Chereads / Theodor Obsession / Chapter 8 - The Crack

Chapter 8 - The Crack

Aleysa melihat banyak terdapat notifikasi komentar yang memuji dia di live video Kaila tersenyum-senyum sendiri. Baru kali ini dia dipuji oleh pria lain.

"Wah, banyak banget yang muji kamu," kata Kaila.

"Iya, Kak," balas Aleysa dengan wajah memerah.

"Jangan malu-malu gitu, kamu harus percaya diri," tegur Kaila.

Semua orang yang berada di sana melihat Kaila sangat heboh menggeleng-gelengkan kepala.

"Kaila, jangan heboh begitu," kata Rebecca.

"Iih, Mama ganggu aja deh," balas Kaila.

"Anak lu itu punya jiwa narsis dapat dari mana?" tanya Arga.

"Ya dia sama kayak gue dulu, yang suka live di media sosial," jawab Rebecca.

"Kamu kan udah enggak live semenjak menikah sama aku," balas Samuel.

"Iya aku udah enggak live karena kamu memaksa aku untuk tidak melakukan itu lagi," kata Rebecca mencebikkan bibirnya.

"Ya iyalah, aku geli melihat pria lain memuji kamu," balas Samuel.

Rebecca menggeleng-gelengkan kepala. Dia merasa heran dengan Samuel yang makin posesif semenjak mereka menikah sampai sekarang.

"Emang aku cantik," kata Rebecca.

"Iya, kecantikkan kamu hanya boleh aku saja yang melihat," balas Samuel.

"Apa aku harus memakai penutup wajah?" tanya Rebecca membuat semua orang yang ada di sana tertawa terbahak-bahak.

"Oh iya, mama kamu hari ini tidak datang ke sini?" tanya Jenny pada Rebecca.

"Iya mamaku lagi enggak sehat. Kesehatannya terganggu sedikit," jawab Rebecca.

"Semoga mama kamu cepat sembuh. Mama dengar mama kamu sakit Leukimia," kata Jenny.

"Iya, Ma. Aku sudah suruh mama berobat di rumah sakit milik Arga, tapi dia bilang dia lebih cocok sama dokter di rumah sakit lain," lirih Rebecca.

"Grandma emang susah dibilangin. Udah disuruh berobat di rumah sakit milik papa Arga, tapi dia lebih milih di sana," balas Kaila.

"Kaila enggak boleh ngomong gitu. Grandma kamu mungkin lebih cocok sama dokter yang menangani dia sekarang daripada dokter di rumah sakit Arga," tegur Rebecca.

"Iya Mamaku sayang," balas Kaila.

Tiba-tiba Noah yang merupakan salah satu pengawal Arga menghampiri mereka. Dia memberitahukan bahwa Rafael dan keluarganya sudah datang.

"persilahkan mereka masuk ke dalam," perintah Arga.

Noah berlalu meninggalkan mereka. Tidak lama terdengar suara tapak kaki mendekati mereka. Seorang pria muda bersama keluarganya menghampiri mereka.

"Silahkan duduk," kata Arga.

Rafael dan keluarganya mendudukan diri di sofa ruang tamu lalu mereka saling berkenalan satu sama lain.

"Tuan Arga, makan malam sudah siap," kata Bi Ina.

Arga mengajak semua orang yang ada di sana untuk pergi ke ruang makan. Di sana terlihat berbagai macam makanan tersaji di atas meja.

"Lepas, Theo," desis Kaila saat Theodor menggenggam tangannya.

"Simpan ponselmu, Kaila. Kita mau makan malam," perintah Theodor.

Samuel akhirnya turun tangan. Ia menegur Kaila membuat Kaila langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Mari dicicipi dulu hidangan makan malam kita. Setelah makan, ada yang ingin saya bicarakan," kata Arga.

"Mengobrol apa?" tanya Kaila.

Theodor memandang Kaila yang seperti penasaran ternsenyum kecil. 

"Makanannya terlihat sangat enak, Uncle. Aku jadi lapar," kata Rafael.

"Iya karena hari ini merupakan hari spesial," balas Arga.

"Hari spesial apa sih sampai harus berkumpul di sini?" tanya Kaila ketus.

"Kaila, kamu jangan ketus gitu ngomongnya," tegur Rebecca.

"Iya, Ma," balas Kaila kesal.

Mereka semua mulai memakan makanannya dengan lahap dan hanya ditemani suara dentingan sendok dan garpu. Sesekali Theodor yang sedang makan melirik Kaila.

"Kamu akan menjadi milikku sebentar lagi," gumam Theodor.

***

Setelah selesai makan, semua piring-piring diangkat oleh para pelayan kecuali dessert yang baru saja diantar.

"Kita sudah bisa memulai sambil makan dessert?" tanya Arga.

"Iya, Arga. Silahkan dimulai," kata Samuel.

"Seperti yang kita ketahui bahwa Theodor dan Theodor sudah bersahabat sejak kecil, saya berencana akan mengadakan acara tunangan untuk mereka berdua," jelas Arga.

Seketika rahang Kaila mengeras. Dia tidak suka dijodohkan dengan Theodor.

"Papa Arga kok mutusin sepihak tanpa nanya Kaila?" tanya Kaila kesal.

Theodor melirik tajam Kaila membuat Kaila menggigit bibirnya.

"Kaila, Papa percaya pada Theodor. Dari kecil dia sudah menjaga kamu, bahkan kamu lebih aman bersama dia," kata Samuel tegas.

"Papa, aku kan mau memilih sendiri siapa pasanganku. Harusnya nanya sama Kaila dulu," balas Kaila sambil berdiri.

"Kaila, Mama enggak suka lihat kamu melawan papa kamu seperti itu," tegur Rebecca.

"Kaila duduk," perintah Samuel dengan penekanan.

Arga menatap putranya yang hanya diam dan menahan amarah bersuara kembali.

"Kaila, Papa Arga tidak menyangka kamu akan menolak Theo," kata Arga dengan raut wajah kecewa.

Sienna melihat Theodor ditolak Kaila merasa sangat sedih. 

Brak

Theodor menggebrak meja dengan kencang lalu menunjuk Kaila.

"Kaila, kamu menolak aku, sahabat yang selalu ada untuk kamu. Kenapa, Kaila? Jawab aku!" teriak Theodor.

"Theo tenang. Jangan seperti ini," kata Arga.

Sienna melihat keadaan sudah memanas menghampiri Theodor lalu mengusap lembut punggung Theodor.

"Kaila, kamu buat Mama kecewa," kata Sienna.

"Kaila, apa benar kamu menolak Theodor?" tanya Rebecca.

"Kaila belum siap. Aku hanya menganggap Theodor sebagai sahabat saja," balas Kaila melihat kemarahan dan kesedihan di mata Theodor.

"Sudah, Ma, Pa, tidak apa-apa Kaila menolak. Jadi aku juga bisa berhubungan dengan gadis lain mulai sekarang. Aku dan kaila bukan sahabat lagi. Maaf, aku tidak bisa menjaga Kaila lagi mulai dari sekarang," kata Theodor.

"Maaf, Arga, Sienna, atas kejadian tidak mengenakan ini," mohon Samuel menatap putri dia dengan tatapan sulit diartikan.

Samuel merasa sangat bersalah dengan tingkah putrinya. Dia tidak menyangka Kaila akan menghancurkan semua rencana yang sudah dia buat selama ini.

"Kita pulang sekarang. Sienna, Arga, maaf atas perilaku putriku," kata Rebecca menggenggam tangan Kaila erat.

Rebecca menarik tangan Kaila menuju mobil. Saat berjalan menuju mobil, Kaila terus menatap Theodor yang menatap dia dengan raut wajah datar.

"Kaila, masuk," perintah Rebecca melihat Kaila hanya diam saja.

Kaila tetap diam. Dia merasa setengah diri dia sekarang mendadak hilang ketika Theodor memutuskan persahabatan mereka. 

"Kaila, masuk ke dalam mobil," perintah Samuel.

Tiba-tiba air mata Kaila menetes. Dia merasa sangat sedih saat ini dengan keputusan yang diberikan Theodor padanya.

"Papa, Theo enggak mau berteman dengan aku lagi," kata Kaila sambil menangis tersedu-sedu.

Rebecca menghelakan napasnya saat melihat Kaila menangis.

"Itu kan sudah menjadi pilihan kamu, jadi terima saja keputusan Theo. Sekarang masuk ke dalam mobil," kata Samuel.

Kaila melangkahkan kaki dengan gontai masuk ke dalam mobil. Mata dia terus menatap keluar jendela saat mobil mulai berjalan meninggalkan kediaman Theodor.

"Mama kecewa sama kamu," kata Rebecca sambil menitikkan air mata.

"Ma, Kaila hanya ingin berkata jujur," balas Kaila.

"Cukup, Kaila. Mama tidak mau mendengar semua alasan kamu," kata Rebecca.