Chereads / Theodor Obsession / Chapter 10 - Feel Alone

Chapter 10 - Feel Alone

Alesya memberikan nomornya pada Rafael sesuai permintaan papanya.

"Aku coba chat dulu, ya," kata Rafael.

Rafael mencoba mengirimkan pesan ke ponsel Aleysa. Tidak lama suara pesan masuk terdengar membuat dia tersenyum.

"Aleysa, kamu juga simpan nomor aku ya," kata Rafael dengan senyum manisnya.

"Siap, Kak," balas Aleysa.

"Uncle minta sama kamu jaga Aleysa dengan baik. Jika hal buruk terjadi padanya gara-gara kamu, jangan harap bisa bertemu dia lagi," kata Arga sambil menepuk pundak Rafael.

"Arga, Sienna, kami pamit pulang. Ini sudah larut malam," kata Dave.

Arga dan keluarganya mengantarkan keluarga Rafael sampai depan mobil.

"Hati-hati di jalan!" teriak Aleysa saat melihat mobil yang ditumpangi Rafael dan keluarganya sudah menjauh.

***

Kaila bersama kedua orang tuanya yang sudha sampai rumah melangkahkan kaki masuk ke dalam.

"Pa, Ma," panggil Kaila.

Kaila merasakan kedua orang tuanya agak berbeda, bahkan hanya diam saja menjadi ingin menangis. 

"Apa papa dan mama hanya menyayangi Theo saja? Apa mereka tidak menyayangiku sama sekali?" gumam Kaila dengan mata berkaca-kaca.

Saat sudah masuk ke dalam rumah, mereka semua disambut para pelayan yang berdiri berjejer di dekat tembok.

"Ayu, antarkan Kaila ke kamarnya," perintah Rebecca.

"Ma, aku mau sama Mama," rengek Kaila.

"Kamu sudah tidak membutuhkan Mama lagi. Buktinya kamu berani mengambil keputusan sepihak tanpa peduli keinginan kami," balas Rebecca.

"Pa," panggil Kaila.

Rebecca dan Samuel hanya diam saja. Mereka berdua terus melangkahkan kaki menuju kamar tanpa peduli suara sendu Kaila.

"Nona, mari Bibi antar ke kamar," kata Ayu.

Kaila menolak tawaran Ayu. Dia langsung berlari menuju kamarnya dengan mata yang semakin basah.

Brakk

Kaila menutup pintu kamar dengan kencang, lalu dia membanting tubuhnya ke atas ranjang. Hari ini terasa sangat berat bagi dia karena semua masalah yang dia hadapi.

"Theo, Kaila dimarahi sama mama dan papa," adu Kaila sambil menangis tersedu-sedu.

Kaila mengambil ponselnya yang ada di tas, lalu dia mengecek apa ada pesan masuk dari Theodor atau tidak. Di sana tidak ada pesan dari Theodor, bahkan pesan yang dia kirim belum terkirim.

"Dia pasti sangat membenci aku saat ini. Maaf, Theo," lirih Kaila.

Kaila tiba-tiba teringat dengan teman-temannya yang pasti bisa melihat Theodor lagi online atau tidak mencoba melakukan panggilan video grup.

"Guys, tolong lihatin Theo lagi online atau tidak dong," pinta Kaila.

"Lu kenapa lagi sama dia? Berantem?" tanya Christine.

Kaila menceritakan apa yang terjadi saat tadi dia makan malam bersama Theodor membuat semua teman-teman dia hanya bisa menghelakan napas kasar.

"Gila lu. Udah kaya, tampan, baik pula masih lu tolak," ejek Nora.

"Lah, ada berita heboh apa nih?" tanya Margaretha.

"Gue dimarahi papa dan mama gue gara-gara Theo," adu Kaila.

"Menurut gue, lu yang salah tahu. Selama ini kan lu terus dekatan dengan Theo dan apa-apa terus bergantung sama dia. Jelas aja mereka mempercayakan lu sama dia," kata Christine.

Kaila menghelakan napas kasar. Dia merasa apa yang dikatakan Christine benar. Dia selalu bergantung sama Theodor dari kecil.

"Eh, besok Theo latihan basket, lu pada mau lihat enggak?" tanya Margaretha.

"Besok gue ikut lihat deh," jawab Kaila.

Kaila ingin melihat Theodor walaupun hanya dari jauh. Dia sudah sangat merindukan pria itu.

"Kalau lu dicuekin gimana?" tanya Christine.

"Enggaklah. Theo itu tidak mungkin cuekin aku. Dia hanya sedang marah aja. Paling sehari juga udah nempel lagi sama aku," jawab Kaila.

"Kepedean lu," ejek Christine.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat pembicaraan mereka terhenti.

"Siapa?" tanya Kaila.

"Ini saya Bi Ayu. Saya disuruh Nyonya Rebecca membantu melepaskan gaun yang anda pakai," jawab Ayu.

"Tidak perlu, saya bisa sendiri," balas Kaila.

Kaila meletakkan ponselnya di atas meja, lalu dia berjalan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. 

"Hari ini begitu melelahkan," gumam Kaila.

Kaila yang sudah berada di dalam kamar mandi langsung melepaskan gaun yang dia pakai hingga terlihat tubuh putih mulusnya.

"Kaila, kamu ini cantik banget," kata Kaila sambil menatap cermin.

Kaila mulai membersihkan tubuhnya di bawah pancuran air shower. Setelah itu, dia keluar dari kamar mandi berjalan menuju kamar untuk memakai piyama tidurnya.

"Kenapa dia tidak mengirim pesan apa pun padaku," gumam Kaila menatap ponselnya yang sepi.

Ting 

Ada pesan masuk dari Christine di ponselnya langsung membukanya.

"Kaila, itu Theo pasang foto hitam putih di media sosial terlihat keren banget," kata Christine.

"Gue mau lihat deh. Penasaran sekeren apa foto itu," balas Kaila.

Kaila mencoba mengintip foto Theodor yang berada di media sosial, tapi akunnya ternyata sudah diblokir Theodor juga.

"Kenapa Theo memblokir semua media sosialku sih?" gumam Kaila.

Kaila mematikan ponselnya, lalu dia berusaha tertidur. Dia menghitung domba di dalam pikirannya hingga tidak lama dia tertidur.

Cklek

Pintu kamar terbuka menampilkan Rebecca dan Samuel. Mereka berdua melangkahkan kaki mendekati Kaila yang sudah tertidur.

"Putri cantik kita sudah tidur," kata Rebecca.

"Iya dia memang anaknya gampang tidur, cuma dia nakal gara-gara ngikutin kamu," balas Samuel.

"Ihhh, kamu selalu nyamain aku kalau yang jelek-jeleknya aja," kata Rebecca sambil mencubit perut Samuel.

Samuel terkekeh dan membungkam mulut Rebecca.

"Sudah, jangan berisik. Nanti dia terbangun," kata Samuel.

"Aku jadi enggak enak sama Sienna. Keluarga dia selalu membantu kita selama ini," kata Rebecca.

"Anak kita ini masih labil. Lihat saja nanti ketika Theodor bersama perempuan lain pasti dia akan kebakaran jenggot sendiri," balas Samuel.

Samuel melihat hari sudah larut mengajak Rebecca untuk ke kamar. Dia tidak mau mengganggu putrinya yang sudah terlelap.

***

Sinar matahari perlahan mulai masuk melalui sela-sela jendela membuat seorang perempuan yang masih bersembunyi di dalam selimut membuka matanya.

"Biasanya mama selalu membangunkan aku," gumam Kaila.

Kaila melihat waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh melangkahkan kaki menuju kamar mandi setelah mengambil pakaiannya.

"Semangat Kaila. Hari ini kamu pasti bisa berbaikan dengan Theo," gumam Kaila.

Kaila yang sudah membersihkan tubuhnya keluar dari kamar mandi berjalan menuju meja rias. Dia memblow rambutnya dan memakai make up tipis.

"Semoga mama dan papa sudah memaafkan aku," gumam Kaila.

Setelah selesai berdandan, Kaila melangkahkan kaki menuju ruang makan. Di sana sudah ada Samuel dan Rebecca yang menunggu dia.

"Selamat pagi, Kaila. Kamu hari ini pulang jam berapa?" tanya Rebecca.

"Aku pulang sore kayaknya. Nanti aku mau nonton latihan basket dulu," jawab Kaila sambil mendudukkan dirinya di kursi.

"Siapa yang latihan, Kaila?" tanya Rebecca.

Samuel hanya melirik sekilas putrinya. Dia penasaran dengan nama pria yang akan keluar dari bibir Kaila.

"Richard," jawab Kaila.

"Oh Richard temannya Theodor," balas Rebecca.

"Iya, Ma," kata Kaila.

"Oke," balas Rebecca dengan raut wajah lesuh.