Dalam mobil...
Leon menatap istrinya yang hanya diam memikirkan perkataan kedua orang tua Citra. Leon mengecup mata indah istrinya.
"Mas. Perkataan mereka benar," ujar Syafa, "Tidak seharusnya kamu memilih gadis yatim piatu sepertiku untuk menjadi istrimu."
Leon terdiam mendengar penuturan istrinya, ia menghela nafas panjang dan membawa Syafa ke dalam pelukannya.
"Apa yang mereka katakan itu tidak perlu kamu pikirkan," ujar Leon dengan nada yang sangat tegas.
"Kamu pantas bersanding denganku karena dirimu adalah cinta sejatiku," lanjut Leon.
Leon mengusap lembut rambut istrinya dan mengecupi bibir ranum sang istri dengan sangat lembut.
"Kamu istriku selamanya," ujar Leon.
Leon mengusap air mata yang keluar dari mata indah istrinya dan mengusap lembut dada istrinya.
"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat," ujar Leon.
Leon mulai menghidupkan mesin mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan sedang.
Sambil menyetir Leon menatap istrinya.
"Sudah Sayang. Jangan difikirkan," ujar Leon.
Leon mengusap lembut pipi istrinya dan kembali fokus menyetir.
"Kamu akan tersenyum lagi setelah melihat pemandangannya," ujar Leon.
Leon membelokkan mobilnya ke sebuah gang yang sangat lebar dan juga terang.
Beberapa menit kemudian...
Leon telah sampai di Pantai.
"Ayo turun kita sudah sampai," ujar Leon.
Leon pun membuka pintu mobilnya dan tiba-tiba ponselnya berdering.
Kring...
Kring...
Kring...
Leon langsung mengangkat telponnya.
***
Leon:[Ada apa Ayah?]
Devian:[Kamu di kantor?]
Leon:[Leon ada di Pantai,]
Devian:[Baiklah nak. Kamu harus membuat Syafa tersenyum lagi,]
Leon:[Tentu saja Ayah. Semua ini gara-gara Liam Handoko dan istrinya,]
Devian:[Apa yang mereka katakan pada putriku. Leon?]
Leon:[Mereka menghina istriku Ayah,]
Devian:[Kurang ajar. Aku akan menemui mereka sekarang juga.]
( Panggilan Selesai )
Setelah selesai menelpon, Leon menyimpan ponselnya di dalam mobil.
"Pantainya indah sekali," ujar Syafa.
Senyuman terbit dari bibir mungil miliknya. Leon yang melihat itu ikut tersenyum.
"Ah aku punya ide," ujar Leon.
Leon pun berlari mendekati istrinya dan menggendongnya.
"Mas. Kamu membuatku terkejut," ujar Syafa.
Leon tersenyum dan mengecupi bibir istrinya.
"Sudah cukup sedihnya, Nyonya Leon. Kamu harus tersenyum," ujar Leon.
Leon pun melangkah ke tengah pantai.
"Rasanya tidak enak jika main ke pantai tapi tidak berenang Sayang," ujar Leon.
Leon mengecupi pipi istrinya dan melompat ke dalam air.
Byurrr...
Syafa terkejut bukan main saat dirinya telah berada di tengah pantai.
"Adem airnya," ujar Leon.
Leon tersenyum melihat tatapan istrinya.
"Melihat tatapanmu ini aku jadi ingin menerkam dirimu," ujar Leon.
Syafa mencubit gemas pipi Leon.
"Aww!" jerit Leon.
Syafa terkejut dan langsung mengusap pipi Leon.
"Maapkan aku Sayang. Aku ...," perkataan Syafa terhenti karena kecupan di bibirnya.
"Jangan pernah meminta maap Sayang. Aku hanya bercanda karena sebenarnya cubitanmu itu tidak ada sakit-sakitnya," ujar Leon.
Leon melepaskan gendongannya agar tubuh Syafa berada di dalam air.
"Mas," ujar Syafa dengan nada panik.
"Tenang. Ada aku," ujar Leon.
Leon tahu sang istri tidak bisa berenang oleh karena itu ia tetap menahan tubuh istrinya.
"Maapkan aku Mas. Karena aku tidak bisa berenang," ujar Syafa.
"Sekali lagi kamu meminta maap. Aku tidak akan segan-segan melepaskan tanganku dari tubuhmu," ujar Leon dengan nada yang terkesan mengancam.
Syafa terdiam membuat Leon ingin sekali tertawa.
"Aku tidak sekejam itu Sayang," ujar Leon.
Leon mengecup leher istrinya dan tersenyum.
"Aku akan mengajarimu berenang," ujar Leon.
Leon melepaskan pegangannya dari tubuh Syafa.
"Mas," ujar Syafa ketakutan.
"Aku ada di sini. Jangan takut," ujar Leon.
"Tenangkan dirimu dan rasakan air itu menyatu denganmu," lanjut Leon, "Tarik nafas dalam-dalam."
Syafa mengikuti perintah dari suaminya dan mulai menarik nafas dalam-dalam.
"Bagus Sayang," ujar Leon.
Syafa membuka matanya ia sudah tidak takut lagi dengan air.
"Mulailah menggerakan kaki dan tanganmu seperti katak," ujar Leon.
Syafa menurut dan mulai menggerakan kaki dan tangannya seperti kata yang sedang berenang.
Leon menepuk kedua tangannya begitu pun dengan pengunjung pantai yang lainnya.
Prok!
Prok!
Prok!
"Wah pasangan yang romantis."
"Suaminya sabar yah mengajari istri yang tidak bisa berenang."
"Pria itu suami idaman banget."
Masih banyak lagi perkataan-perkataan yang Leon dengar dari pengunjung pantai namun ia mengabaikannya.
Syafa mendekati sang suami dan memeluknya dengan sangat erat.
"Terimakasih ya Mas karena telah mengajariku berenang," ujar Syafa.
Leon tersenyum dan mengusap-usap punggung sang istri dengan sangat lembut.
"Sama-sama Sayang," ujar Leon.
Leon mengecupi leher istrinya dengan penuh kasih sayang.
"Sebaiknya kita beli makanan dahulu biar kamu tidak masuk angin," ujar Leon, "Setelah itu kita lanjutkan lagi berenangnya."
"Baiklah Sayang."
Leon dan Syafa pun pergi.
Di sisi lain...
~ Mansion Dev ~
Devian sangat kesal setelah menerima kabar dari putranya bahwa Syafa putrinya telah di hina.
"Aku bersumpah akan membuat hidupmu menderita Liam Handoko," ujar Devian.
Devian pun bangkit dari sofa kesayangannya dan berlari sambil menaiki anak tangga.
~ Kamar ~
Devian mengganti pakaiannya dan memakai jas formal berwarna hitam dengan sepatu dan kacamata yang senada.
Tak lama kemudian sang istri datang dan menatap aneh suaminya yang sudah rapi.
"Mas. Kamu mau kemana?" tanya Alisia.
"Kamu juga bersiaplah. Kita akan pergi menemui Liam Handoko dan istrinya," balas Devian dengan nada tegas.
"Baiklah suamiku. Aku akan bersiap-siap," ujar Alisia.
Devian pun keluar dari kamar dan memilih menunggu sang istri di ruang tamu.
"Pasti ada masalah," ujar Alisia.
Alisia pun mulai mengganti pakaian dengan cepat lalu menyusul suaminya.
Di sisi lain...
Leon dan Syafa sedang menikmati telur gulung, sosis gulung, dan mie gulung.
"Enak ya makanannya," ujar Syafa.
"Kamu benar Sayang. Kamu tahu tidak sejak kecil aku selalu jajan seperti ini," ujar Leon.
"Sama sepertimu Mas. Aku juga selalu jajan yang seperti ini," ujar Syafa.
Leon tersenyum dan menyuapi Syafa.
"Kamu bahagia Sayang?" tanya Leon.
"Sangat bahagia," balas Syafa.
Syafa menyuapi Leon membuat pria itu tersenyum.
"Ouh iya ada satu lagi makanan pavoritku sejak kecil," ujar Leon.
"Apa itu. Mas?" tanya Syafa.
"Tunggu sebentar," balas Leon.
Leon pun meninggalkan Syafa sendirian.
Leon tidak gegabah meninggalkan Syafa sendirian, pasti akan ada sepuluh bodyguard yang mengawasi istrinya dari jauh.
Perlu kalian tahu, Leon Louis Devian adalah tipe pria yang possessive dan overprotective. Jika ada orang yang ingin menyakiti keluarga atau pun orang terdekatnya, ia tidak akan segan-segan menghancurkan hidup orang itu.
Leon memang kejam, namun ia akan hangat pada orang tercintanya. Ia memiliki sikap yang dipenuhi dengan kelembutan dan kasih sayang. Namun itu dahulu sebelum kejadian pada malam itu terjadi.
Flashback On
Di sebuah Mansion mewah yang terletak di kota Sukabumi, terlihat seorang pria dengan pakaian formalnya sedang bersiap-siap melamar kekasihnya.