RAHAYA balas menatap, sebelum kemudian sibuk kembali membenahi posisi botol infus yang masih terpasang di punggung tangannya.
"Kamu berharap aku akan pulang kemana, kalau bukan pulang ke rumah suamiku sendiri?" Rahaya balik bertanya. Leonardo tertawa sinis.
Dia berharap Rahaya akan tersinggung, melemparkan sesuatu ke arahnya, lalu mengumpulkan semua pakaian dan kabur untuk selama-lamanya.
Namun harapan itu sepertinya sia-sia. Di depannya wanita itu hanya duduk diam dengan wajah datar tanpa emosi.
Mau tak mau Leo terpaksa menatap wajahnya kembali. Iris hitam yang cemerlang, bibir merah alami yang sebenarnya tak memerlukan bantuan lipstick sama sekali.
Kulit putih yang halus dan terawat. O, o.... Ternyata selama ini ia tidak pernah benar-benar memperhatikan Rahaya sampai seperti ini.
"Ternyata sikapmu sekarang, jauh lebih buruk dari yang dulu," hina Leo.
"Terima kasih," jawab Rahaya, sama sekali tidak merasa tersinggung dengan pernyataan itu.