Bab 39.
Ada kue ku simpan di dalam lemari, sebagai camilan untuk anak-anak. Dari pada jajan di luar, belum tentu juga bersih dan kenyang. Rantang dan barang bawaanku sudah di angkat Bang Ben ke atas sepeda motornya. Kami pun berpamitan pada anak-anak. Terasa hangat tubuh Bang Ben, saat aku bersandar di punggungnya.
Sesampainya di bengkel, langsung ku dorong steling ke tempat biasa. Semangat rasanya, karena pertama kali membuat kue dan menjualnya sendiri. Baru aku yang buka, penjual yang lain belum ada yang datang. Ini kesempatan aku untuk mendapatkan pembeli lebih banyak dari biasanya. Kalau tidak, kami saling berebut untuk memanggil pengendara yg lewat, agar singgah di lapak jualan.
Karena semangat berjualan, hingga tak ku sadari, kalau Bang Ben tak ada. Biasanya ia duduk di belakangku sambil bermain hape. Aku beranjak dari tempat duduk, lalu masuk ke dalam bengkel.