Chereads / Roger (Sang Pahlawan Kecil) / Chapter 20 - Episode 20. Hari Pernikahan Tanpa Roger

Chapter 20 - Episode 20. Hari Pernikahan Tanpa Roger

Seperti biasa, Alvin pamit pulang setelah mengantar Riana ke rumahnya. Mungkin ini terakhir kali mereka tinggal di rumah yang terpisah, karena tidak lama lagi keduanya akan bersatu dalam bahtera rumah tangga.

Tanpa hadirnya sang buah hati, melayang dalam benak Riana. Bagaimana hari bahagianya nanti Roger tidak bisa hadir. Bukan tidak bisa, melainkan dilarang untuk hadir.

Meski Riana tidak bisa menerimanya, tapi Roger meyakinkannya. Anak itu, mampu membuat segala ketidakmungkinan menjadi mungkin disaat kita yakin.

Hari pernikahan sudah di depan mata. Hari bahagia yang selalu Riana tunggu selama beberapa tahun terakhir, tiba juga.

"Sayang, semoga dengan pengorbanan ini, kita bertiga bisa hidup dengan damai dan bahagia nanti," batin Riana. Bingkai foto dirinya bersama sang malaikat kecil, membuatnya sangat merindukan Roger meski baru beberapa jam berpisah.

"Apa aku telfon Alan aja, ya?" gumamnya. Terbersit ide untuk menghubungi Roger melalui Alan.

Yakin dengan idenya, Riana mencari nomor ponsel Alan. Namun, tidak ada nama itu di sana. Ke mana Riana menyimpan nomor calon adik iparnya? Seingatnya, dulu pernah mempunyai nomor itu. Kenapa sekarang tidak ada?

Pukul 9 malam, Riana menghubungi Alvin untuk meminta nomor Alan. Alvin melarangnya, dia bilang kalau Roger mungkin sudah tidur.

Riana membenarkan ucapan Alvin, karena jam 9 malam adalah waktunya Roger untuk tidur. Namun, Riana tidak tau, kalau Roger belum terbiasa tinggal di tempat yang asing, ditambah tidak adanya Riana di sisi Roger.

"Tidurlah, kamu pasti lelah. Besok aku bawa kamu melihat tempat pernikahan kita, setelah rapat selesai." Alvin memberitahukan rencana yang akan mereka lakukan besok pagi.

"Tapi, aku-"

"Nurut ya. Kalau kamu khawatir sama kondisi Roger, nanti aku lihat ke rumah Papa sebentar," timpal Alvin, cepat.

"Buat videonya untukku. Aku ingin tau gimana dia di sana," pinta Riana, sebelum menutup telfon.

"Oke, kamu tenang aja. Istirahat lebih awal ya," balas Alvin.

Sambungan telfon terputus setelah Alvin meyakinkan Riana. Sebenarnya malam ini, ada banyak sekali pekerjaan yang harus Alvin kerjakan, karena harus cuti setelah rapat besok siang.

Cuti hampir 3 hari, membuat Alvin harus mengerjakan pekerjaannya lebih awal. Karena jika tidak, maka setelah hari liburnya akan lebih banyak lagi pekerjaan yang menumpuk.

Alvin tidak mau waktunya nanti saat bersama Riana, terpotong saat hari pertama setelah mereka menikah.

Namum, kekhawatiran Riana tidak bisa Alvin abaikan. Dia harus segera pergi ke rumah orang tuanya untuk melihat keadaan Roger.

Klek.

Sudah malam begini, kenapa pintu rumah tuan Rames belum dikunci? Apa mereka semua belum tidur?

Alvin melirik benda bulat penghitung waktu yang melingkar di tangan kirinya, sudah menunjukkan pukul 9.30 malam.

Memang belum cukup malam bagi orang dewasa untuk tidur. Wajar saja jika pintu rumah tersebut belum terkunci.

"Ma, Pa, Alan," panggil Alvin pada semua penghuni rumah. Sepi. Tidak ada suara apa pun.

Kalaupun mereka belum tidur, mengapa tidak ada suara apa pun? Tapi kalau sudah tidur, kenapa pintu tidak dikunci?

Alvin semakin penasaran, dia melangkah lebih dalam menuju ruang tengah. Lampu masih menyala terang, itu artinya, penghuni rumah memang belum terlelap.

"Alan," ulangnya lagi.

Alvin terkejut saat memasuki kamar adiknya di lantai dua. Seorang anak kecil tengah mengendap-endap di dalamnya.

Roger? Itukah dia? Kenapa masih beum tidur?

"Roger." Alvin memanggilnya. Bukannya menjawab atau berlari ke pelukan Alvin, Roger justru meletakkan jari telunjuk di bibirnya.

"Kamu ngapain?" tanya Alvin, tidak paham dengan kode yang Roger berikan.

"Papi, ssssttt, jangan berisik." Roger kembali melakukan hal itu. Hingga detik kemudian ...

"Dor, Om Alan udah ketemu," ujarnya, antusias.

Roger tertawa senang saat berhasil menemukan Alan. Alan pun keluar dari tempat persembunyian, cukup membuat dirinya dan Alvin terkejut saat melihat masing-masing.

"Kak Alvin, kapan datang?" tanya Alan, setelah berhasil menetralkan rasa terkejutnya.

"Roger, mainnya udahan ya. Sekarang Roger tidur, udah malem," saran Alan pada sang keponakan.

"Iya Om, besok main lagi ya," balas Roger, mengulas senyum.

Anak itu justru tidak mengindahkan kehadiran Alvin di sana. Mungkinkah posisi Alvin sebagai ayahnya sudah tergantikan oleh Alan? Hingga Roger bahkan tidak memeluk Alvin seperti dulu.

Alvin merasa sedikit kecewa, tapi detik kemudian Roger berlari menghampiri Alvin lalu mengecup kedua pipinya.

"Selamat malam, Papi. Roger tidur dulu, ya," ucapnya setelah memberikan kecupan.

Alvin tersenyum, ternyata posisinya tidak dengan mudah tergantikan.

"Kak Alvin, ada apa, Kak?" tanya Alan.

"O iya, maaf. Kakak malam-malam gini dateng ke rumah, sebenarnya mau lihat keadaan Roger." Alvin menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah keluarga Ravendra.

"O iya, tadi Roger ngga mau tidur, dia merengek mau video call maminya, tapi aku ngga punya nomor Kak Riana. Makanya aki ajak main dia," terang Alan.

Jadi itu alasan Roger belum tidur? Kak Riana? Ternyata Alan sudah mulai melepaskan wanita itu untuk menjadi kakak iparnya.

Kalau tidak punya nomor Riana, kenapa tidak menelfon Alvin untuk minta nomor Riana? Seperti yang Riana lakukan setengah jam yang lalu.

"Maaf, kakak ngga kasih kamu nomornya. Tadi Riana juga sempat meminta nomor kamu, tapi ngga aku kasih. Soalnya takut Roger udah tidur," jelas Alvin. Dia pun memberikan nomor Riana pada Alan. Supaya Roger bisa menghubungi maminya saat. merindukannya.

"Iya, ngga apa-apa kak. Makasih," balas Alan.

Keduanya berbincang cukup lama, hingga pukul 11 malam, Alvin pamit untuk pulang.

"Kakak pulang dulu, titip Roger selama beberapa hari ke depan," pintanya.

"Baik, Alan pasti jagain Roger. Kakak tenang aja, hati-hati di jalan." Alan mengantar kepulangan Alvin hingga ke depan teras.

"Semoga kalian bisa hidup bahagia," ucap Alan dalam hati, saat menatap kepergian Alvin yang mulai menjauhi kawasan rumah orang tua mereka.

Alan hanya bisa merelakan cinta pertamanya, dia bahagia jika memang Riana bisa hidup bahagia dengan Alvin, kakaknya.

Bersyukur, karena Alvin akhirnya menikahi Riana. Dia tidak akan hidup seorang diri lagi sebagai single parent.

.

Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari pernikahan antara Alvin Ravendra dan Rianawati.

Tidak banyak tamu yang hadir pada pernikahan mereka. Hanya beberapa saja, bahkan tuan dan nyonya Ravendra tidak menghadiri pernikahan putra sulungnya.

Begitu pula dengan Roger, putra semata wayang Alvin dan Riana tidak turut hadir.

Pernikahan itu benar-benar hanya sah di mata hukum dan agama. Riana tidak lagi mengulas senyum seperti sebelumnya, dia terlalu kecewa dengan tidak adanya Roger. Meski sudah mengatakan tidak diperbilehkan hadir, Riana tetap tidak bisa menerima semua itu.

"Udah berapa hari kita ngga liat Roger, gimana kondisinya? Kenapa Alan juga ngga hadir di pernikahan kakaknya?" ucap Riana, mengungkapkan kesedihan yang menyelimuti saat kebahagiaan tengah melanda.

bersambung...