Leon telah sampai di ruang rapat bersama dengan sang istri tercinta. Leon menangkup kedua pipi istrinya.
"Kamu sangat cantik sayang," ujar Leon.
Syafa menunduk dan memeluk erat Leon.
"Mas juga sangat tampan dan menggemaskan," ujar Syafa.
Tak lama pintu di ketuk.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!" tegas Leon.
Pintu ruangan pun terbuka.
"Selamat pagi," ujar Elion.
"Pagi juga, El."
"Tuan. Mereka sudah berkumpul di ruang rapat," ujar Elion.
"Baiklah," ujar Leon.
Elion pun menunduk hormat lalu pergi.
"Ayo Sayang ikutlah denganku," ujar Leon.
"Baiklah Sayang. Aku akan ikut denganmu," ujar Syafa.
Leon dan Syafa pun pergi ke ruang rapat.
Di sisi lain...
Liam dan istrinya telah sampai di Perushaan besar milik Leon.
"Aku cemas. Bagaimana kalau dia menolak menikahi Citra," ujar Liam Handoko.
"Tenang saja. Aku sudah memikirkan caranya," ujar sang istri.
Liam Handoko dan sang istri pun masuk ke dalam Perusahaan itu.
***
~ Ruang Rapat ~
Leon Louis Devian berdiri tegas dihadapan karyawan-karyawannya, Leon melirik sang istri dan tersenyum.
"Kalian pasti bingung bukan mengapa aku membawa seorang gadis manis ke ruang rapat!" tegas Leon.
"Hari ini, aku Leon Louis Devian memperkenalkan pada kalian bahwa gadis disebelahku ini adalah istriku," ujar Leon dengan nada tegas.
Tepuk tangan terdengar nyaring membuat Leon tersenyum.
"Akhirnya, semua orang tahu bahwa Syafa adalah istri sahku," batin Leon.
Leon memeluk erat istri sahnya.
"Perkenalkan ia adalah istriku, Syafa Aulia Rahmah."
Karyawan yang berada di dalam ruangan itu tampak bahagia.
"Mulai minggu depan, aku sebagai CEO Perusahaan mengadakan kegiatan perkemahan selama satu minggu," ujar Leon.
Para peserta rapat sangat bahagia dan mulai bertepuk tangan.
"Rapat kali ini selesai," ujar Leon.
Leon dan Syafa pun pergi begitu pula dengar karyawan-karyawan.
***
~ CEO Room ~
Leon memijat keningnya yang terasa sakit.
"Kamu baik-baik saja Sayang?" tanya Syafa.
"Aku merasa pusing," balas Leon.
Syafa pun mulai memijat kepala Leon dengan sangat sangat lembut membuat Leon tenang.
"Aku ingin bercerita padamu Sayang," ujar Leon.
"Ceritakan saja Sayang." ujar Syafa.
"Aku dulu pernah menjalin hubungan dengan Citra. Namun Sayang hubunganku dengannya hancur karena dia telah mengkhianati aku," ujar Leon.
Syafa meneteskan air matanya, Leon menatap istrinya yang meneteskan air matanya.
"Maapkan aku yang selalu menyakiti dirimu Sayang," ujar Leon.
Leon mengenggam kedua pipi istrinya dan mengecupnya dengan lembut. Semburat merah mulai muncul di pipi Leon.
"Pipi kamu merah sayang," ujar Leon.
Syafa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Jangan ditutup Sayang," ujar Leon.
Leon mengenggam tangan Syafa dan mengecupnya lembut.
"Kedua tangan ini yang akan memberikan pelukan hangat untuk anak-anak kita," ujar Leon.
Leon memeluk erat tubuh istrinya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu Sayang," ujar Leon.
"Katakan saja. Aku siap mendengarnya," ujar Syafa.
Leon mengambil sebuah kotak besar berwarna merah dan membukanya.
"Syafa Aulia Rahmah. Aku sangat mencintaimu ...."
Leon memasangkan cincin pernikahan pada jari manis istrinya.
"Cincin ini memang sangat tepat berada pada jarimu," ujar Leon.
Syafa tersenyum dan memeluk Leon dengan sangat erat.
"Kamu sangat manis," ujar Leon.
Leon mulai memasangkan empat gelang di tangan kanan dan kiri Syafa.
"Suatu saat, gelang-gelang ini akan ada ditangan menantu perempuan kita," ujar Leon.
Syafa tersenyum dan mengusap lembut pipi Leon yang masih meninggalkan lebam merah.
"Pipi kamu kenapa Sayang?" tanya Syafa.
"Aku tidak apa-apa Sayang," balas Leon.
Leon mengambil sebuah kalung Liontin berbandul berlian berbentuk hati.
"Kamu pasti akan tambah cantik memakai kalung ini," ujar Leon.
Leon mulai memakaikan kalung itu ke leher istrinya dengan sangat lembut dan mereka pun berpelukkan.
"Terimakasih Sayang," ujar Leon, "Terimakasih karena telah sabar menanti cinta dariku dan penantianmu berakhir bahagia."
Leon mengecupi pipi istrinya.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan masuklah Liam Handoko dan Liani Handoko.
"Leon!" teriak Liam Handoko.
Leon terkejut dan menatap tajam Liam Handoko.
"Tetaplah bersamaku," ujar Leon tegas.
Leon mendudukkan istrinya dipangkuannya.
"Hei nona. Kau keluarlah," ujar Liani.
"Ingat perkataanku tadi," bisik Leon.
Syafa menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.
"Leon. Kenapa kau membiarkan gadis ini menyandarkan kepalanya padamu," ujar Liam Handoko.
"Bukan urusanmu!"
Leon mengusap lembut tangan istrinya. Jujur, sesuatu di bawahnya benar-benar menyiksa dirinya.
Liam terkejut dengan perkataan Leon yang terkesan sangat kasar.
"Leon. Aku ingin meminta sesuatu padamu," ujar Liani.
Leon tersenyum sinis.
"Menikahlah dengan Citra," ujar Liam.
"Apa kau tidak punya rasa malu dengan memintamu menikahi putrimu itu?" tanya Leon.
"Aku tidak bisa melakukan apa pun lagi nak selain memintamu menikahi putriku," ujar Liam.
"Jadi kau berfikir aku mau menikahi putrimu itu hah!" bentak Leon.
"Tentu saja. Aku yakin kamu masih memiliki rasa cinta yang dalam untuk Citra," ujar Liani.
"Kau terlalu percaya diri, Nona Liani. Aku sudah move on dari putrimu. Allah sudah memberiku seorang gadis yang akan menjadi Bunda dari anak-anakku kelak," ujar Leon.
Syafa bangkit dari duduknya sesuai permintaan Leon.
"Aku akan memperkenalkan pada kalian seorang gadis yang telah sah menjadi istriku dan usia pernikahan kami sekarang tepat tiga tahun," ujar Leon.
"Happy Anniversary, Honey."
Leon mengecup bibir Syafa dengan sangat lembut. Syafa terkejut dan tersenyum bahagia.
"Happy Anniversary Too. Honey," ujar Syafa.
Hari ini tepat pada hari Rabu, 10 November 2021. Pernikahan Leon dan Syafa resmi menginjak 3 tahun.
"I Love You. My Wife," ujar Leon.
"I Love You Too. My Husband," ujar Syafa.
Leon memeluk Syafa dengan sangat erat.
"Sejak kapan kalian menikah?" tanya Liam dan Liani.
"Sejak putrimu mengkhianatiku dengan cara bercinta dengan pria lain dihadapanku," ujar Leon, "Sejak saat itu lah aku meminta orang kepercayaanku untuk mencarikan seorang gadis yang sangat polos untuk menjadi istriku."
Leon menatap istrinya dan tersenyum hangat.
"Sebaiknya kita pergi ke tempat nenek. Sudah lama tidak mengunjunginya," ujar Leon.
"Kau menikahi gadis yatim piatu? Aku tidak menyangka seleramu rendahan, Leon."
Perkataan Liam membuat emosi dalam diri Leon memuncak.
"Berani sekali kau menghina istriku. Tuan Handoko!" bentak Leon.
Leon mendekati Liam diikuti oleh Syafa.
"Kau pasti akan menyesali perkataanmu itu!" bentak Leon.
Leon pun menggenggam tangan istrinya dengan lembut lalu pergi.
"Bagaimana ini. Leon sangat marah," ujar Liani.
"Kau tenang saja Sayang. Aku akan membuat Leon mau menikahi Citra," ujar Liam.
"Bagaimana caranya Sayang," ujar Liani.
"Aku akan membuat keretakan dalam hubungan mereka," ujar Liam.
"Kau sangat cerdas suamiku. Aku membayangkan ketika rencanamu berhasil, putri kita akan duduk di pelaminan bersama dengan Leon," ujar Liani.
"Rencanaku tidak akan pernah gagal Sayang," ujar Liam dengan nada percaya diri.
Liam dan Liani pun pergi.