Chereads / Theodor Obsession / Chapter 9 - Dissapointed

Chapter 9 - Dissapointed

Kaila terdiam. Dia tahu kalau mamanya sudah marah dan kecewa pasti sangat susah untuk dibujuk.

"Sebaiknya aku coba kirim pesan ke Theo. Siapa tahu dia bisa berubah pikiran tentang persahabatan kami," gumam Kaila.

Kaila mencari kontak Theodor, lalu dia mengirimkan pesan permintaan maaf atas apa yang dia lakukan tadi. Dia menatap kontak Theodor tidak ada fotonya dan hanya centang satu menyipitkan matanya.

"Apa Theo sudah memblokir nomorku?" gumam Kaila.

Kaila mencoba menelepon nomor Theodor, tapi tidak aktif sama sekali membuat dia makin kalut.

"Apa aku sudah sangat membuat Theo marah? Aku hanya enggak mau Theo makin mengekangku jika kami menjadi kekasih. Aku cuma menganggap dia sahabat, tapi dia memutuskan persahabatan ini. Sekarang aku sedih, Theo," gumam Kaila.

Kaila berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Dia tidak mau mama dan papanya mengetahui kesedihan yang dia rasakan.

***

Di kediaman Arga, Sienna terus meminta maaf atas kelakuan Kaila yang sangat kasar tadi.

"Sudah cukup, Sienna. Anak itu sangat tidak tahu diri. Anak kita menyukai dia dan selalu menjaganya, tapi apa yang dia lakukan? Dia membuat anak kita kecewa," kata Arga.

"Arga, kamu lebih baik bersama menemui teman kamu. Mereka ke mana sekarang?" tanya Sienna.

"Mereka diajak Aleysa melihat-lihat mansion kita," jawab Arga.

"Tidak apa-apa, Pa, Ma. Sepertinya aku harus belajar untuk move on dari sekarang," balas Theodor.

Sienna tentu saja tidak terima keputusan Theodor dan Arga. Dia hanya ingin Kaila yang menjadi menantunya.

"Mama akan bilang pada Rebecca soal Kaila. Mama hanya mau Kaila yang jadi menantu Mama," kata Sienna dengan raut wajah sedih.

"Sayang, jangan memaksa. Anak kita punya masa depan yang cerah. Dia juga tampan, ngapain mengejar gadis yang enggak mau bersamanya?" tanya Arga merangkul istrinya.

"Iya benar, Ma. Aku mau fokus dengan sekolahku dulu. Setelah lulus, aku akan kuliah sambil mengurus perusahaan papa juga," kata Theodor.

"Jadi kamu kuliah di sini, enggak jadi keluar negeri?" tanya Sienna.

"Tidak, Ma. Aku mau berada di dekat kalian terus sekaligus menjaga Aleysa," jawab Theodor.

"Kamu sweet banget sih," kata Sienna.

"Oh iya, besok kita ada kondangan. Jangan sampai lupa, ya," kata Arga.

"Kondangan siapa?" tanya Sienna.

"Kondangan anaknya Alex. Dia mau menikahkan putranya yang ketiga," jawab Arga.

"Dia punya berapa anak sih?" tanya Sienna.

"Dia punya lima anak, Sayang. Tiga pria dan dua perempuan," 

"Hahaha, hebat banget si Nata bisa punya anak sebanyak itu," kata Sienna sambil tertawa terbahak-bahak.

Arga menceritakan ke Theodor bahwa Nata dulu sangat membenci Alex karena sudah membunuh papanya, tapi lama kelamaan mereka saling mencintai. Dia ingin Theodor memahami hubungan asmara tidak selalu mulus.

"Tapi aunty Nata kenapa bisa mencintai uncle Alex?" tanya Theodor.

"Benci juga bisa menjadi cinta, Theo. Seperti perjalanan cinta mama dan papamu ini dulu," jawab Arga.

"Sudah, Arga. Kamu jangan menceritakan masa lalu kita ke Theo," kata Sienna tersipu malu.

Theodor tersenyum-senyum sendiri. Dia berharap Kaila sama seperti mamanya yang awalnya benci menjadi cinta.

"Theo, kamu lebih baik istirahat. Besok kamu ada latihan basket untuk persiapan lomba minggu depan kan?" tanya Arga.

"Iya, Pa, besok aku ada latihan basket buat lomba minggu depan," jawab Theodor.

"Wah, kami boleh menonton pemandangan kamu enggak?" tanya Sienna.

"Ma, jangan terlalu ramai. Aku malu, kita kan bukan mau mengadakan pesta," jawab Theodor.

"Maaf, Theo, Mama terlalu antusias," kata Sienna.

Theodor melihat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam berpamitan ke Sienna dan Arga untuk ke kamar duluan.

"Ada apa, Sayang?" tanya Arga melihat Sienna tiba-tiba memeluknya.

"Aku sedih melihat Theo yang terlihat tegar. Aku tahu dia lagi sakit hati, Arga," jawab Sienna.

"Biarkan dia menenangkan pikiran dulu dan biarkan juga Kaila untuk berpikir," balas Arga. 

"Iya, Arga," kata Sienna.

***

Aleysa bersama Rafael dan orang tuanya sedang duduk di pinggir kolam renang.

"Mansion kamu sangat besar ya, Nak," kata Wendy.

"Iya, Aunty," balas Aleysa.

Rafael menatap gadis di hadapan dia yang terlihat sangat polos merasa Aleysa pasti dijaga dengan baik oleh keluarganya.

"Hahaha, kamu ini kaku sekali. Kamu santai aja pas bicara sama Aunty. Oh iya, kamu belum mengobrol dengan Rafael anak Aunty," kata Wendy.

"Jangan mengganggu Aleysa, Wendy. Dia sangat malu," tegur Dave.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Wendy pada Aleysa.

"Tidak apa-apa," jawab Aleysa.

Aleysa melirik ke arah Rafael yang terus tersenyum ke arahnya merasa sangat canggung.

"Kak Rafa dan keluarganya ke sini cuma buat berkenalan aja sama keluarga Alesya?" tanya Alesya dengan nada polosnya.

"Iya, Aleysa. Sekaligus untuk makan malam bersama, tapi ternyata tidak begitu mulus acara makan bersama hari ini," jawab Rafael.

"Iya aku ikut sedih melihat kak Theo yang sangat kecewa malam ini," balas Alesya.

"Tenang saja, aku sangat yakin mereka akan bersatu suatu hari nanti," kata Rafael.

"Nak, sekarang udah malam, kami mau pamit pulang dulu ya," pamit Dave.

"Iya betul. Enggak terasa, ya, muter berkeliling mansion ini sama Alesya jadi enggak ingat waktu," kata Wendy.

"Hehehe, Aunty bisa saja," balas Alesya.

"Oh iya, Kak Rafa boleh enggak minta nomor ponsel kamu?" tanya Rafael.

"Boleh, tapi Kakak harus izin dulu sama orang tuaku," jawab Aleysa.

"Kenapa harus izin?" tanya Rafael tersenyum kecil.

Rafael sangat senang bisa berjumpa dengan gadis seperti Alesya. Rasanya dia ingin sekali berdekatan dan menjaga Alesya hanya untuk dia.

"Ya kalau tidak izin nanti Alesya dimarahi," jawab Alesya dengan nada polosnya.

"Oh gitu. Oke nanti Kak Rafa minta nomor kamu sama orang tua kamu," balas Rafael.

"Sepertinya putra kita menyukai Aleysa," bisik Dave di telinga Wendy.

"Emang itu yang kita harapkan, Pa, apalagi Alesya ini dijaga banget sama orang tuanya. Cocok jadi menantu kita," bisik Wendy.

"Hai, Jeng Wendy," sapa Sienna.

"Mama," panggil Aleysa sambil memeluk mamanya.

"Ada apa, Sayang?" tanya Sienna membelai lembut rambut putrinya.

"Tidak apa-apa, Ma. Bagaimana keadaan kak Theodor?" kata Alesya.

"Kakakmu baik-baik saja, Alesya. Kamu tenang saja," balas Sienna.

"Bagaimana rasanya diajak berkeliling bersama putriku?" tanya Arga.

"Hahaha, putrimu sangat manis dan membuat kami hampir lupa waktu," jawab Wendy sambil tertawa terbahak-bahak.

"Terima kasih, Arga, sudah menjamu kami dengan baik," kata Dave.

"Sama-sama, Dave," balas Arga tersenyum ramah.

"Uncle, maaf," kata Rafael.

Arga menatap Rafael yang seperti ingin berbicara sesuatu. 

"Ada apa, Rafael?" tanya Arga.

"Uncle, apakah aku boleh meminta nomor ponsel Aleysa?" tanya Rafael.

"Hahaha saya kira kenapa. Untuk apa? Alesya masih sekolah saya sebagai orang tua Alesya takut dia tidak konsen," kata Arga.

Arga ingin menguji seberapa gigih Rafael menginginkan nomor ponsel anaknya.

"Aku tidak akan mengganggu Alesya selama di sekolah, Uncle," balas Rafael.

"Aleysa, berikan nomor ponsel kamu ke Rafael," perintah Arga.