Chereads / Theodor Obsession / Chapter 20 - Chaotic

Chapter 20 - Chaotic

Di luar rumah, Kaila baru saja turun dari mobil.

"Richard, hati-hati di jalan," kata Kaila.

Richard tersenyum hingga menampilkan deretan giginya. "Terima kasih, Kaila. Kita kapan-kapan jalan bareng lagi ya," balas Richard.

"Iya, bye," kata Kaila dengan senyum yang mengembang.

Kaila berbalik. Senyum dia seketika pudar saat melihat ada seorang pria yang berdiri di hadapannya saat ini.

The-Theodor," kata Kaila terbata-bata.

"Iya, Kaila. Kamu baru pulang?" tanya Theodor dengan senyum manisnya.

"Iya aku baru pulang. Aku sudah mengantuk, mau tidur dulu ya. Kamu hati-hati di jalan," kata Kaila ketakutan.

"Kata siapa kamu bisa pulang ke rumah sekarang?" tanya Theodor.

"Apaan sih, enggak jelas banget," balas Kaila.

Kaila yang hendak berlari menjauh dari Theodor, tapi tiba-tiba tubuh dia digendong Theodor.

"Kita pergi sekarang, Kaila," kata Theodor sambil membawa tubuh Kaila masuk ke dalam mobil.

Kaila berusaha memanggil kedua orang tuanya, tapi tidak ada yang menyahut sama sekali.

"Kaila jangan macam-macam," kata Theodor saat melihat Kaila yang hendak keluar dari mobil.

Theodor melihat Kaila tetap ingin turun menarik Kaila hingga masuk ke dalam mobil lagi, lalu dia langsung mengunci pintu.

"Sakit," rengek Kaila merasakan rambutnya masih ditarik Theodor.

"Siapa suruh kamu berani melawanku dan berani pulang malam-malam begini," kata Theodor melepaskan sambil jambakannya.

Theodor mulai melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Dia melirik ke arah Kaila yang sangat ketakutan padanya tersenyum miring.

"Pasti Theo bakal marah kalau lihat pakaian aku yang seperti ini," gumam Kaila.

Ting

Ponsel Kaila berbunyi pertanda ada pesan masuk. Kaila melihat pesan itu dari Richard langsung membukanya.

"Jangan tidur malam-malam," kata Richard.

Kaila memasukkan ponselnya ke dalam tas lagi. Dia sedang tidak ingin menjawab pesan apa pun.

"Kenapa tidak dijawab?" tanya Theodor.

"Tidak apa-apa," jawab Kaila dengan gugup.

"Kenapa kamu terlihat gugup begitu, Kailaku?" tanya Theodor.

"Kaila minta maaf, Theo. Aku mau pulang," kata Kaila.

"Pulang ke mana?" tanya Theodor.

Kaila menatap jalanan yang bukan ke rumah Theodor menjadi sangat takut. Dia merasa kali ini Theodor akan menghukumnya lagi.

"Theo jangan hukum Kaila. Aku mau pulang, turunkan aku," kata Kaila sambil menangis tersedu-sedu.

Theodor melajukan mobilnya makin kencang. Dia seperti tidak peduli suara teriakkan Kaila.

"Kaila, apa susahnya kamu membuka hatimu untuk aku? Kenapa susah sekali sih bagi kamu untuk tidak merayu pria lain? Kamu sudah punya pangeran di depan mata kamu," kata Theodor.

"Theodor pelan-pelan. Kaila takut," rengek Kaila.

Kaila mengambil ponselnya. Dia mau menelepon mamanya, tapi tiba-tiba mobil berhenti mendadak. Untung saja dia tidak terpelanting.

"Aku sita ponsel kamu. Kita butuh waktu berduaan tanpa gangguan orang lain," kata Theodor mengambil ponsel Kaila.

Theodor kembali melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Tidak lama mobil yang dikendarai Theodor berhenti di sebuah gedung apartemen.  Dia turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Kaila.

"Kaila turun," kata Theodor.

"Tidak mau," tolak Kaila.

Theodor yang kesal menarik tangan Kaila, tapi tiba-tiba tangan dia digigit.

"Kau berani melawanku, baiklah kita lihat apa yang akan aku lakukan padamu," kata Theodor sambil menggendong Kaila seperti karung beras.

Theodor membawa Kaila masuk ke dalam. Sepanjang di perjalanan menuju unit apartemen dia, Kaila terus memukul-mukul tubuh Theodor.

"Lepaskan aku!" teriak Kaila.

Theodor terus melangkahkan kaki menuju unit apartemennya tanpa peduli suara teriakkan Kaila yang menggema. 

"Ngapain kita ke sini? Kaila mau pulang!" teriak Kaila.

Theodor membawa masuk Kaila ke unit apartemennya. Dia menurunkan perlahan Kaila di atas sofa. Kaila berlari menuju pintu dan hendak membuka pintu itu, tapi ternyata terkunci dan hanya bisa dibuka dengan sidik jari.

"Tolong!" teriak Kaila.

Theodor mendudukkan diri di sofa sambil mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat mendengar dari luar karena apartemen itu kedap suara.

Grap

Theodor menarik tangan Kaila dengan kencang hingga tubuh mereka saling bertabrakan.

"Apa susahnya menurut kamu padaku? Apa susahnya kamu menjauh dari pria lain? Jawab aku, Kaila!" bentak Theodor.

"Sakit," kata Kaila saat merasakan remasan yang kuat pada tangannya.

Theodor mendorong tubuh Kaila hingga terjatuh di atas sofa. 

"Aku ingin kita resmi menjadi pasangan. Kamu lihat penampilan kamu sekarang, kamu terlihat sangat nakal, Kaila. Kamu mau menggoda pria lain? Apa aku kurang tampan sampai kamu melirik cowok lain? Oh iya, Richard sudah aku peringati masih saja mendekati kamu," kata Theodor.

"Aku tidak mau sama kamu, Theo. Kamu gila," balas Kaila.

Wajah Theodor seketika mengeras mendengar penolakan Kaila.

Plak

Wajah Kaila terhempas saat nerasakan tamparan keras dari Theodor.

"Mama, papa," kata Kaila saat merasakan pipinya terasa perih dan panas.

"Rasanya sakit kan, Kaila? Sama seperti rasa sakit hatiku ketika melihat kamu bersama pria lain. Apa saja yang pria itu sudah lakukan padamu? Apa dia menyentuhmu seperti ini?" tanya Theodor sambil menyentuh kaki Kaila yang memperlihatkan paha mulusnya.

Tubuh Kaila seketika menegang mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Theodor," panggil Kaila.

"Apa Kailaku? Kamu hanya milikku dan tidak ada yang bisa menyentuhmu, bahkan memilikimu selain aku. Camkan itu," balas Theodor.

Theodor menarik rambut Kaila hingga Kaila mendongak dan bibir mereka saling bertemu. Theodor mengecup rakus bibir Kaila dan Kaila membalas.

"Dia memang selalu tidak bisa mengabaikan sentuhan aku," gumam Theodor.

Tangan Theodor bergerilya ke tempat lain membuat Kaila reflek mendorong Theodor hingga tautan mereka terlepas.

Plak

Tamparan keras melayang ke pipi Theodor. 

"Kamu pria kurang aja. Aku benci sama kamu. Jangan berani-berani menyentuh aku!" teriak Kaila.

"Kenapa, Kaila? Kamu tidak suka sentuhanku, tapi kamu membalasnya," kata Theodor berdiri di hadapan Kaila.

"Lupakan semuanya dan aku mau kamu menjauh dari aku. Biarkan aku menikmati kehidupanku," balas Kaila.

"Kita sudah saling mengenal dari dulu, Kaila. Kamu seperti orang yang tidak mengenalku. Lihat, kamu tidak jijik apa saat melihat penampilanmu itu. Kalau dia apa-apain kamu bagaimana?" tanya Theodor.

"Dia tidak seperti kamu," jawab Kaila.

"Kaila, kamu sudah sangat membuat aku marah," kata Theodor.

Theodor menarik tubuh Kaila membuat mata Kaila melotot.

"Kamu mau ngapain, Theo? Jangan gila!" teriak Kaila.

Theodor mengambil sebuah tali di laci. Dia  melihat Kaila mau kabur menghempaskan tubuh Kaila ke atas ranjang. Theodor dengan cepat mengikat tangan dan kaki Kaila ke sisi ranjang.

"Theodor dengerin aku dulu," kata Kaila ketakutan.

"Kenapa aku harus mendengar kamu?" tanya Theodor.

"Aku sahabat kamu," jawab Kaila.

"Kamu mengakui aku sebagai sahabat, tapi aku hanya ingin kamu menjadi kekasih aku saat ini. Aku janji akan membahagiakan kamu," balas Theodor.

"Lepasin aku. Kamu menyakiti aku," kata Kaila.

Tiba-tiba bunyi sebuah besi yang seperti ditarik terdengar. Kaila membulatkan matanya saat melihat apa yang ingin dilakukan oleh Theodor.