Chereads / The World First Accelerator / Chapter 2 - Kembang api alami

Chapter 2 - Kembang api alami

Nemesis sedang terlentang sambil membaca pesan pada smartphonenya.

Darius mengirimkan pesan "Hei Nemu, kapan kita pergi bermain atau piknik?"

Nemesis sebenarnya ingin pergi dengan kawannya. Tapi, dia cepat berfikir kembali setelah melihat jadwal padat di dinding kamarnya. Namun, dia juga tidak bisa terus begini.

Nemesis dan Darius sudah lama tidak bertemu selama 2 tahun. Mereka hanya terhubung sebatas chatting dari aplikasi smartphonenya. Sejak mereka lulus dari sekolah menengah atas. Waktu bersama teman-temannya sudah tidak berjalan sama dengan dia.

Kebanyakan dari mereka sibuk melanjutkan studinya di universitas. Sedangkan dia hanyalah seorang pekerja paruh waktu di bidang desain.

"Oke, tentukan waktunya Dar" Balas Nemesis.

Menaruh Smartphonenya di samping tempat tidur. Nemesis berjalan keluar rumah dan menghirup nafas panjang sambil menikmati pemandangan.

Rumahnya termasuk wilayah terpencil. Cuaca yang relatif sejuk dengan hamparan pertanian hijau dengan dikelilingi perbukitan.

'Haaah, Aku belum tidur dari kemarin' Desahnya.

Nemesis kembali ke tempat tidur dan menatap layar smartphonenya menunjukkan Pukul 07:00. Dia telah mengerjakan pesanan sejak kemarin sore hingga pagi. Nemesis memutuskan untuk tidur dan menyetel Alarm pada pukul 10:00.

Pada saat Nemesis hendak tidur, dia mendengar suara retakan kaca.

'Sial, mengganggu sekali.. orang bodoh mana yang ingin memecahkan kaca rumah'

Nemesis kesal dan bangkit dari tempat tidur. Dia melangkah keluar sambil mempersiapkan emosinya. Namun, setelah tiba di luar, Nemesis tidak melihat retakan kaca pada jendela rumahnya. Dia juga melihat sekeliling tidak terjadi apapun.

'Aneh, hanya imajinasi kah?.. huh mungkin efek kantuk'

Nemesis berbalik kembali ke dalam rumah. Tapi, dia tiba-tiba diam tersentak dan mendengar suara dengungan Bass begitu keras dari langit. Begitu keras hingga menggetarkan sekitarnya seperti gempa bumi.

Setelah dengungan itu mereda, Nemesis terjatuh lemas. Dia memperhatikan sekitar dan menduga pasti akan terjadi keributan. Namun, dugaannya salah. Tidak terjadi apapun, dia melihat tetangganya di kejauhan masih duduk santai didepan rumah membaca koran sambil menyeruput secangkir kopi.

'Apa yang terjadi barusan!!?'

Nemesis panik, ia bergegas kembali ke kamarnya mengambil smartphone dan mengecek berita terkini. Dia berfikir pasti ada beberapa orang yang mengalami hal sama dengan dia. Karena kejadian seperti itu tidak mungkin hanya dia yang mengalami.

Dugaannya hancur lagi. Karena tidak ada keributan tentang fenomena yang dialaminya. Nemesis heran, getaran itu benar-benar nyata dan tanah pun ikut bergetar. Bebatuan dan kerikil di tanah memantul seperti gempa bumi. hanya saja kejadiannya begitu dekat terasa seperti dia berada di pusatnya.

Lebih anehnya lagi seperti Nemesis penyebab gempa tersebut. Sambil terus melamun tentang apa yang terjadi pada dirinya. Tepat dilayar smartphonenya kini tiba-tiba muncul sebuah utas berita terbaru hanya selang beberapa detik lalu. Nemesis pulih dari Lamunannya dan membaca berita itu.

[Indah! Sebuah Meteorit jatuh di samudera Pasifik dengan ekor menyilaukan seperti matahari lalu meledak di atmosfer seperti kembang api raksasa...]

Berita itu menjelaskan tentang indahnya kembang api alami yang disebabkan ledakan meteorit. Reporter mengatakan sesaat sebelum meteorit itu meledak ekor cahayanya sangat menyilaukan bahkan di pesisir pantai samudera Pasifik masih merasakannya.

Berita mengatakan bahkan pesisir negara bagian Amerika yang mengarah pada samudera Pasifik terasa seperti siang hari pada saat malamnya. Bagian lain tepatnya di negara Asia tenggara yang berhadapan dengan samudera Pasifik, sesaat terasa memiliki 2 matahari.

Para Ilmuwan berpendapat bahwa itu disebabkan oleh material logam meteorit dengan suhu leleh tinggi dan mengandung partikel radioaktif. Namun, tentang partikel radioaktif cepat disanggah oleh beberapa kalangan. Karena tidak ada perubahan terjadi. Bahkan para peneliti yang kembali dari tempat kejadian telah menguji tes radioaktif dengan beberapa drones dan satelit.

Nemesis berhenti membaca artikel berita tersebut. Dia merasa aneh dengan perdebatan para ilmuwan itu. Berfikir tentang indahnya ledakan itu setelah melihatnya dan tidak terjadi dampak apapun. Kenapa tidak menikmati foto-foto dari para fotografer dan mengabadikannya.

Tentunya itu hanya ada dipikiran Nemesis saja. Karena dia seniman jadi hanya memandang dari segi seninya saja bukan ilmiah atau apapun.

Nemesis kembali berfikir apa yang telah terjadi padanya masih belum diketahui. Inilah yang membuat dia tertekan.

'Biarlah, buang-buang waktu saja.. aku sangat lelah'

Nemesis benar, dia telah menatap layar laptopnya sepanjang malam. Jelas dia sangat lelah dan butuh tidur. Memikirkan apa yang terjadi padanya, Nemesis akan memikirkan setelah dia bangun tidur.

Mungkin orang lain akan sulit untuk tidur dan terus memikirkannya. Tetapi, tidak untuk Nemesis, jika dia sudah sangat lelah. Maka kantuk akan mengalahkan segalanya. Bahkan dia tidak peduli sarapan. Karena memang dia sudah makan sebelumnya.

Sebelum tidur Nemesis menata kembali jadwalnya sambil mengecek chat. Beberapa pesanan kerja juga masuk notifikasi smartphonenya. Lalu, Dia mengerutkan kening.

'Jika begini terus hidupku tidak akan sehat'

Nemesis menghela nafas pahit, jadwal tidurnya sudah kacau. Bahkan makan pun tidak teratur. Beruntung dia masih melakukan olahraga ringan disela waktu istirahatnya.

***

Ditempat yang berbeda seorang ilmuwan geologi sedang mengamati tabel statistik setelah fenomena itu terjadi.

'Partikel apa ini?'

Mengangkat sebuah tabung kosong, namun beberapa saat tabung itu bergetar. Sebuah partikel tak kasat mata nampaknya berada didalam tabung tersebut. Partikel dalam tabung kecil itu berasal dari lokasi ledakan meteorit.

Dengan beberapa drones diterbangkan untuk mengambil sampel. Ilmuwan itu menemukan sesuatu yang janggal. Air laut, Udara, dan bahkan ikan disekitar lokasi mengalami fenomena aneh. Seperti lingkungan sekitar seolah-olah telah menjadi zona radioaktif.

Ilmuwan itu lalu memperingatkan orang-orang disekitar lokasi. Dia mengatakan bahwa lokasi itu menjadi zona radioaktif. Petugas ditempat langsung mengeluarkan detektor radiasi. Namun, hasilnya negatif. Tidak ada reaksi radioaktif ditunjukkan oleh detektor.

Mereka lalu menertawakan ilmuwan itu. Sang ilmuwan tidak menyerah pada gagasannya. Sambil terus mengindentifikasi partikel dari sampel yang didapatnya. Dia punya kesimpulan bahwa partikel itu berlipat ganda dalam rentang waktu singkat dan tidak dapat dihancurkan.

Beberapa jam kemudian tabung kecil itu meledak. Hal ini membuat ilmuwan itu panik sekaligus cemas. Dia tidak mengharapkan secepat itu. Segera dia langsung mengamati lokasi kejadian dengan deteksi satelit.

Awalnya terlihat normal, namun saat berpindah ke deteksi tingkat lanjut. Dia terkejut, sesuatu benar-benar telah tercampur di atmosfer bumi dan itu terus menyebar dengan kecepatan ekstrim.

ilmuwan itu menghubungi temannya yang bekerja di media dan mengatakan bahwa sesuatu telah tercampur di atmosfer. Dia berharap ilmuwan lainnya ikut membantu meneliti partikel apa itu dan dampaknya.

Sementara para ilmuwan sedang sibuk meneliti. Banyak berita bahkan media sosial mulai bertebaran foto dari fenomena tersebut dan banyak netizen yang ikut meramaikannya hingga menjadi topik terpanas saat ini.