Chereads / The World First Accelerator / Chapter 9 - Aku juga seorang Mortal

Chapter 9 - Aku juga seorang Mortal

Melihat situasinya Nemesis memutuskan untuk mengatakan sebenarnya ke mereka nanti. Tapi, sebelum itu dia meminta paman Potter meninggalkan ruangan dan memastikan tidak ada yang menguping. Saat diruangan itu menyisakan mereka berempat Nemesis menghela nafas lega.

"Ada apa nak? sudah aman, kau bisa mengatakannya sekarang"

Tampaknya sang ayah dan ibu mengetahui bahwa Nemesis ingin mengatakan sesuatu. Kecuali Silvia, dia masih bingung dengan perubahan suasana tiba-tiba.

"Apa kondisinya seburuk itu ayah?"

Nemesis masih penasaran dengan dampak kedatangan Mortal.

"Sangat buruk, tempat ini sudah berubah. Sekarang kekuatan menjadi tonggak utama disini dan persaingan ekonomi sudah hancur. Mereka egois untuk kepentingan masing-masing. Ketika Mortal datang maka setiap keluarga lain berusaha berhubungan dengannya. Lagipula hanya para mortal yang bisa menjamin keselamatan mereka"

Menganggukkan kepalanya Nemesis setuju. Ayahnya pasti sudah mengetahui bencana yang akan datang. Sekarang para militer dan personil keamanan setempat memang masih bisa mempertahankan kota, tapi belum tentu dimasa depan. Kecuali dari pihak militer mengirimkan Mortal. Namun, prioritas militer tentunya para pejabat atau jendral yang terkait. Keluarga Hurricane hanya berstatus karena bisnis dan kekayaannya.

Ketika keluarga saingan mengirimkan Mortal untuk mengacaukan bisnisnya tentu itu mudah. Bagaimanapun Mortal sangat dibutuhkan dan juga mereka sangat kuat. Dengan statusnya bahkan militer menghormati mereka.

Nemesis tidak mengerti bagaimana keluarga Rose bisa mengundang Mortal bahkan membawakan serum Ark. Sebenarnya serum Ark masih dalam masa percobaan dan bahkan militer hanya mendapatkan beberapa.

"Bagaimana mereka bisa mengundang Mortal bahkan mendapatkan serum Ark?"

Setelah mendengar pertanyaan itu ayahnya mengerutkan kening.

"Mereka mendapatkan dari sang menantu. Mortal yang mereka undang adalah menantunya. Dia seorang perwira militer dan juga salah satu dari relawan yang berhasil Rebirth. Militer menghadiahkan dia satu serum Ark. Namun, itu tidak menjamin pemakainya sukses menjadi Mortal"

Ayahnya menghela nafas lalu melanjutkan.

"Sebenarnya serum itu bukanlah masalah utama. Sang menantu yang menjadi masalah bagi kami. Walaupun keluarga Rose tidak berhasil membuat seorang Mortal. Tapi, mereka masih memiliki sang menantu sebagai pisau keluarga"

Nemesis paham, masalah terletak pada Mortal yang dibawa keluarga Rose. Mereka mengundangnya tentu untuk menunjukkan statusnya di kota ini. Sehingga mereka dapat merekrut keluarga kecil disekitar atau kota lain. Tak disadari ketika membicarakan ini hatinya sudah terlibat dalam persaingan antar keluarga, yang mana Nemesis sangat membencinya.

Mengepalkan tinjunya Nemesis memutuskan untuk membalas siapapun yang berani menyentuh keluarganya. Dia tidak takut dengan Mortal, namun Nemesis juga tidak boleh sembarang menggunakan kekuatannya dan menimbulkan kecurigaan disekitar. Dia menggertakkan giginya dan memutuskan untuk mengatakannya sekarang, dia tidak ingin ayah dan ibunya cemas.

"Ayah sebenarnya aku juga seorang Mortal.."

Suara Nemesis sangat kecil namun itu terdengar seperti ledakan di telinga mereka. Ruangan itu menjadi hening kembali.

"APA!!!?"

"Nak kau jangan mencoba membohongi kami! atau kau akan merasakan pukulan ayah.."

Saat ayahnya teringat tentang pemukulan itu tiba-tiba termenung. Silvia juga diam dan memutar ulang kejadian kakaknya sejak datang ke kota Petra hingga pertarungan dengan sekawanan Genesis. Hanya ibunya yang diam tidak mengerti mengapa menjadi hening kembali.

"Jadi begitu.. pantas saja nak"

"Ka? jangan-jangan selama ini kau.."

Menganggukkan kepalanya, Nemesis menjelaskan pada mereka kejadian itu. Dia juga menjelaskan teorinya tentang 2 cara menjadi Mortal. Pertama dengan secara alami dan kedua dengan serum Ark. Dia juga menjelaskan tentang kekuatannya.

"Ayah, Ibu, dan Silvia. Aku tidak tau seberapa kuat Mortal dengan serum Ark, namun aku bisa menjamin beruang bukit dan 8 serigala bukit bukan tandingan ku"

Mereka mempercayai apa yang dikatakan Nemesis. Tentunya mereka juga mengerti, Nemesis pasti pernah melawan mereka sebelumnya karena dia tinggal di desa pedalaman dan sangat berbahaya. Nemesis bisa selamat sampai sekarang sudah membuktikan kekuatannya.

"Sebenarnya ayah sudah mengetahui tentang tingkat kekuatan Mortal dan Genesis, mereka menyebutnya Level Ether. Karena belum menyaksikan sebenarnya, ayah belum yakin"

Seperti yang diduga Nemesis. Ayahnya pasti sudah mengetahui beberapa informasi penting dari jaringannya. Informasi seperti ini sangat penting baginya karena masih belum diketahui publik atau berita manapun.

"Level Ether ketika baru menjadi Mortal disebut Ether Zero dengan indikasi warna putih saat dideteksi oleh detektor. Level pertama adalah Internal Ether atau E1 dengan warna hijau. Level kedua adalah Extreme Ether atau E2 berwarna ungu. Terakhir level ketiga disebut Eternal Ether atau E3 berwarna emas, ayah mendengarnya hanya ada satu tempat yang memiliki kekuatan E3 yaitu dipusat jatuhnya meteorit. Bahkan nuklir yang diluncurkan pihak Amerika tidak dapat membunuh Genesis yang memiliki kekuatan E3. Mungkin keluarga Rose sudah mengetahui informasi ini, karena itu mereka berusaha membangun kekuatan dengan mengundang menantunya"

Tidak terbayangkan bahkan nuklir tidak dapat membunuh Genesis dengan kekuatan E3. Selama ini Nemesis menganggap beruang bukit adalah Genesis terkuat yang pernah dia temui. Ternyata masih ada yang lebih mengerikan diluar sana. Nemesis diam-diam bersyukur meteorit itu jatuh di tengah samudra dan Genesis mengerikan itu tidak menyerang daratan.

Sambil memproses informasi yang dikatakan ayahnya. Nemesis berfikir level berapa kekuatannya. Karena dia sudah mengalami Rebirth sejak awal. Namun, ini juga baik baginya, dia belum siap untuk terlalu menonjol dan juga detektor Ether hanya dimiliki oleh para ilmuwan itu. Dia tidak mau membuat mereka curiga dan menjadikannya kelinci percobaan.

Nemesis terus membicarakan dengan keluarganya tentang hal-hal yang perlu direncanakan mulai sekarang. Mereka juga bahagia mengetahui Nemesis adalah seorang Mortal.

Saat terus berbincang tak terasa hari sudah mulai sore. Suara sirine peringatan terdengar keras di seluruh kota menandakan jam malam untuk tidak keluar rumah. Ayah dan ibunya juga mengerti saat malam hari adalah saat paling berbahaya. Namun, keduanya belum melihatnya secara langsung jadi mereka belum tentu paham. Nemesis dan Silvia menceritakan pengalamannya. Raut wajah Silvia juga semakin memucat saat mengingat perjalanannya dipenuhi pemandangan tragis. Ketika giliran Nemesis bercerita dari awal saat dia masih di desa hingga menjemput Silvia, semuanya menjadi serius.

Banyak hal sangat berbeda dari apa yang didengar dengan mengalaminya secara langsung. Cerita Nemesis membuat ketiganya merasakan berbagai macam perasaan negatif. Hingga saat Nemesis selesai mereka masih memikirkan ceritanya.

"Tenang ayah, setidaknya kota ini masih beruntung terletak di hamparan luas tanah datar. Adapun bukit dan lautan itu memang bisa terlihat dari sini namun sangat jauh. Setidaknya militer akan menghabisi mereka sebelum tiba di pinggiran kota. Lagi pula keuntungan dataran adalah visibilitas. Militer bisa mendeteksinya dari kejauhan"

Namun, Nemesis juga tidak mengatakan bahwa ada kemungkinan Genesis kuat menyerang kota ini. Lagipula letak kota ini sangat jelas yang menjadikan sasaran empuk bagi Genesis kuat. Dia tidak mau membuat mereka semakin khawatir, yang bisa dia lakukan adalah terus meningkatkan kekuatannya.