"Awwwhh ...!" pekik Marie tertahan saat sang putra mengoleskan obat pada luka-lukanya.
"Tahanlah sedikit, Mam ... sedikit lagi saja."
Dengan telaten, David membasuh darah yang mulai mengering dari luka-luka itu, lalu mengobatinya meski tangannya gemetar.
Luka akibat cambukkan Martin begitu banyak meninggalkan luka, bahkan sebagian besar tidak hanya memerah dan bengkak namun juga mengeluarkan darah segar yang masih mengalir.
Bukan hanya itu, bahkan di bagian perut, dada dan pinggang Marie memar karena tinju tangan Martin mendarat di sana, menambah rasa sakit yang dirasakannya.
"Sialan! Biadab! Dia iblis, bukan manusia," lirihnya seraya menahan tangis.
"Jangan menangis, maafkan mami ... semua salah Mami," lirih Marie seraya mengusap air mata sang putra.
"Dia yang salah. Lihat saja, suatu hari aku akan menghabisinya dengan tanganku—"
"Stop!" desis Marie. "Nanti ada yang mendengarnya."