Richard mengerjakan semua tugas Kaila hingga selesai.
"Coba kamu periksa dulu," kata Richard.
"Aku percaya kok kalau kamu yang kerjain pasti nilai aku bagus," balas Kaila.
"Hahaha, kamu bisa aja," kata Richard.
Cup
Tiba-tiba Richard mengecup pipi Kaila membuat Kaila terkejut.
"Kau siapa?!" teriak Samuel sambil menunjuk Richard membuat mereka berdua reflek berdiri.
"Maaf, Uncle. Selamat sore," kata Richard.
"Hentikan basa-basimu itu. Kau ingin merusak putriku," balas Samuel.
"Papa ngomong apa sih? Richard itu bantuin aku kerjain tugas dari sekolah," kata Kaila.
"Diam, Kaila. Kau lebih baik pulang," kata Samuel menunjuk Richard.
"Uncle, saya temannya Theo," balas Richard sambil menundukkan kepala.
"Saya bilang pulang sekarang atau saya sendiri yang akan menyeret kau pulang?" kata Samuel tegas.
"Papa!" teriak Kaila. Dia sangat kesal dengan tindakan papanya pada Richard.
"Ada apa ini?" tanya Rebecca.
"Uncle, Aunty, saya pamit pulang. Terima kasih karena sudah mau menerima kehadiran saya," pamit Richard.
Kaila melihat Richard sudah keluar dari rumahnya sangat marah pada Samuel.
"Papa jahat, Ma," kata Kaila.
"Kaila tidak boleh berbicara seperti itu. Enggak sopan," tegur Rebecca.
"Papa udah bilang sama Mama jangan izinkan Kaila berduaan sama pria. Lihat, tadi dia dikecup pipinya oleh laki-laki itu," kata Samuel mendengkus kesal.
"Kaila, apa benar Richard tadi mengecup kamu?" tanya Rebecca.
"Cuma pipi, Ma," jawab Kaila.
"Kaila, apa benar kamu berpacaran sama pria tadi?" tanya Rebecca.
"Ma, kami cuma berteman aja. Lagian cuma cium pipi aja kok," jawab Kaila.
"Lebih baik kamu diam. Sekarang masuk ke kamar," perintah Rebecca.
Kaila berlari ke kamar. Dia kesal sama orang tuanya.
Brak
Kaila membanting pintu saat dia sudah di dalam kamar.
***
Samuel yang mendengar suara bantingan pintu menghelakan napas kasar. Dia pusing dengan tingkah Kaila yang makin tidak bisa diatur.
"Becca, seharusnya kamu jangan membebaskan Kaila untuk berteman dengan seorang pria. Bahkan pria itu berani sekali mencium Kaila walaupun hanya di pipi," kata Samuel.
"Maaf, Sam. Aku salah sudah membiarkan Kaila berteman sama pria lain," mohon Rebecca.
Rebecca melangkahkan kaki ke kamar Kaila. Dia mengetuk pintu yang ada di hadapannya berkali-kali.
"Kaila, ini Mama," kata Rebecca.
Kaila yang sedang marah pada Rebecca enggak mau membuka pintu.
"Mama, jangan paksa Kaila," kata Kaila.
Rebecca menghelakan napas kasar melihat Kaila yang tidak mengizinkan dia masuk.
***
Theodor yang berada di rumahnya menggeram marah setelah menbuka laporan dari pelayan di rumah Kaila yang mengatakan bahwa kaila mendapat tamu seorang pria dan pria itu mengecup pipi Kaila.
"Arghh, sial! Berani sekali Kaila melakukan ini padaku!" teriak Theodor.
Prang
Theodor memukul kaca di hadapan dia hingga pecah membuat Sienna dan Arga yang berada di bawah terkejut.
"Bunyi apa itu?" tanya Sienna pada Arga.
"Aku mengecek kamar Theodor dulu. Ada apa dengan anak itu?" kata Arga.
"Aku ikut," rengek Sienna.
"Kamu nanti saja ikutnya. Biarkan aku berbicara empat mata dengan anak itu," balas Arga.
"Oke, Ga," kata Sienna lesuh.
Arga menaiki anak tangga menuju kamar Theodor. Arga yang sudah sampai kamar putranya mengetuk pintu kamar Theodor.
Tok tok
Theodor menatao kaca yang oecah dan tangan dia mengeluarkan darah tidak berniat membukakan pintu kamarnya yang diketok dari luar.
"Apa yang dia lakukan di dalam?" gumam Arga.
Arga melihat putranya tidak mau membuka pintu memanggil Jeff dan menyuruhnya mengambilkan kunci cadangan kamar Theodor.
"Tuan, ini kuncinya," kata Jeff.
Arga membuka pintu kamar Theodor hingga terlihat kamar yang sudah berantakan seperti kapal pecah membuat dia terkejut.
"Ada apa, Theo? Jangan membuat kami khawatir," kata Arga.
Theodor bercerita pada papanya soal Kaila yang tidak mau dengannya, bahkan Kaila berdekatan dengan pria lain.
"Kau harusnya mengikat Kaila seperti apa yang aku lakukan dulu pada mamamu. Kadang cara kasar lebih baik dibandingkan harus menunggu Kaila tersadar," kata Arga.
"Ada benarnya juga perkataan papa. Kenapa enggak dari dulu aja aku mengikat Kaila," gumam Theodor.
Theodor merasa sangat bodoh. Dia berjanji akan membuat Kaila menjadi miliknya.
"Oke, aku punya rencana sekarang. Aku akan menghajar Richard kalau dia berani mendekati Kaila lagi. Aku mau lihat dulu dia akan bermain sejauh apa denganku," gumam Theodor.
Theodor tersenyum miring. Dia tahu apa yang akan dilakukannya mungkin di luar nalar, tapi ini semua demi mendapatkan Kaila.
"Theo, apa pun yang mau kamu lakukan beritahu saja, Papa pasti akan mendukung kamu," kata Arga.
Theodor memeluk Arga lalu berterima kasih pada papanya yang sudah mau mendukung apa yang akan dia lakukan nanti untuk membuat Kaila menjadi miliknya.
"Ini hanya antara kita berdua saja. Jangan sampai mamamu tahu," kata Arga. Dia tahu Sienna pasti akan melarang Theodor melakukan hal yang tidak-tidak.
"Mulai besok aku akan mulai mendekati Kaila lagi dan menjemput Kaila seperti dulu," balas Theodor.
"Nanti Papa akan mengirim pesan ke Samuel supaya tidak mengizinkan Kaila membawa mobil," kata Arga.
"Papa kirim sekarang aja. Nanti Papa lupa," pinta Theodor.
Arga tertawa geli menatap putranya yang mirip seperti dia. Rela melakukan apa pun asal bisa terus bersama Sienna.
"Oke, Papa kirim sekarang," balas Arga.
Arga mengambil ponselnya lalu mengirimkan pesan yang berisi bahwa besok anaknya akan mulai mengantar jemput Kaila dan meminta Samuel melarang Kaila untuk membawa mobil.
"Theo, tangan kamu kenapa?" tanya Sienna yang tiba-tiba masuk ke dalam.
Arga mendengkus kesal. Dia sudah bilang pada istrinya untuk jangan naik dulu, tapi tetap aja naik.
"Ini hanya luka kecil, Ma. Tenang saja, balas Theodor.
"Sayang, Aku sudah bilang jangan naik sebelum aku menyuruhmu. Kenapa kamu naik?" tanya Arga.
"Aku baru aja naik kok. Aku takut putraku kenapa-kenapa. Aku mau ambil kotak P3K dulu ya," kata Sienna.
"Oke, Sayang," balas Arga. Dia tidak mau memperpanjang masalah lagi.
Sienna mengambil kotak P3K, lalu dia menyuruh Theodor duduk. Dia mulai mengobati luka putranya dengan penuh kasih sayang.
"Kalau jodoh, tidak akan ke mana. Kamu jangan melukai tanganmu begini. Mama tahu pasti kamu dapat laporan soal Kaila kan? Apa isi laporannya sampai kamu bisa mengamuk begini?" tanya Sienna.
"Jika papa dikecup pipinya oleh wanita lain, apa yang akan Mama lakukan?" kata Theodor.
"Mama akan sangat marah pada papamu dan menamparnya karena dia mau menerima kecupan pipi dari cewek lain," balas Sienna mendelik kesal.
"Kalau menurut Mama, jika aku yang merasakan hal itu gimana? Apa aku harus menampar seorang perempuan?" tanya Theodor.
"Ya kalau perempuan jangan. Kamu tinggal kasih hukuman yang lain. Jangan menamparnya kecuali dia sudah keterlaluan. Kamu ini ngomongin Kaila, ya? Kalau Kaila gampang aja, Mama bisa laporin ke orang tuanya. Anak itu tidak seberani yang kamu kira, Sayang. Mama tahu Kaila itu bergantung padamu sebenarnya," jawab Sienna.