Suara musik terdengar dengan kencang di sebuah tempat yang memiliki lampu kerlap-kerlip. Di sana seorang pria sedang menikmati minuman beralkohol bersama teman-temannya.
"Kalian tahu Kaila pergi ke mana?" tanya Richard.
"Ya sama Theodor lah. Palingan lagi indehoi," jawab Christine membuat Nia terbahak mendengarnya.
"Daripada lu mikirin Kaila mending senang-senang di sini. Banyak cewek yang menggoda tahu di sini," kata Nora.
"Gue maunya sama Kaila. Sialan! Kenapa dia mau sih menerima Theodor?!" teriak Richard kesal setengah mati sambil meminum minuman alkohol di hadapannya.
"Udah biarin aja Richard. Dia lagi patah hati," tegur Stevanus pada Nora.
"Patah hati sih patah hati, tapi enggak gitu juga kali," ejek Ferdi geleng-geleng kepala.
"Udah, kita menari aja yuk," ajak Christine.
Semuanya setuju. Mereka melangkahkan kaki menuju lantai dansa meninggalkan Richard yang masih meminum minuman beralkohol dengan perasaan kesal.
"Hai, Richard. Duduk sendirian aja sih," kata Laila membelai lembut lengan berotot Richard dengan jari-jari lentiknya.
Richard menepis jari-jari itu. "Jangan menyentuh gue. Lu siapa?!" teriak Richard dengan penuh emosi.
"Lihat gue deh. Apa sih cantiknya Kaila itu? Gue lebih cantik daripada Kaila," kata Laila sambil menangkup wajah Richard.
Richard yang mulai mabuk melihat Laila seperti Kailanya menangkup wajah Laila membuat Laila tersentak, tapi dia berusaha santai. Dia sangat menyukai Richard.
"Kaila kamu ke mana aja sih? aku kangen banget sama kamu," kata Richard mendekati Laila dan mengecup bibir Laila.
Laila membalas pangutan bibir Richard. Dia tersenyum di sela-sela kecupan bibir mereka.
"Kita keluar dari sini yuk. Kamu bawa mobil tidak?" tanya Laila sambil menggigit kecil daun telinga Richard.
"Kaila, kamu mau bawa aku ke mana pun aku akan senang," jawab Richard memagut lembut bibir Laila.
Laila melepaskan tautan bibir mereka. Dari jauh dia mengacungkan kedua jempol dia pada teman-temannya.
"Lu keren banget berhasil menggoda Richard," kata Lexa.
Laila tersenyum membalas ucapan Lexa, lalu dia membawa Richard yang masih sibuk mengendus dia menuju mobil.
"Parfum kamu wanginya berubah, tapi aku tetap suka kok," kata Richard.
"Biarin deh dia kira aku Kaila, yang penting Richard menjadi milikku malam ini," kata Laila.
Laila membuka pintu mobil bagian belakang, lalu dia mendudukkan Richard di kursi.
"Kamu sangat seksi malam ini, Richard," puji Laila sambil mengelus wajah Richard dengan perlahan.
Laila mendudukkan diri di atas pangkuan Richard membuat Richard menggeram saat merasakan miliknya bergesekan dengan milik Laila yang masih terbungkus dalam balutan kain. Mata Richard makin menggelap ketika melihat Laila hanya menggunakan rok mini dan baju crop tee.
"Aku suka sama kamu, Richard," kata Laila mengecup tubuh Richard yang masih berbalut pakaian.
"Hmm, Kaila berbaringlah," perintah Richard.
Laila tersenyum dan bangkit dari pangkuan Richard. Dia membuka crop tee yang dia pakai lalu melemparkannya ke kursi depan.
Cup
Richard mengecup tubuh Laila menimbulkan sensansi kegelian, tapi Laila berusaha menikmati apa saja yang akan dilakukan Richard. Dia tidak peduli pria di hadapannya membayangkan siapa dia saat ini.
"Hehehe, geli," kata Laila.
Tatapan Richard menggelap ketika mata dia melihat tubuh putih mulus yang di hadapannya walaupun samar-samar.
"Apa Theodor pernah menyentuh kamu, Kaila? Aku sangat marah loh sama kamu karena kamu menerima dia bukan aku," kata Richard dengan wajah memerah.
Ctak
Penutup bukit kembar Laila ditarik dengan paksa oleh Richard hingga terlepas dan suara teriakan terdengar.
"Kaila, aku merindukan kamu," rengek Richard.
Laila memejamkan mata menikmati sentuhan Richard, tapi tiba-tiba tubuh Richard terjatuh di atas dia sambil memanggil nama Kaila membuat Laila mendengus kesal.
"Aku pikir dia mau melakukan hal lebih, malah tidur," gumam Laila.
Laila mendorong tubuh Richard hingga jatuh ke samping. Dia mengambil kunci mobil Richard, lalu dia pindah ke jok depan setelah memakai pakaiannya kembali.
"Aku akan membuat kehebohan," kata Laila.
Laila melajukan mobil dengan kecepatan menuju hotel terdekat. Selama di perjalanan, dia terus tersenyum membayangkan bahwa dia hari ini akan memiliki Richard seutuhnya.
Tidak lama mobil yang dikendarai Laila berhenti di depan hotel. Dia keluar dari mobil menghampiri para karyawan yang sedang bergosip.
"Hmm, tolong bantu saya bawa suami saya masuk ke kamar. Saya pesan kamar paling mahal," pinta Laila.
Laila mengambil kartu akses yang diberikan receptionist, sedangkan karyawan hotel yang lain membantu memapah tubuh Richard.
"Terima kasih sudah mau membantu," kata Laila.
Laila melangkahkan kaki menuju kamar hotel yang dia pesan diikuti para karyawan hotel yang membawa tubuh Richard. Saat sudah sampai di kamar, Richard dibaringkan di atss ranjang.
"Ini tip untuk kalian semua," kata Laila pada para karyawan hotel.
Karyawan hotel itu pergi meninggalkan Laila berdua bersama Richard. Laila melepaskan sepatu Richard debgan senyuman menghias wajahnya.
"Kaila, kamu di mana? Aku kangen banget sama kamu," kata Richard.
"Aku di sini, Richard. Aku selalu bersama kamu setiap saat," balas Laila.
Laila pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Tidak lama dia sudah keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun.
"Malam ini kamu akan menjadi milikku," kata Laila sambil cekikikan.
Laila melepaskan semua pakaian yang dipakai Richard hingga tubuh Richard terlihat sepolos bayi. Setelah itu, dia berbaring di samping Richard.
***
Malam hari makin larut dan hanya ditemanin suara jangkrik dan cahaya sinar rembulan membuat Kaila yang masih berada di hotel menguap berkali-kali.
"Sepertinya dia sudah tertidur," gumam Kaila.
Kaila perlahan menjauhkan tangan Theodor yang melingkar di pinggangnya. Dia mengambil ponselnya dan buru-buru mengaktifkan mode diam.
"Waduh, banyak amat pesan dari Nora dan Christine," gumam Kaila.
Kaila membuka pesan grup itu satu per satu. Rasa bersalah mulai menyelimuti diri Kaila saat melihat Richard yang terlihat kacau dan ada juga pesan dari Richard yang menanyakan kabarnya.
"Maaf, Richard. Aku tidak bermaksud menyakiti hati kamu," gumam Kaila dengan mata mulai memanas.
Kaila terus fokus membaca pesan demi pesan yang masuk ke ponselnya tanpa peduli Theodor yang bisa saja terbangun tiba-tiba.
"Kaila," panggil Theodor dengan suara serak nan berat khas orang baru bangun tidur.
Pluk
Kaila menjatuhkan ponselnya dan dia langsung melirik ke arah Theodor yang terus menatap dia.
"Ya, Theo?" kata Kaila.
Theodor menata tajam Kaila. Bahkan mata dia terlihat sangat bengis membuat Kaila reflek menundukkan kepala.
"Kaila ke sini sekarang," perintah Theodor dengan penekanan.
Kaila menaiki ranjang dan tiba-tiba suara teriakan keluar dari mulutnya saat Theodor mendadak menarik dia dengan kencang ke atas ranjang.
"Shstt, jangan teriak-teriak. Kamu sedang apa? Apa ada sesuatu hal yang penting hingga kamu membuka ponselmu di jam segini?" tanya Theodor.
"Aku cuma mengecek saja. Siapa tahu mama atau papaku mencari aku," jawab Kaila sambil menggigit bibirnya.