Malam semakin larut, namun Devano masih belum menutup kedua matanya. Hati dan pikirannya terlalu sibuk. Di sisi lain ia tak percaya, jika Tasya sudah meninggal. Namun, di sisi lainnya, jika dilihat dari kondisi rumah gadis itu yang terbakar hampir habis serta perkataan dari wanita yang tadi ia temui, ada sebagian hatinya yang percaya kalau gadis tersebut telah meninggal.
Kebimbangan hatinya itu memaksanya terus membuka mata tanpa ada keinginan untuk tidur. Dia tak bosan memperhatikan kancing baju yang diberikan oleh wanita tadi. Kancing terus dibolak-balikkan, ia menghela nafas sesaat.
Dia memijat kening, ia mulai merasakan pening. Dia memutuskan untuk menuruni tangga, menghilangkan segala kepenatannya. Dia membuka kulkas, lalu mengambil satu botol yang berisi air es. Dia menuangkannya ke dalam gelas.