sedang ingin menghindari Ezra yang sudah pasti sedang bersiap di lapangan basket.
"kok makin ringan ya?" batin jessie merasa tentengannya makin ringan
jessie menengok dan melihat bola basket yang bergelindingan ke sana kemari.
"f*ck" maki jessie
jessie memunguti bola basket setelah membenarkan kantong nya. untung ia ingat ada berapa banyak bola yang ia bawa.
"anjir, kurang 1. dimana?" monolog jessie
mata jessie tertuju pada segerombolan cowok yang mengenakan baju basket sedang saling mengoper bola.
jessie menghampiri mereka "tolong balikin bolanya, itu buat sparing"
"lo mau bola ini? ambil" cowok berkulit pucat yang di hampiri jessie melemparkan bola pada temannya begitu jessie hendak mengambil bola itu.
jadilah jessie bulan-bulanan mereka. jessie terus berusaha mengambil bola yang terus di over kesana kemari.
"balikin bolanya!"
"ezra" gumam jessie
di dalam hatinya jessie terus mengucapkan terimakasih pada ezra yang datang bagaikan pangeran berkuda putih.
"gk usah ikut campur! biar cewek itu yang ngambil bolanya sendiri!" tantang pria berkulit pucat itu
"Gavi! perlu gue kasih tau lu lagi dimana sekarang?" ezra menarik baju pria pucat bernama Gavi itu dengan kasar
"lo pikir gue takut hah!" tantang Gavi
"gav, udah" tahan Adam teman gavi
"heh lo cewek cupu, sini!" panggil gavi pada jessie yang masih terdiam
jessie dengan polosnya malah mendekat
"dia pacar lo?"
"iya"
"bukan"
kata ezra dan jessie bersamaan. jessie melotot ke arah ezra yang menjawab 'iya'
"gue nanya ke cewek ini tolol!"
"anjin* lo! jangan bawa-bawa jessie!"
gavi mendorong tubuh Ezra "Lo yang ikut campur! emang ya idup lo tuh suka bangun campurin urusan orang"
"diem lo bangs*t!"
"EZRA UDAH! gue cuma minta bola itu ajh. kenapa jadi panjang urusannya. sekarang terserah lo mau balikin bolanya atau gk, toh kalo bolanya kurang pas tanding ya salah lo! ribet amat" setelah mengatakan semua itu jessie pergi meninggalkan mereka
gavi tersenyum tipis melihat jessie yang berlalu
"gk usah ganggu jessie! gue peringatin sama lu!" ancam ezra
"mmmm, gimana kalau kita taruhan?"
"gue gk bakal masuk ke permainan busuk lo !"
"ya udah, berarti lo gk ada hak ngelarang gue gangguin,, jessie"
"brengsek! apa taruhan lo?"
gavi membisikan sesuatu pada ezra, dan membuat ezra sempat terkejut sesaat namun akhirnya menyetujui taruhan yang di ajukan oleh gavi.
*
Jessi membenamkan wajahnya di bantal sambil menikmati musik yang memekakan pendengarannya.
ia bingung, marah dan juga kesal pada ezra. sepulang sekolah siti berlari menghampiri jessie di gerbang. siti memberitahu bahwa tim mereka kalah sparing, jadi jessie hanya mengatakan berduka atas kekalahan sekolahnya. namun yang mengejutkan ketika siti berkata bahwa keduanya melakukan taruhan.
taruhannya adalah dirinya. siti bilang, kalau ezra kalah berarti Jessie harus jadi Pelayan Gavu, dengan Ezra sendiri yang nganter jessie ke Gavi. tapi kalau Ezra menang, Gavi gk boleh gangguin jessie lagi.
dan kedua kalinya jessie mengucapkan RIP untuk dirinya sendiri, setelah mendengar taruhan bodoh Ezra dan Gavi.
ponsel jessie terus berdering. Ezra terus membanjiri jessie dengan telpon maupun chat. bukan hanya Ezra tapi juga Siti yanh menanyakan keadaan Jessie.
"aaaaarrrgggg" teriak jessie
rasanya ingin menghilang dari dunia. ia tidak suka jadi pusat perhatian, tapi kenapa malah terjebak dalam permainan dua orang terpopuler dari 2 SMA ternama di kotanya.
Jessie yang kesal mengangkat telpon masuk
"GUE GK MAU DI GANGGU EZRA! LU KIRA GUE BARANG YANG BISA ASAL LO TARUHIN GITU HAH? SEENGGAK BERHARGA ITUKAH GUE DI MATA LO! BRENGSEK!"
"woww, woww. santai dong"
"lo siapa? lo bukan ezra?"
"gua gavi"
"MAU APA LO!"
"mm, cuma mau ngingetin kalau ezra kalah taruhan"
"f*ck! denger ya garpu! gue gk perduli dengan taruhan kalian! jangan bawa bawa gue! gue gk pernah setuju taruhan itu ngelibatin gue!"
"nama gue GAVI bukan garpu! gue gk perlu persetujuan lo juga, orang pentolan sekolah lo ajh udah menyetujuinya"
"ajg!" "persetan yah dengan lu pada! stop ngerusuhin hidup gue!"
jessie mematikan telponnya. ia juga langsung mematikan ponselnya agar tak ada yang mencoba menganggu nya.
"kalo minta pindah sekolah di ibu,,,, bakal di kasih gk ya" batin jessie
*
jessie tak masuk sekolah hari ini. ia memantau keadaan sekolah dari siti. dan mengetahui bahwa gavi terus mencarinya. sampai menunggunya di depan gerbang sekolah, dan malah berujung bertengkar dengan Ezra.
bell rumah jessie berbunyi beberapa kali. jessie segera membuka kan pintu dan di dapatinya Ezra yang berdiri sambil menenteng sebuah kantung dengan wajah babak belur.
"mau apa lo!"
"galak banget sih, takut tau"
"lo taukan gue masih marah Ezra! dan mungkin gue gk bakal maafin lo!"
"ia tau, orang ke sinj cuma mau nganter siomay mang jali kok bukan minta maaf"
"ih! ngeselin banget sih!" "tunggu disini!
jessie masuk ke dalam rumah mencari kotak p3k yang biasa ibunya simpan di dapur. ia mengambil beberapa kapas dan betadine. jessie duduk di sebelah Ezra. hening tak ada yang berbicara, hanya tangan jessie yang bergerak mengobati luka Ezra
"sshh aw pelan jess, sakit"
"kalau tau sakit siapa suruh berantem!"
"dia yang mulai duluan jess"
"diem ya! gue gk minta penjelasan apapun!"
"maaf. udah dong jangan marah jess. gue janjj bakal lindungin lo. si gavi itu gk bakal berani mendekat 5 cm dari lo!"
"bacot! ngelindungin diri sendiri ajh gk bisa! mau sok sok an ngelindungin gue!"
"lo gk tau ajh jess dia lebih babak belur dari gue"
"gue gk mau tau! itu urusan lo berdua. intinya gk usah libatin gue!"
"iya jess maaf. 24/7 lo harus selalu di dekat gue"
"lo mabok ya! apa kena gegar otak?"
"gue serius jess. itu satu satunya cara biar gavi gk berani deketin lo"
"ezra gue temenan sama lo ajh udah beban apalagi kalo lo suruh 24/7 gue deket lo terus! yang ada bukan gavi yang ngeresein gue, tapi penggemar lo di sekolahan!"
jessie menarik nafas "udah deh ya, mending lo gk usah deket deket gue. gue bisa jaga diri gue sendiri! pulang lo!"
"jess, lo gk tau gavi tuh orang seperti apa"
"dia seperti apa zra?!"
"dia nekat jess, jahat, psikopat"
"kalo lo udah tau dia kayak gitu kenapa lo tega zra jadiin gue taruhan? padahal lo bisa nolak kan? lo cuman gk pengen ajh di anggep pengecut sama si gavi kan? makanya ngorbanin gue yang gk berharga ini?"
"gk gitu jessie... gue nerima atau nggak taruhan itu, gavi bakal tetep gangguin lo"
"ya tapi lo itu udah nginjek harga diri gue dengan nerima taruhan itu! lo paham gk sih Zra!"
"maaf jess, gue bener bener minta maaf karena berfikiran pendek"
"mending lo pulang.,"
"ini siomaynya di makan ya. gue balik dulu. kalo ada apa apa langsung telpon gue jess"
jessie tak memperdulikan Ezra dan langsung masuk ke dalam rumah membawa kanting siomay yang di berikan Ezra.