Adferion Brian dan Alfiani Brian datang untuk menyaksikan kepergian putra kedua, istri, dan cucunya.
"Mereka belum pergi Rico?" tanya Adferion dengan nada dingin khasnya.
"Belum Ayah. Mereka sedang mengemasi barangnya," balas Rico.
"Baguslah," ujar Adferion, "Aku tidak mau menahan malu lebih lama lagi."
"Kamu yakin akan mengusir mereka Sayang?" tanya Alfiani.
"Tentu saja. Mereka telah membuatku malu," balas Adferion.
"Aku harap kita tidak akan menyesal nantinya," ujar Alfiani.
"Tentu saja tidak," ujar Adferion.
Tak lama kemudian datanglah Devian, Alisia, dan Allena.
"Cepatlah pergi dari sini," usir Rico.
Devian menatap kedua orang tuanya.
"Aku harap ... kalian tidak akan menyesal suatu saat nanti," ujar Devian.
"Pergilah dari sini," usir Adferion.
Devian, Alisia, dan Allena pun pergi meninggalkan Mansion warisan Ayahnya.
Di sisi lain...
Di sebuah cafe room private, terlihat Leon sedang asik meminum alkohol hingga mabuk berat.
"Kamu mau tambah lagi, Leon?" tanya Rudy.
"Kau tidak perlu bertanya lagi, Rudy. Pasti Leon mau tambah," balas Bagas.
Rudy menuangkan kembali alkohol di gelas milik Leon.
"Minumlah, Leon. Kita bersenang-senang," ujar Rudy.
Leon mengambil gelas itu hendak meminumnya kembali namun tiba-tiba Jayden dan Zayyan melempar gelas itu dengan kencang.
Prang!
Leon menatap tajam Jayden dan Zayyan.
"Cukup, Leon! Kau ini sudah sangat mabuk lebih baik ikut kami," ujar Jayden dan Zayyan.
"Berani sekali kalian menganggu ketenangan sahabat kami!" bentak Rico dan Bagas.
"Sahabat kalian bilang? Seharusnya kalian membantu Leon bangkit dari keterpurukan bukan malah mengajaknya minum-minuman alkohol," ujar Jayden dengan nada kesal.
Tak lama kemudian kedua bodyguard Jayden dan Zayyan datang.
"Bawa Leon ke mobil. Kami akan menyusul," ujar Jayden dan Zayyan.
"Baik Tuan."
Kedua bodyguard itu membopong tubuh Leon yang sudah lemas karena alkohol.
"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Bagas.
"Kau bertanya aku siapa?" tanya Jayden.
"Ya," balas Rico dan Bagas.
"Aku adalah rekan bisnis sekaligus keluarganya," ujar Jayden.
Bagas dan Rico hanya diam dan Jayden tersenyum menyeringai.
Bagas Adrian pria berusia 19 tahun ia adalah seorang playboy yang memacari 3 gadis sekaligus. Seorang penjahat muda yang sangat cerdik dan pintar. Memiliki sifat yang kasar dan mesum membuatnya sangat ditakuti para wanita.
Rico Anggara pria berusia 19 tahun, ia adalah seorang psikopat kelas tinggi. Dia berbeda dari Bagas Adrian yang seorang playboy. Memiliki sikap yang tenang, tegas, dan berwibawa, untuk menutupi sikapnya ia berubah menjadi sosok yang sangat berbanding terbalik dari aslinya.
Siapa yang tidak mengenal seorang Jayden Rudolf Abiyan, seorang pengusaha kaya yang memiliki cabang perusahaan diberbagai dunia. Dikenal sebagai sosok yang tenang, tegas, dan berwibawa. Dia adalah pembisnis muda berusia 19 tahun dan juga seorang pria yang berpendidikkan tinggi.
Zayyan Al Fanan, pria berusia 19 tahun. Dikenal sebagai sosok yang tenang, tegas, dan berwibawa. Ia juga memiliki sifat yang misterius dan penuh misteri.
Zayyan menepuk bahu Jayden. "Kita harus segera pergi."
Jayden menggangguk lalu mereka berdua pergi.
***
~ Mansion J ~
Jayden membuka pakaiannya yang sudah berbau alkohol, jujur ia benci kepada orang yang meminum minuman keras.
"Kamu kenapa sih, Leon. Kenapa minum-minum yang berbahaya untuk kesehatan?" tanya Jayden dengan nada emosi.
Zayyan menepuk pundak Jayden.
"Aku punya ide," ujar Zayyan.
"Apa?" tanya Jayden.
"Kita lemparkan saja dia ke kolam renang," balas Zayyan, "Fikiran warasnya pasti akan kembali."
"Aku setuju dengan usulmu," ujar Jayden.
Jayden dan Zayyan membopong tubuh Leon lalu pergi menuju kolam renang yang airnya sangat dingin.
Sesampainya di kolam renang...
Jayden dan Zayyan langsung melemparkan tubuh kekar Leon ke dalam kolam.
Byuurrr!
Jayden dan Zayyan tersenyum geli.
Fikiran sehat Leon mulai kembali dan ia terkejut saat berada di dalam kolam renang yang dingin namun menyejukkan.
"Pasti ini ulah kalian," ujar Leon dengan nada kesal.
"Akhirnya kau sadar dari pengaruh alkohol, Leon."
Leon terkejut.
"Apa tadi yang kalian bilang?" tanya Leon dengan tatapan serius.
"Kau dalam pengaruh alkohol. Leon," balas Zayyan.
"Kau mabuk," lanjut Jayden.
Leon semakin terkejut.
"Kalian ingat tidak dengan siapa aku minum alkohol?" tanya Leon.
"Rico dan Bagas," balas Zayyan.
"Apa!" jerit Leon frustasi.
Jayden hanya diam ia berjalan menuju dapur untuk mengambil jus lemon dan camilan pavoritnya. Melihat Jayden pergi, Zayyan terkejut.
"Kau mau kemana. Jayden?" tanya Zayyan.
"Aku haus," balas Jayden.
Jayden pun menghilang dari hadapan Zayyan dan Leon.
"Mau kemana, Jayden?" tanya Leon.
"Biasa. Dia mau ambil minum karena haus," balas Zayyan.
Leon kembali menyelam dan berenang gaya katak. Tak lama kemudian, Jayden kembali.
"Loh ... Zayyan mana Leon?" tanya Jayden.
"Tuh dia lagi menyelam," balas Zayyan.
Jayden menghela nafas, ia bingung dengan sikap Leon yang terkesan penuh misteri.
"Leon. Aku mau bertanya padamu," ujar Jayden.
"Ya, Jayden. Kau mau tanya apa?" tanya Leon.
"Pertanyaan ini sangat penting," balas Jayden dengan serius.
"Katakan saja, Jayden."
Leon menatap serius sahabat yang seperti keluarga baginya.
"Apa yang menyebabkan kamu mabuk-mabukkan?" tanya Jayden.
Leon diam karena perkataan Jayden.
"Aku butuh jawabanmu, Leon. Bukan diammu."
Jayden meminum jus lemonnya dengan perlahan-lahan lalu mulai menikmati camilan miliknya.
"Citra Handoko telah mengkhianatiku, Jayden." Leon mengepalkan tangannya dan
Jayden mengepalkan tangannya tanda bahwa emosi mulai menguasai dirinya.
"Bukankah aku sudah bilang sebelumnya padamu, Leon? Kau sungguh keras kepala ingin menjalin hubungan dengannya," ujar Jayden.
"Ya, Jayden. Aku telah salah memilih wanita," balas Leon.
Jayden menghela nafas panjang lalu pergi begitu saja.
"Kau tunggu sini saja, Leon. Jayden pasti sangat marah karena ulahmu," ujar Zayyan.
Leon hanya mengangguk dan kembali menyelam, Zayyan pergi meninggalkan Leon untuk menyusul Jayden.
"Semua ini salahku. Seharusnya aku tidak menjalin hubungan dengan Citra sekarang Jayden marah padaku," batin Leon.
Leon menghela nafas panjang dan kembali menyelam.
Di sisi lain...
Jayden telah sampai di ruang pribadi miliknya atau tepatnya adalah ruang untuk menyendiri.
"Kau keras kepala, Leon."
Jayden menjambak rambutnya dan berteriak kencang. Jayden membuka pintu ruangan itu lalu masuk ke dalamnya.
Jayden telah sampai di ruangan itu, di dalamnya sangat gelap dan tidak ada cahaya sedikit pun.
Jayden menuruni anak tangga dengan perlahan-lahan. Mansion ini ia desain sendiri.
Ruangan itu memiliki ruang lain yang dinamakan ruangan bawah tanah, Jayden duduk di kursi goyang miliknya dan menutup matanya.
Wajah tampannya, mata biru, bibir seksinya dan tubuh kekarnya adalah idaman bagi setiap wanita. Namun sangat disayangkan, Jayden menutup pintu hatinya untuk wanita yang gencar menggodanya, menatapnya genit, dan lain-lain.
Jayden adalah sosok pria yang tidak akan pernah menyukai wanita sedikit pun karena masa lalu kelamnya, tidak suka wanita bukan berarti ia gay.