Chereads / Suamiku Manis / Chapter 12 - Chapter 12 Malam Pertama Yang Gagal

Chapter 12 - Chapter 12 Malam Pertama Yang Gagal

Tak terasa hari sudah malam, Leon dan Syafa sedang bercanda bersama.

"Sayang aku sangat mencintai dirimu," ujar Leon.

"Aku juga sangat mencintai dirimu Sayang," ujar Syafa.

Leon semakin mendekati istrinya dan menindih tubuh mungil itu.

"Kau tahu Sayang. Aku ingin sekali memiliki dirimu seutuhnya," ujar Leon.

"Lakukanlah Sayang. Aku hanya milikmu seutuhnya kau suamiku," ujar Syafa.

Leon tersenyum dan mulai menciumi leher istrinya Syafa. Syafa memeluk erat suaminya agar bisa menahan rasa geli pada tubuhnya. Leon yang menyadari hal itu hanya tersenyum, istrinya memang harus menahan getaran menggelikan yang berada ditubuhnya.

"Nikmati saja Sayang. Getaran dan rasa geli itu yang akan menghantarkan dirimu pada puncak wanita seutuhnya," ujar Leon.

Ciuman Leon berpindah pada bibir ranum istrinya, saat ingin membuka kancing pakaian sang istri tiba-tiba pintu terbuka.

"Kakak ayo kita makan malam bersama!"

Leon menghela nafas panjang ia sangat kesal karena harus menghentikan cumbuannya pada bibir sang istri.

Allena sangat terkejut melihat pemandangan dihadapannya. Ia telah melakukan kesalahan besar.

"Maapkan aku kakak. Baiklah lanjutkan saja," ujar Allena.

Allena pun menutup pintunya kembali.

"Maapkan aku Sayang. Malam pertama kita kali ini gagal dan harus mencari moment yang tepat nanti," ujar Leon dengan nada sangat sedih.

Leon membenarkan kembali kancing pakaian istrinya. Syafa hanya tersenyum dan memeluk erat suaminya.

Leon tersenyum dan mengecup leher istrinya.

"Sebaiknya kita makan malam dahulu," ujar Leon.

Syafa mengangguk dan mereka berdua pun pergi.

Sesampainya di Ruang Makan...

Leon dan Syafa duduk bersebelahan.

"Kalian sedang apa di sini. Mengapa tidak melanjutkan lagi?" tanya Allena.

Devian dan Alisia saling pandang.

"Apa yang kamu lihat di kamar kakak-kakakmu nak?" tanya Devian dan Alisia.

"Ayah, Bunda. Aku melihat kakak sedang bermesraan," balas Allena.

Devian dan Alisia menatap lembut Leon dan Syafa lalu tersenyum.

"Kalian makanlah dahulu. Lagi pula Ayah dan Bunda ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting setelah ini," ujar Devian.

"Baiklah Ayah," ujar Leon dan Syafa.

Syafa mulai melayani suaminya membuat Devian dan Alisia tersenyum.

"Sayang, hidangkan nasi dan lauk pauknya untukku," ujar Devian.

"Baiklah Sayang," ujar Alisia.

Mereka pun mulai makan bersama dengan tenang.

Beberapa menit kemudian...

Mereka berlima telah selesai sarapan dan berkumpul di ruang keluarga.

"Leon," ujar Devian.

"Ya Ayah," sahut Leon.

"Ayah ingin kalian pergi ke New York, Amerika Serikat untuk berbulan madu," ujar Devian.

"Kalau itu keinginan Ayah. Kami akan pergi," ujar Leon.

"Ayah sudah siapkan semuanya kalian tinggal menikmati saja dengan tenang dan bahagia," ujar Devian.

"Kalian akan berangkat dua hari lagi," ujar Alisia.

Leon dan Syafa hanya tersenyum.

"Kalian istirahatlah sudah malam," ujar Alisia.

"Baiklah Bunda," ujar Leon.

"Selamat malam," ujar Devian.

"Malam."

Leon dan Syafa pun pergi.

Setelah kepergian Leon dan Shafa, Devian, Alisia, dan Allena kembali ke kamar mereka masing-masing.

Di sisi lain...

~ Mansion Handoko ~

Citra menangis tersedu-sedu setelah kedua orang tuanya memberitahu bahwa Leon Louis Devian telah menikah.

"Ayah, Ibu. Aku sangat mencintai Leon kenapa dia menikah dengan Shafa?" tanya Citra.

"Ayah dan Ibumu juga tidak habis fikir dengan jalan fikirannya," balas Liam.

"Kamu harus mengambil kembali Leon. Citra," ujar Liani.

"Harus Ibu. Aku tidak terima jika Leon bahagia dengan wanita lain," ujar Citra.

Liam dan Liani tersenyum menyeringai dan tanpa mereka sadari seseorang yang misterius sedang mengawasi Citra.

"Citra ... Citra. Kau pikir aku akan membiarkanmu menghancurkan hubungan adikku dan juga sahabatku. Kau salah besar."

Sosok misterius itu pun pergi.

***

Kembali ke Mansion Devian...

~ Kamar L & S ~

"Malam pertama kita ditunda dulu ya Sayang," ujar Leon.

"Tidak apa-apa Mas. Aku akan siap sedia," ujar Shafa.

"Duduklah dipangkuanku Sayang. Mas ingin mengetahui tentangmu lebih dalam," ujar Leon.

Shafa menurut dan duduk dipangkuan suaminya.

"Apa yang kamu sukai sejak kecil Sayang?" tanya Leon.

"Tidak banyak, Mas. Aku hanya menyukai makanan pavorit Ibuku dan juga kelinci," balas Shafa.

"Hanya dua poin itu saja Sayang?" tanya Leon.

"Ya Sayang. Aku hanya menyukai itu saja," balas Shafa.

Leon menghela nafas panjang dan mengecupi kening istrinya.

"Sekarang katakan padaku apa yang Mas sukai sejak kecil?" tanya Shafa.

"Kamu tahu Sayang. Aku sangat suka belajar dan bermain sejak kecil dan sekarang aku suka menggoda dirimu," balas Leon.

"Mas, kamu pasti akan menjadi Ayah yang tegas nantinya," ujar Shafa.

"Tentu saja. Aku akan tegas dalam mendidik mereka," ujar Leon, "Aku akan menjadikan masa kecil mereka sangat indah."

Shafa tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dada sang suami.

"Kamu suka sekali bersandar di dadaku Sayang. Apakah nyaman?" tanya Leon.

"Ya Sayang. Sangat nyaman," balas Shafa.

Leon tersenyum dan mengusap lembut perut istrinya.

"Kamu ingin punya anak berapa Sayang?" tanya Shafa.

"Aku ingin sekali memiliki empat anak saja Sayang. Biar rumah ini ramai dengan candaan anak-anak," balas Leon.

"Aku pasti akan mengabulkannya," ujar Shafa.

"Aku ingin menceritakan masa laluku padamu Sayang dan tidak ingin kamu tahu dari orang lain," ujar Leon, "Aku tidak mau mengambil resiko yang akan menyakitimu."

"Ceritakanlah Mas. Aku akan menjadi pendengar yang baik," ujar Shafa.

Leon mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan-lahan.

"Sebelumnya aku pernah menjalani hubungan sepasang kekasih dengan wanita yang usianya lebih dewasa dari kamu Sayang," ujar Leon.

"Apa kamu tidak ingin bertanya siapa wanita itu?" tanya Leon.

"Tidak perlu. Mas," balas Shafa dengan nada cuek dan sangat cemburu.

Leon hanya tersenyum geli. Inilah yang ia suka dari Shafa, istrinya memiliki sifat cemburu jika ia membahas wanita lain. Diam-diam Leon mencium bibir istrinya dan memeluknya erat.

"Kamu cemburu ya Sayang?" tanya Leon.

"Aku tidak cemburu Mas," balas Shafa.

"Hanya saja ...."

"Hanya saja apa Sayang?" tanya Leon.

"Aku tidak suka kamu membahas mantan kekasihmu," balas Shafa.

Leon tersenyum dan mengecupi leher sang istri.

"Nama wanita itu Citra Handoko yang orang tua telah menghina dirimu pada saat kita sedang di Kantor," ujar Leon.

Shafa terkejut dan terdiam.

Leon menghela nafas panjang.

"Aku sudah memutuskannya karena dia telah mengkhianatiku dengan bercinta dengan pria lain dihadapan mataku sendiri."

Leon mengusap kedua tangan istrinya dan mencium leher sang istri.

"Berbaringlah di tempat tidur Sayang!" ujar Leon dengan nada tegas.

Shafa menurut dan berbaring di tempat tidur. Leon mengunci pergerakkan tubuh istrinya dan memeluknya.

"Kau tahu sayang diriku sangat marah pada saat itu dan juga membencinya. Aku mengendarai mobilku dengan sangat kencang," ujar Leon.

"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di tempat pertama kali kita bertemu. Saat itu kamu sangat marah saat diriku tidak sengaja menyiramkan air hujan pada pakaianmu dan dari kejadian itulah kisah kita dimulai."

Leon membaringkan kepalanya di dada sang istri dan tak lama terlelap begitu pula dengan Shafa.