Leon Louis Devian adalah nama pria tampan berusia 20 tahun itu, sikapnya yang tenang dan tegas membuat pria itu banyak disukai para wanita.
"Nak. Apa kamu yakin akan tetap melamar dan menikahi Citra Handoko?" tanya Devian.
"Tentu saja, Ayah. Aku sangat mencintainya dan dia wanita pertama yang mampu membuatku jatuh cinta," balas Leon.
Alisia hanya menghela nafas panjang.
"Terserah kamu saja nak. Tapi, Ayah dan Bunda tidak akan ikut," ujar Alisia.
Alisia pun masuk ke dalam kamarnya karena kecewa yang sangat mendalam karena putranya yang ia sayangi tidak ingin mendengarkankan nasihatnya.
"Pergilah!" ujar Devian dengan nada tegas.
Devian pun pergi menyusul istrinya.
Leon terlihat sangat marah dan kesal karena sikap kedua orang tuanya yang terkesan menolak.
"Aku akan tetap menikahi Citra walaupun tanpa restu Ayah dan Bunda," ujar Leon.
Leon pun memasuki mobil mewah miliknya lalu pergi menemui gadis pujaannya ditemani para bodyguard.
Sesampainya di Mansion Handoko...
Suasana hati Leon sangat bahagia pagi itu, ia langsung mengetuk pintu Mansion itu dengan lembut. Bodyguard-bodyguardnya hanya diam, mereka juga tidak suka dengan kekasih bosnya itu seperti majikan besarnya.
Leon kembali mengetuk pintunya karena tidak ada yang membukanya.
Salah satu bodyguard dengan kemeja putih itu bertanya, "Tuan. Apa tidak ada orang ya di dalam?"
"Tidak mungkin, Adven. Citra dan keluarganya adalah orang baik-baik yang tidak pernah keluar dari rumah," balas Leon.
"Kalau boleh saran, sebaiknya Anda masuk saja ke dalam Mansionnya siapa tahu tidak terkunci."
"Ah kau benar ... Devon," ujar Leon.
Leon pun membuka pintu itu dan benar saja perkataan Devon terbukti bahwa pintunya tidak dikunci.
"Kau benar, Devon. Pintu tidak dikunci," ujar Leon.
Devon hanya diam dan Leon pun masuk ke dalam Mansion itu, Bodyguard-bodyguardnya menunggu mobil mewah miliknya.
Setelah sampai di ruang tamu Mansion itu, Leon merasa sangat heran karena suatunya sangat sepi.
"Di mana Om Liam dan Tante Liani? Kenapa sepi sekali?" tanya Leon.
Leon pun menyusuri seluruh penjuru Mansion, tiba ia mendengar desahan-desahan pria dan wanita yang sedang bercinta.
Leon pun terkejut saat melihat Citra Handoko, wanita yang sangat ia cintai dan banggakan sedang bercinta dengan pria asing.
"Citra," lirih Leon pelan.
Air mata mengalir begitu saja, wanita yang sudah ia rawat kesuciannya akhirnya menjadi hina karena bercinta dengan pria lain. Ia sendiri tidak pernah menyentuh wanitanya sedikitpun.
Ia mengambil ponselnya dan merekam adegan itu dengan penuh kebencian dan setelah selesai ia meletakan ponselnya kembali ke dalam saku celananya.
"Aku tidak menyangka kau akan berbuat hina dan mengkhianati ketulusanku cintaku, Citra. Aku membencimu, suatu saat diriku ini akan membalas perbuatanmu."
Leon pun pergi.
Leon tersadar dari bayangan masa lalunya ia melesatkan anak panahnya dengan asal dan...
Gotcha!
Anak panah itu mengenai sasarannya, Leon tersenyum menyeringai.
"Aku melupakan istriku dan melupakan hadiah untuknya," ujar Leon.
Leon pun pergi dengan membawa hadiah untuk istrinya.
Di sisi lain...
Syafa sedang menikmati Jus Lemon miliknya, tiba-tiba tubuh mungilnya didekap hangat oleh Leon.
"Sayang," ujar Syafa.
Leon tersenyum dan mengecup pipi Syafa.
"Aku punya hadiah untukmu Sayang," ujar Leon.
"Hadiah apa?" tanya Syafa dengan nada bingung.
Leon mengambil gelang emas dan memakaikannya ditangan Syafa.
"Gelangnya sangat indah," ujar Syafa.
"Gelang ini sangat cocok kamu pakai Sayang," ujar Leon.
Leon mengecup bibir Syafa dan mendekap erat istrinya dengan kehangatan tubuhnya.
Di sisi lain...
Devian dan Alisia sudah berada di Mansion Handoko, tatapan keduanya sangat tajam.
"Liam!" jerit Devian dengan lantangnya.
Tak lama pintu terbuka dan keluarlah Liam Handoko bersama istrinya, dengan kemarahan yang dalam Devian menampar pipi Liam Handoko.
"Pak Devian!" bentak Liani Handoko.
"Jika tidak ingin disakiti maka jangan menyakiti putriku Syafa!" bentak Alisia.
"Jadi hanya karena itu kau menampar suamiku," ujar Liani dengan nada meremehkan.
"Dengan Devian, Syafa itu tidak pantas jadi menantumu yang pantas itu hanyalah Citra putriku," ujar Liam Handoko.
"Anda percaya diri sekali, Liam. Kamu tidak tahu bahwa Syafa adalah menantu paling terbaik yang sudah Allah Swt ciptakan untuk menjadi putri kesayangan kami," ujar Devian.
"Kita lihat saja nanti, Devian. Putriku akan merebut hati putramu kembali," ujar Liam Handoko.
"Syafa tidak akan pernah melepaskan Leonnya," ujar Alisia.
Alisia dan Devian pun tersenyum menyeringai lalu pergi meninggalkan Liam dan Liani.
Di tempat lain...
Aku bersyukur kepadamu, Ya Allah karena telah menghadirkan seorang wanita yang sangat lembut dan tulus untukku. Aku berjanji padamu akan membuatnya bahagia, menjadi suami yang baik, dan juga seorang Ayah yang baik untuk anak-anakku kelak.
~ Leon Louis Devian ~
Aku tidak menyangka, pertemuanku dengannya yang awalnya penuh pertengkaran. Kini berubah menjadi moment yang sangat dirindukan, pertemuan pertamaku dengan Leon telah membawaku kepada takdir kehidupanku. Aku berjanji padamu akan menjadi istri yang setia, patuh dan taat perintahmu dan menjadi Bunda yang baik bagi anak-anak kita kelak.
~ Shafa Aulia Rahmania ~
Leon dan Shafa telah selesai berganti pakaian dan mereka mengobrol di mobil.
"Kita langsung pulang dulu ya Sayang. Kita mandi berdua saja biar bisa lanjut jalan-jalan lagi," ujar Leon.
"Baiklah suamiku. Aku menurut padamu," ujar Shafa.
Leon memasangkan sabuk pengamannya dan mengecup bibir ranum yang sudah menjadi candunya.
"Bibirmu selalu menjadi canduku Sayang," ujar Leon.
Syafa menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.
"Istriku tersayang pipimu berubah menjadi merah," ujar Leon dengan nada menggoda.
Leon mengusap-ngusap punggung istrinya.
"Mas punya roti makanlah," ujar Leon.
Syafa tersenyum dan memakan rotinya perlahan-lahan.
Leon menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan dengan kecepatan sedang.
"Mas aku sangat mencintaimu," ujar Syafa.
"Mas juga sangat mencintai istri kesayanganku," ujar Leon.
Syafa mendekati wajah Leon dan mengecup bibirnya dengan lembut.
"Kamu mulai berani ya Sayang. Tapi tidak apa-apa aku sangat suka," ujar Leon.
Leon tersenyum dan mencium bibir ranum istrinya.
Tak terasa hari sudah semakin siang dan Leon telah sampai di Mansion bersama dengan istrinya.
Devian dan Alisia menyambut kedatangan anak-anaknya.
"Kalian sudah datang. Masuklah," ujar Devian.
Mereka pun masuk ke dalam.
Keluarga Devian berkumpul di meja makan, canda tawa dan kebahagian semakin menghangatkan makan siang mereka.
"Mas. Aku akan melayanimu," ujar Syafa.
Alisia pun duduk, tadinya ia ingin memberikan nasi untuk putranya dan Alisia tersenyum saat Syafa mengatakan kata "Melayani" dihadapan suami dan putrinya.
Syafa memberikan nasi dan lauk pauknya untuk suami tercintanya.
"Makan yang teratur ya Sayang. Biar selalu sehat dan semangat selalu," ujar Syafa.
Devian dan Alisia tersenyum begitu pula dengan Allesya.