Chereads / Theodor Obsession / Chapter 27 - The Threat

Chapter 27 - The Threat

Kaila melihat Theodor sudah selesai menelepon dan mengelap bibirnya merasakan aura berbahaya dari Theodor.

Srak

Tiba-tiba Theodor menarik tangan Kaila membuat Kaila meringis kesakitan.

"Theo, sakit," kata Kaila.

Theodor hanya diam saja. Dia menarik tangan Kaila menuju receptionist hotel untuk mendaftarkan diri buat menginap di sana.

"Aku enggak mau nginap di sini!" teriak Kaila.

"Aku tidak perlu persetujuan kamu, Kaila," balas Theodor.

Theodor yang sudah menyelesaikan pendaftaran membawa Kaila menuju lift. Saat sudah di dalam lift, Kaila terus minta maaf pada Theodor. Dia sudah sangat takut saat ini.

"Theo maafkan aku. Aku sudah salah pada kamu," mohon Kaila. 

Ting

Pintu lift terbuka di lantai tujuan mereka. Theodor menarik tangan Kaila menuju kamar hotel. Begitu sampai, tangan Theodor membuka pintu kamar dan tangan satu lagi mencengkram kuat tangan Kaila.

"Theo, maafkan aku dan ampunin aku," mohon Kaila.

Theodor tidak menggubris perkataan Kaila. Dia justru berbicara pada Noah untuk menjaga luar kamar hotel dengan ketat.

"Kita masuk sekarang," kata Theodor.

Theodor menarik tangan Kaila ke dalam kamar. Dia mendorong Kaila hingga terjatuh ke atas ranjang.

"Huhu, jangan pukul Kaila lagi," mohon Kaila dengan mata berkaca-kaca saat melihat Justin menarik keluar ikat pinggangnya.

"Emang aku bilang kalau aku mau mukul kamu, hmm?" tanya Theodor.

"Enggak, tapi emang kamu mau ngapain?" kata Kaila.

"Ya enggak ngapain-ngapain," balas Theodor sambil melepas celananya hingga menampilkan boxer yang dia pakai.

"Aku bakal bilang mama kalau kamu mau nyentuh aku," kata Kaila bergidik.

"Kata siapa aku mau nyentuh kamu? Kita hanya akan tidur di kamar hotel," balas Theodor.

Kaila terdiam dan memeluk kakinya dengan erat. Dia sangat takut dengan Theodor saat ini.

"Theodor, aku mau pulang. Kita kan sudah mau bertunangan," pinta Kaila lirih.

"Ya bisa aja kamu membatalkan pertunangan kita, bukan?" tanya Theodor dengan senyum miringnya.

"Aku enggak akan membatalkannya kok," balas Kaila bergerak mundur saat Theodor mendekatinya.

"Kenapa kamu mundur, hmm?" tanya Theodor.

Theodor menatap Kaila dengan tatapan tajam membuat Kaila tanpa sadar terpesona dengan tatapan itu. Siapa pun yang menatap Theodor pasti akan terhipnotis oleh ketampanan Theodor. 

"Kyakk!" teriak Kaila saat salah satu kaki dia ditarik hingga dia sekarang berada di bawah Theodor.

Kaila melihat ke jendela, terlihat hujan mulai turun tersenyum. Dia sangat menyukai suasana saat hujan.

"Kamu suka hujan kan? Kita sekarang harus menikmati suasana hujan di luar sana," kata Theodor membelai lembut pipi Kaila hingga turun ke leher dan turun kebagian sensitif Kaila.

Plak

Tamparan keras menghantam pipi Theodor, tapi bukannya kesakitan justru Theodor tertawa mengerikan membuat siapa pun yang mendengar pasti akan bergidik ngeri.

"Lepaskan aku!" teriak Kaila.

Kaila memukul-mukul tubuh Theodor, tapi bagi Theodor tenaga perempuan di bawahnya tidak sebanding dengan tenaga dia.

"Aww, sakit!" teriak Kaila merasakan rahang dia dicengkram kuat oleh Theodor.

"Kamu ini gadis yang tidak penurut, kenapa? Kamu takut padaku, tapi selalu membuat aku marah," kata Theodor.

"Aku cuma anggap kamu sahabat, tapi kamu maksain hubungan kita. Mamu yang tergila-gila padaku, bukan aku!" teriak Kaila.

Eumm

Tiba-tiba bibir Kaila dibungkam dengan bibir Theodor. Dia berusaha memberontak, tapi tetap saja tidak bisa.

"Arghh!" teriak Kaila saat rambutnya ditarik Theodor.

Rambut Kaila ditarik hingga kepala kaila mendongak dan bibir dia terbuka. Theodor memancing Kaila terus-menerus hingga Kaila kewalahan dan membalas pangutan bibir Theodor.

"Kita sudah sama-sama dewasa, Kaila. Bisa membedakan mana yang lebih kamu sukai dan tidak," kata Theodor.

Tangan Theodor bertengger di rok Kaila. Dia menyibaknya ke atas hingga memperlihatkan dalaman berwarna merah berenda.

"Uhh, jangan," mohon Kaila menutup area sensitifnya.

"Jangan kenapa, Kaila? Hanya aku yang boleh melihat ini semua. Jika ada pria lain yang melihat kamu dalam keadaan begini aku jamin matanya akan buta besoknya," bisik Theodor di telinga Kaila menghantarkan ketakutan luar biasa.

"Iya-iya. Aku hanya milik Theodor Ace Bowie. Jangan lihat," pinta Kaila.

Theodor sengaja menyibak ke samping dalaman Kaila. Tangan Kaila yang berusaha menutup daerah itu ditarik dan ditahan oleh tangan Theodor yang satu lagi.

"Ck, ck, sangat cantik. Aku jadi enggak sabar menikahi kamu segera mungkin," kata Theodor.

"Huh, lepasin," mohon Kaila.

Theodor hanya diam saja dan masih menatap daerah sensitif Kaila yang merah merekah secara intens membuat wajah Kaila benar-benar memerah. Saat ini baru Theodor saja yang melihat area pribadinya.

"Seandainya saja aku tidak menghormati orang tuamu, mungkin aku sudah aku pastikan kamu menjadi milikku seutuhnya," kata Theodor mengarahkan jari dia ke daerah sensitif itu.

Theodor menggesek naik turun membuat tubuh Kaila tersentak. Dia tersenyum miring melihat Kaila tubuhnya tersentak. Dia tahu Kaila baru pertama kali diperlakukan seperti ini.

"Theo, Theo, please jangan," mohon Kaila menitikkan air matanya. Dia tidak menyangka Theodor akan melihat dia yang seperti ini sekarang.

Theodor menggeram kesal dia harus menahan hasratnya pada Kaila.

"Aku tidak boleh kelepasan," gumam Theodor.

Kaila melirik Theodor yang tidak melepaskan tangannya tapi  merogoh ponselnya dengan tangan yang tadi menyentuh titik sensitif dia merasa heran.

"Tentu pemandangan ini harus diabadikan, bukan?" tanya Theodor.

"Argh! Theo, kamu mau apa? Jangan please," pinta Kaila.

Cekrek

Theodor memotret daerah sensitif milik Kaila sambil terkekeh. Dia menunjukkan hasil foto itu pada Kaila.

"Theo hapus foto itu. Jangan gila," mohon Kaila.

"Aku gila karena kamu, Sayang," balas Theodor.

Setelah memotret, Theodor melepaskan  tangan Kaila. Kaila yang merasa sudah dilepaskan mau duduk, tapi tiba-tiba tubuh dia digendong Theodor membuat dia reflek mengalungkan tangannya ke leher Theodor.

Cup

Theodor mengecup leher Kaila hingga meninggalkan bekas di sana. Senyum terbit di bibir dia saat menatap tanda yang dia berikan pada leher Kaila.

"Jangan ditandai," rengek Kaila.

"Kenapa enggak boleh?" tanya Theodor dengan nada polos.

"Nanti kelihatan teman-teman aku," jawab Kaila.

"Kamu menggemaskan sekali sih kalau lagi begini. Aku jadi enggK sabar menjadikan kamu seutuhnya. Kalau udah jadi milikku, kamu enggak akan aku biarkan santai-santai. Kamu harus melayani suamimu dengan baik," kata Theodor terkekeh sambil membayangkan apa yang akan dia lakukan setelah menikah dengan Kaila.

Kaila rasanya ingin menghilang saja, tapi menghilang ke mana. keluarga dia sangat mendukung hubungan dia dengan Theodor.

"Ya kan nanti. Ngapain dipikirin sekarang," balas Kaila kesal.

Theodor mendorong tubuh Kaila hingga berbaring di ranjang, lalu dia memeluk Kaila dengan erat.

"Sesak, Theo. Ngapain sih kita begini?" tanya Kaila.

"Aku ingin sekali setiap hari mendekap kamu seperti ini," jawab Theodor.

Kaila memejamkan mata. Dia sudah sangat kesal sekali dengan tingkah Theodor hari ini.