Teriakan mulai reda digantikan dengan sorakan para prajurit. Mereka telah berjuang sepanjang malam layaknya berjuang di medan perang selama setahun. Beberapa sudah tergeletak kelelahan, tapi wajahnya tersenyum seolah-olah tidak memikirkan hari esok.
Tiupan angin membawa aroma darah dari medan perang menyebar. Membuat orang-orang didalam kota semakin ketakutan. Beberapa orang mulai tidak berani keluar dari apartemennya. Bahkan banyak darinya pingsan setelah melihat bekas pertarungan dijalanan.
Pertarungan semalam membuka rekor baru atas kekejaman Genesis. Situasi mencekik para warga kota. Mereka bingung, cemas, dan panik. Mereka bertanya-tanya apakah kota masih bisa bertahan?
Medan perang terlalu kejam, banyak mayat prajurit gugur. Kawan-kawannya yang masih selamat memandang langit dan berdoa agar hari esok masih ada. Mereka adalah prajurit terhormat, hati yang teguh untuk terus berjuang demi keluarga dan kemanusiaan.
Sang kapten melihat prajurit bawahannya hanya bisa berharap kemanusiaan bisa bertahan dan melewati kekejaman ini.
Satu malam merubah semuanya. Dunia dan kemanusiaan semakin tertekan. Untungnya dengan bencana ini manusia semakin bersatu. Para manusia idiot yang memanfaatkan peluang untuk kekuasaan juga tertekan.
Genesis semakin kuat membuat mereka berfikir kembali dan mengutamakan keselamatan diri sendiri. Orang-orang seperti itu tetap sama, hanya mereka beralih dari perilaku buruk ke buruk yang lainnya.
Keindahan sesaat, penyesalan sesudahnya. Itulah apa yang mereka gambarkan sekarang.
***
Didepan televisi Nemesis masih bersantai dengan beberapa camilan di mejanya. Pertarungan intensif tadi malam membuat dirinya berjaga sepanjang malam. Dia juga melihat ke jendela dan sinar mentari sudah mulai menggantikan suramnya malam.
Sementara Silvia masih tertidur, Nemesis bangkit mulai berkemas. Berbeda dengan orang normal, tubuhnya masih dalam keadaan fit walaupun tidak tidur semalaman. Jadi dia memutuskan untuk berkemas sekarang dan berangkat saat adiknya terbangun.
Tempat perkotaan seperti ini masih memberikan nafas dan bahkan bersantai baginya. Ketika Nemesis masih di pedesaan, dia hanya dapat istirahat sesaat sebelum Genesis menyerangnya diam-diam.
Tempat tinggal ayah dan ibunya lumayan jauh, sambil mengemasi Nemesis berfikir kendaraan apa yang dibutuhkan untuk pergi kesana. Menggunakan sepeda tentunya tidak masuk akal, karena dia berusaha tiba disana sebelum malam.
'Mungkin mengendarai motor adalah yang terbaik, manuvernya lebih leluasa juga'
Namun, adiknya tidak punya motor. Hanya ada sepeda dan mobil di garasi. Mobil sangat tidak mungkin bagi Nemesis. Kondisi jalanan saat ini adalah yang terburuk dan akan sulit baginya untuk bermanuver.
'Sudahlah, diperjalanan banyak nanti'
Dengan ide konyolnya Nemesis memutuskan untuk mengambil motor yang ditinggalkan dijalanan. Lagipula siapa yang peduli dengan situasi kacau sekarang. Polisi bahkan sibuk mempertahankan kota. Tidak ada waktu untuk mengurus hal kecil seperti itu.
Ketika sudah selesai berkemas, Nemesis berjalan ke kamar Silvia dan membangunkannya. Sedikit sulit membangunkan Silvia, sampai akhirnya dia mengeluarkan jurus andalan yaitu dengan menggelitiknya.
Namun, itu seperti pedang bermata dua. Seperti dugaannya. Nemesis dimarahi kembali oleh adiknya. Dia lebih menderita cubitan adiknya dibandingkan dengan cakaran Genesis. Karena dia tidak bisa membalasnya, sedangkan Genesis dapat ia bunuh.
Nemesis menceritakan niatnya untuk meninggalkan kota Petra untuk menemui ayah dan ibunya. Silvia tentunya setuju, dia juga mengerti bahwa kakaknya tidak bisa terus melindunginya. Kota besar tempat tinggal orangtuanya memang lebih aman.
Dia menyuruh adiknya berkemas dengan membawa barang-barang secukupnya. Jika membawa terlalu banyak barang akan sulit untuk melarikan diri. Nemesis juga mengatakan yang terpenting adalah keselamatan diri sendiri dan keluarganya. Barang-barang mudah dibeli kembali tapi tidak untuk nyawa.
Setelah keduanya bersiap, Nemesis mengubah rencananya dan menggunakan mobil hingga dia menemukan motor yang tepat barulah berganti. Dia tidak ingin Silvia trauma ketika keluar melihat pemandangan mengerikan di medan perang.
Mobil akan membuat adiknya mudah untuk menutupi dirinya. Nemesis menyalakan mobil kecil berwarna merah muda dengan 4 kursi didalamnya. Mobil ini jelas hanya untuk penggunaan sehari-hari.
Dia sangat puas dengan mobil adiknya. Walaupun daya tahannya sangat lemah dan rentan. Mobil ini cukup ringan yang membuat Nemesis bahagia. Dia bisa dengan mudahnya menghindari kekacauan di jalanan. Mungkin juga Nemesis menggunakan mobil ini hingga sampai tempat tujuan.
Saat keluar dari garasi apartemen, Nemesis memberitahu adiknya untuk sembunyi dan menutup jendelanya. Silvia tentunya bingung dengan tingkah kakaknya. Namun, dia mengatakan bahwa keadaan diluar mengerikan dan Silvia menurut.
Nemesis mengangguk saat melihat adiknya meringkuk dengan selimut dan memakai sabuk pengaman. Dia mulai berkendara perlahan hingga akhirnya mengebut layaknya pembalap dengan beberapa drift saat menghindari beberapa mayat atau reruntuhan bangunan.
Dibelakang, dia merasakan aura sangat mengerikan keluar dari adiknya. Nemesis merinding merasakannya. Sudah tamat pikirnya, salahnya juga tidak sadar asik saat mengemudi tanpa memperhatikan adiknya yang terombang-ambing.
"Ehem, Silvia tidak apa-apa sekarang"
Saat Silvia membuka selimutnya, Nemesis merasakan tatapan tajam.
"Maaf, aku terlalu asik mengemudi"
Tanpa pikir panjang tangan Silvia meraih pinggang Nemesis dan mencubit sambil melintirnya. Tepat diluar kota ada sebuah jeritan menyedihkan dari mobil kecil berwarna pink.
Ketika Nemesis sudah tenang dan terus meminta maaf adiknya. Dia melanjutkan perjalanannya, sambil mengingatkan Silvia bahwa akan ada beberapa pemandangan yang sedikit menyeramkan nantinya. Dia juga memberitahu adiknya jika ada situasi tidak memungkinkan, dia ingin berpindah mengendarai motor agar bisa melarikan diri bersamanya.
Pertarungan dijalan hanya akan membuang-buang waktu. Jadi Nemesis lebih memilih menghindar jika bertemu Genesis. Prioritasnya adalah agar adiknya aman sampai tujuan.
Di perempat perjalanan dia mulai menemukan kendala. Adiknya Silvia juga pucat saat melihat beberapa Genesis sedang memakan mayat-mayat manusia. Dia menghentikan mobil di kejauhan dan menenangkan adiknya.
Silvia bertanya-tanya kenapa tidak terus melanjutkan supaya dia bisa melewati pemandangan mengerikan didepannya. Namun, Nemesis menggelengkan kepalanya dan memberi tahu bahwa mobilnya telah dikepung oleh sekawanan Genesis.
Hal ini membuat Silvia panik, sekujur tubuhnya bergetar ketakutan. Nemesis memeluknya dan memberitahukan bahwa sudah saatnya beralih menggunakan motor.
Untungnya tidak jauh dari para Genesis yang sedang sibuk makan, dia melihat sebuah motor besar. Tampaknya itu sebuah Harley, mungkin sedikit sulit untuk bermanuver karena itu jenis motor besar. Namun, Nemesis tidak punya pilihan. Motor tentunya lebih fleksibel daripada mobil untuk menerobos kawanan Genesis.
Meskipun Harley berbobot, kecepatannya tidak diragukan lagi dan juga stabilitasnya baik. Nemesis tidak khawatir dengan goncangan saat mengendarainya.
Dia melepaskan pelukannya dan mengatakan pada Silvia untuk tetap didalam mobil sementara dirinya akan mengambil motor. Silvia sempat memarahinya karena itu terlalu berisiko. Dia menggelengkan kepalanya dan mengatakan itu akan baik-baik saja.
Untungnya itu hanyalah Genesis level terendah dan yang paling kuat hanyalah seekor anjing. Sisanya hanyalah sekawanan Genesis lemah seperti Ayam,Tikus,Tupai dan lainnya. Bagi Nemesis yang telah bertarung dengan beruang dan serigala bukit, mereka hanyalah semut dimatanya.