BEGITU berada di lantai atas, Sania berkali-kali melayangkan pandangannya ke arah pintu kamar Rahaya yang tertutup rapat.
"Mbok...," panggilnya kepada Asih.
"Nyonya muda kok jadi lain sekali ya? Apa mungkin dia i-itu bukan Nyonya muda?" tanyanya setengah berbisik, takut suaranya di dengar oleh yang lain.
"Hush, ngaco kamu! Jangan ngomong sembarangan. Kedengeran Nyonya, mampus kamu digamparin." Sania bergidik mendengar ancaman Mbok Asih.
"Ih, jangan nyumpahin aku dong Mbok," gerutunya sambil menjauh dari kamar yang tertutup rapat itu.
"Tapi, kalau di eman-eman, Nyonya memang berubah sih." Sela wanita paruh baya itu setengah bergumam.
"La iya. Semua pada dibuang-buangi, to. Mana yang dibuang itu justru barang-barang kesayangan Nyonya sendiri, lagi?" Mendengar penuturan Sania, Mbok Asih tampak berpikir sejenak.
"Benar juga ya. Apalagi Nyonya muda yang sekarang juga tidak segalak yang dulu kan, Nduk?"