Chereads / Suamiku Manis / Chapter 8 - Chapter 8 ( Pengakuan Leon Louis Devian )

Chapter 8 - Chapter 8 ( Pengakuan Leon Louis Devian )

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi, Syafa sudah selesai membersihkan menyiapkan sarapan dan menyiapkan sarapan untuk suami dan kedua orang tuanya. Ketika sedang asik mempersiapkan piring dan gelas, Syafa pun pun pergi untuk menjemput suaminya.

Sesampainya di kamar...

Syafa menatap tempat tidur yang sudah rapi dan suaminya tidak ada di sana. Saat sedang asik dengan lamunannya, tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluk tubuhnya dengan sangat erat.

"Selamat pagi Sayang," ujar Leon.

"Pagi juga Sayang," ujar Syafa dengan nada pelan dan langsung menunduk malu.

"Jangan menunduk sayang. Ingatlah, kau adalah istriku. Istri dari Leon Louis Devian dan juga Ibu dari anak-anak kita kelak," ujar Leon.

Leon mengecupi bibir istrinya dan juga leher sang istri. Syafa menggenggam erat tangan kekar suaminya dan mengecupnya lembut.

"Kamu salah jika mencium tanganku saja sayang. Coba cium kening dan bibirku," goda Leon membuat sang istri semakin malu.

Leon membalikkan tubuh mungil istrinya agar berhadapan dengannya.

"Hari ini aku akan memberikan dirimu sebuah kejutan," ujar Leon.

Tak lama kemudian Devian datang dan ia sedikit terkejut namun tersenyum bahagia.

"Kalian sedang apa?" tanya Devian dengan nada menggoda putranya.

"Sejak kapan Ayah ada di sini?" tanya Leon.

"Sejak kamu asik berpelukan dengan putriku," balas Devian.

Syafa hanya menunduk dan Devian tersenyum.

"Ayah. Aku sudah membuatkan sarapan untuk kita semua," ujar Syafa.

"Baiklah nak, Ayah akan ke ruang makan bersama dengan Bunda dan adikmu. Kalian lanjutkan saja bermesraan," ujar Devian.

Syafa memandang Leon dengan tatapan lembut, Devian tertawa geli lalu pergi.

"Sayang," ujar Syafa.

"Ya Sayang," ujar Leon.

"Pakai bajunya. Nanti kamu masuk angin," ujar Syafa.

"Aku masuk angin pun tidak masalah sayang. Kamu pasti akan merawatku dan menyembuhkan suamimu kembali," ujar Leon.

"Tentu saja karena melayani suami adalah kewajibanku," ujar Syafa.

"Kamu sangat pintar sayang," ujar Leon.

Leon mengecup bibir sang istri dengan lembut lalu melangkah kecil ke arah lemari.

"Mas mau apa?" tanya Syafa.

"Mas mau mengambil pakaian Sayang," balas Leon.

"Pakaian kamu sudah aku siapkan," ujar Syafa, "Ada di atas meja,".

Leon menepuk keningnya pelan.

"Aku lupa," ujar Leon.

Leon hanya tersenyum dan mulai memakai pakaiannya.

"Sayang. Aku tampan ya sehingga kamu memandangku seperti itu?" tanya Leon.

"Tentu saja. Mas sangat tampan dan aku selalu berdoa agar kita selalu bersama selamanya," balas Syafa, "Aku berjanji akan selalu mendampingimu kemana pun kamu pergi,".

Leon tersenyum dengan janji yang diucapkan istrinya.

"Aku juga berjanji akan selalu bersamamu selamanya dan akan menjadi pelindungimu setiap saat," ujar Leon.

Leon pun memeluk erat istrinya.

Setiap wanita dewasa pasti menginginkan kebahagian dengan menikah bersama dengan pria yang ia cintai. Namun agar dapat mewujudkannya, kunci pertama adalah kepercayaan. Hubungan yang dilandaskan dengan kepercayaan pasti akan kuat dan kokoh. Kunci kedua adalah kesetian, kesetian bagi sebuah hubungan adalah hal yang sangat diutamakan. Jika tidak ada kesetian, maka hubungan itu akan hancur berkeping-keping. Kunci yang terakhir adalah kejujuran dan saling terbuka, hubungan yang didasarkan dengan kejujuran dan terbuka pasti akan sangat luar biasa, karena dalam hal kejujuran, hubungan akan semakin erat dan kokoh. Setiap hubungan pasti akan selalu dilewati dengan cobaan dan cobaan itu jika dijalankan dengan rasa kepercayaan, kesetian, dan kejujuran ( saling terbuka ) akan berbuah manis.

***

~ Ruang Makan ~

Devian, Alisia, dan Allena sedang berbincang sambil menunggu kedatangan Leon dan Syafa.

"Ayah. Di mana kakak dan kakak Syafa?" tanya Allena.

"Mereka masih di kamar. Biarkan dahulu nanti juga datang untuk sarapan bersama," balas Devian.

"Mas. Aku punya ide," ujar Alisia.

"Ide apa?" tanya Devian.

"Bagaimana kau Leon dan Syafa kita suruh untuk honeymoon ke New York, Amerika Serikat," balas Alisia.

"Aku setuju. Lagi pula sangat bagus untuk hubungan mereka agar lebih erat," ujar Devian.

Tak lama kemudian, Syafa dan Leon datang. Devian, Alisia, dan Allena tersenyum hangat.

"Selamat pagi putra dan putriku," ujar Alisia.

"Pagi juga, Bunda."

Syafa dan Leon pun tersenyum.

Leon pun duduk di tempat pavoritnya lalu Syafa pun mulai mengambilkan nasi dan lauk pauknya untuk suami serta dirinya.

Devian dan Alisia tersenyum bahagia.

"Ayah, Bunda. Aku ambilkan nasi dan lauk pauknya ya," ujar Syafa.

"Tidak nak. Kamu layani suamimu saja," ujar Devian dengan nada lembut.

"Benar kata Ayahmu nak. Kamu layani saja suamimu," ujar Alisia dengan nada lembut.

Syafa hanya mengangguk patuh.

"Allena. Kakak ambilkan nasi dan lauk pauknya ya," ujar Syafa.

"Tidak, kakak makan saja. Kakak Leon menunggu kakak untuk makan bersamanya," ujar Allena.

"Baiklah kalau begitu," ujar Syafa.

Mereka pun sarapan dengan tenang dan juga bahagia.

Mereka telah selesai sarapan.

Leon meminum air miliknya dan tersenyum menatap istrinya.

"Ayah, Bunda. Kami berangkat ya," ujar Leon.

"Kalian akan pergi bersama ya. Baiklah," ujar Devian dan Alisia.

"Kami pamit," ujar Leon.

Devian dan Alisia hanya mengangguk lalu Leon dan sang istrinya pun pergi.

"Kalian bersihkan ruangan ini saja," ujar Devian.

"Baik Tuan."

Devian, Alisia, dan Allena pun pergi.

Di sisi lain...

~ Mansion Handoko ~

Liam Handoko menatap tajam poto putri yang ia banggakan dan dicintainya. Ia mengepalkan tangannya mengingat video yang di kirimkan oleh putra dari Devian Fernando, ia juga mengingat tamparan yang dilayangkan dirinya dan istrinya kepada Leon Louis Fernando.

"Aku akan hancur karena ulah putriku sendiri," ujar Liam Handoko.

"Perusahaanku akan hancur," lirih Liam Handoko.

Liam menjambak keras rambut miliknya dan mulai berteriak frustasi.

Aaaaaa!

Tak lama kemudian sang istri datang.

"Mas," ujar sang istri.

"Pergi!" tegas Liam Handoko.

"Kenapa kamu sekasar ini pada putri kita?" tanya sang istri.

"Aku bilang pergi!" balas Liam Handoko.

"Aku punya ide cemerlang," ujar sang istri.

"Ide apa?" tanya Liam Handoko.

"Bagaimana kalau kita paksa Leon untuk menikahi Citra," balas sang istri.

"Kau yakin dengan idenya?" tanya Liam Handoko.

"Tentu saja. Aku yakin Leon masih mencintai putri kita," balas sang istri.

"Baiklah. Ayo kita datangi Leon ke kantornya," ujar Liam Handoko.

"Baiklah sayang. Ayo," ujar sang istri.

Mereka pun pergi.

Di sisi lain...

Leon dan Syafa telah sampai di Perusahaan.

"Sayang. Perusahaan ini milikku," ujar Leon.

"Besar sekali ya, Mas. Perusahaan ini pasti sangat kuat dan kokoh ditanganmu," ujar Syafa.

Leon tersenyum dan memeluk erat istrinya.

"Kamu akan selalu bersamaku, baik di kantor atau pun di mansion," ujar Leon.

Leon mengenggam tangan istrinya dan mengecup leher Syafa dengan sangat lembut.

"Ayo masuk," ujar Leon.

Syafa hanya mengangguk dan mengikuti suaminya memasuki gedung pencakar langit yang super megah dan mewah.