Hotel merupakan tempat yang sering disalahartikan oleh banyak orang sebagai salah satu wadah untuk melampiaskan hasrat bagi setiap pasangan. Kyra bergetar ketika memasuki hotel. Ia tak tahu Keenan begitu nekat membawanya kesana.
Kedua tangannya saling menggenggam. Bibirnya agak pucat. "Bisa enggak kalau kamu berjalan cepat?" ucap Keenan bernada dingin.
Kyra mengindahkan perkataan Keenan. Dia tetap berjalan perlahan. Keenan tersenyum miring. Tiba-tiba ia menggendong Kyra. "A-apa yang kamu lakukan?"
"Salahmu sendiri tidak menurut."
"Lepaskan, enggak?"
"Enggak," Keenan mempercepat langkahnya. Kyra menggigit bahu Keenan yang kokoh. "Biarpun kamu menggigitku ratusan kali, aku nggak akan melepaskanmu," ucap Keenan.
"Tolong aku! Ada orang yang menculikku!" teriak Kyra. Keenan tertawa pelan.
"Gadis kecil, kamu pikir orang-orang ini akan mendengarkanmu seperti orang tadi?"
"Disini banyak orang. Setidaknya, aku berusaha."
"Kamu terlalu naif," kata Keenan seraya menyentil hidung Kyra. "Mungkin, kamu tidak tahu kalau hotel ini merupakan salah satu yang dimiliki ayahku."
"Apa?"
"Lebih tepatnya lagi aku yang mengelola hotel ini. Walau ayahku tidak memberikanku wewenang memegang perusahaan, dia membiarkanku mengelola hotel yang terbengkalai ini."
"Aku tidak melihat hotel ini terbengkalai."
"Dasar gadis bodoh. Itu karena aku yang mengelolanya dengan baik. Butuh waktu cukup lama mengubah hotel yang terbengkalai menjadi hotel bintang lima."
"Jadi begitu."
"Kenapa? Kamu ingin mengatakan kalau aku ini pria yang hebat?" tanya Keenan dengan percaya diri seraya mengangkat salah satu alis.
"Kamu pria sombong hanya suka pujian yang tidak ada artinya itu."
"Kamu tidak perlu memikirkan apapun saat ada disini, karena hari ini kamu bebas melakukan apapun," kata Keenan sembari menyentuh dagu Kyra menggunakan jari telunjuknya. Pintu lift terbuka, Keenan dan Kyra masuk kedalam.
"Aku punya kehidupan sendiri. Kenapa aku menghabiskan waktuku disini?"
"Karena kamu adalah pelayanku," jawab Keenan dengan seringai yang licik. Keenan berencana membawa Kyra pada kamar hotel berlantai sepuluh dengan menekan tombol sepuluh pada lift.
"Aku bukan pelayanmu." Kyra membayangkan dirinya ternodai oleh Keenan berkali-kali ketika memikirkan kata 'pelayan'. Dia menggelengkan kepala.
"Gadis kecil, apa yang kamu pikirkan? Apa kamu berpikir mesum?"
"Kata-katamu sungguh ambigu."
"Bukankah pelayan itu sangat banyak, tak hanya di ranjang saja?" bisik Keenan. Ia menurunkan Kyra.
"Aku seorang perempuan yang bermartabat dan tidak akan mau menjadi pelayanmu!" kata Kyra. Keenan menarik tangan wanita itu.
"Usap bibirku dengan tanganmu," bisik Keenan.
"Apa mulutmu begitu kotor harus di usap? Kamu punya tangan yang bersih dan…" Keenan mengarahkan tangan Kyra pada mulutnya.
"Ini salah satu tugasmu dan kamu harus ingat itu."
"Ogah! Ak─" Keenan mendorong Kyra, kemudian mencium bibir Kyra dengan ganas. Saat itu pintu lift belum terbuka. Keenan dapat menikmati bibir Kyra yang terus menggodanya. "Ini hukumanmu kalau kamu tidak menurut," bisik Keenan.
Saat pintu lift terbuka, Kyra mendorong Keenan dengan cepat. Ia keluar mendahului Keenan. Pria itu tersenyum miring. Kyra berkeinginan memasuki lift lainnya untuk turun, namun Keenan terlebih dahulu menarik tangannya. Ia menggendong Kyra kembali.
"Biarkan aku pulang!" teriak Kyra, memukul-mukul dada Keenan yang kokoh.
"Aku bilang kalau hari ini kamu akan ada disini, dan jangan berharap ingin kabur dariku. Mengerti?"
"Dasar manusia paling egois, pemaksa, dan tak punya hati!" ucap Kyra.
Perkataan Kyra membuat pria itu membuka pintu kamar, lalu menurunkan Kyra pada kasur. Keenan membuka kancing bajunya sendiri satu-persatu.
"Apa yang kamu lakukan? Jangan, aku mohon…" Air mata Kyra menetes, dia tak mau dirinya ternoda untuk sekian kalinya. Keenan melempar pakaian begitu saja. Dia mendekati Kyra hingga wanita itu memeluk bantal. Air mata membasahi bantal yang ia peluk. Wajahnya semakin mendekat.
"Siapa yang mau menodaimu? Aku hanya ingin mandi dan memakai pakaian yang baru," kata Keenan sambil menyentuh dagu Kyra. Perasaan wanita itu cukup lega.
"Tenang, aku masih bisa menahan diri," bisik Keenan sebelum ia memasuki pintu kamar mandi.
Kyra melihat seisi kamar hotel itu. Dia baru menyadari kalau kamar itu berisi barang-barang Keenan. Dia telah salah paham terhadap Keenan. Dia mengira pria itu mencoba menyiksanya dan melecehkannya.
Namun, dia hanya bingung satu hal, kenapa Keenan membawanya ke tempat itu kalau tidak melakukan sesuatu yang keji? Berapa kali Kyra memikirkannya, ia tak menemukan jawaban. Mungkin, ia harus menunggu Keenan menyelesaikan ritual mandi.
Sepuluh menit telah berlalu, Kyra masih memeluk bantal. Dia melihat Keenan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit bagian pinggang kebawah. Dia menelan ludah. "Tertarik dengan badanku?" goda Keenan.
"Eng-enggak kok. Aku tidak sengaja melihat."
"Aku tidak berpikir seperti itu." Keenan mendekati Kyra. Wanita itu menutup mata. Keenan menyeringai.
"Siapa yang mengatakan aku menciummu? Aku mulai bosan dengan bibirmu," ujar Keenan sembari menjauhkan diri.
"Siapa juga yang berpikir, kamu akan menciumku?" kata Kyra tak mau mengalah. Dia membuka mata.
"Lalu, kenapa kamu menutup matamu tadi?"
"Karena aku tidak ingin melihat tubuh jelekmu," ujar Kyra seraya mengalihkan pandangan.
"Jadi, kamu berpikir tubuh atletisku ini tubuh yang jelek?"
"Iya."
"Kalau jelek, harusnya kamu berani melihatnya."
"Tidak mau! Aku bukan perempuan mesum, tidak seperti kamu," sindir Kyra. Dia memberanikan diri untuk melihat wajah Keenan.
"Kamu ini sangat berani. Tadi bilangnya tidak ingin melihat tubuh jelekku, lalu sekarang malah berani menatapku begini?" kata Keenan. Wajah Kyra bersemu merah.
"Rasanya tidak enak bicara dengan tembok. Ya udah, cepat buruan sana pakai bajumu! Apa kamu nggak masuk angin?"
"Kamu mulai mengkhawatirkanku?"
"Kagak! Aku hanya gak ingin merusak mataku terus-terusan jika melihat tubuh jelekmu itu."
"Semakin lama, perempuan ini semakin berani menantangku," batin Keenan. Keenan mendengus kesal. Pria itu mulai melepaskan handuk yang melilit bagian bawahnya sambil melirik Kyra. Dia mulai berpakaian lengkap.
"Su-sudah?" tanya Kyra.
"Kenapa? Kamu tidak sabar ingin melihat wajahku yang tampan ini?"
"Enggak. Banyak orang yang lebih gan─" Kyra tak berkutik saat Keenan mencium pipinya. Namun, ciuman itu beralih pada bibir Kyra. Beberapa menit kemudian, Keenan melepaskannya. Dia tersenyum menggoda.
"Walau bibirmu membosankan, jangan pernah berpikir untuk menggodaku," ucap Keenan.
"Siapa yang menggodamu? Bilang saja kalau kamu tidak bisa lepas dari bibirku," kata Kyra sambil membuang muka dengan kesal.
"Kamu mulai pintar sekarang melawanku." Keenan melihat Kyra dengan sorotan mata yang tajam. "Kamu disini saja. Jangan kemana-mana! Ingat, aku akan selalu memantaumu," bisik Keenan seraya menepuk pipi Kyra.
"Mau kemana kamu?"
"Kenapa? Mau ikut?"
"Enggak ah. Kamu pasti merencanakan sesuatu."
"Jangan sekali-kali untuk kabur dariku! Karena aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan," kata Keenan. Kyra mengepalkan tangan erat-erat. Keenan meninggalkan Kyra begitu saja.
"Kamu pikir aku seperti cinderella yang dikurung oleh ibu tirinya? Aku tidak akan tinggal diam," gumam Kyra.
Rencana apa yang dimiliki Kyra agar dapat meloloskan diri dari sana? Mungkinkah rencana yang ia bangun juga sama liciknya dengan Keenan?