Beberapa menit kemudian, akhirnya Keyla keluar dari kamar mandi, dia melihat Tristan yang sudah berganti pakaian.
"Kamu sudah wudhu?" tanya Tristan karena melihat wajah Keyla yang basah.
"Ya," jawab Keyla singkat sambil menganggukkan kepalanya.
"Tunggu sebentar, kita shalat berjamaah." ucap Tristan, lalu masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Keyla pun memakai mukenanya, lalu menyiapkan perlengkapan shalat untuk Tristan, tak lama Tristan keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih basah karena air wudhu, Keyla terpesona melihat wajah Tristan yang sangat segar dan tampan.
"Kenapa?" tanya Tristan dengan alis yang terangkat, Keyla menggelengkan kepalanya dan kembali ke alam sadarnya.
Mereka pun melaksanakan shalat ashar berjamaah, selesai shalat mereka berdua berdzikir kepada Allah SWT, dan tenggelam dalam do'a mereka masing-masing.
"Ya Allah berkahilah pernikahan hamba, semoga pernikahan ini menjadi pernikahan sekali dalam seumur hidup hamba, buka kan lah hatinya, agar dia bisa menerima hamba dan mencintai hamba dengan sepenuh hatinya, bimbinglah hamba agar bisa menjadi imam yang saleh untuk keluarga hamba."
"Ya Allah ya Rab, yang maha pemberi kebahagiaan dan yang maha membolak-balikkan hati, hamba mohon tumbuhkan lah rasa cinta di hati hamba untuk suami hamba, karena hanya dia lah lelaki yang berhak untuk hamba cintai, bimbing lah hamba agar bisa menjadi istri yang saleha untuknya, yang selalu berada di jalanmu."
Selesai berdo'a Tristan membalikkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya kepada Keyla, Keyla pun menyambut uluran tangan Tristan lalu mengecup tangan suaminya dengan takzim.
Tristan tersenyum karena kegiatan sederhana seperti ini, mampu membuat jantungnya berdetak kencang tidak karuan.
"Mas, apa kita akan tinggal di rumah, Mama?" tanya Keyla.
Apa? Keyla memanggilnya apa tadi? Tanya Tristan di dalam hatinya dengan kening yang berkerut.
"Kamu panggil aku apa barusan? Aku gak dengar?" tanya Tristan karena takut kalau dia salah dengar.
"Gak ada siaran ulang!" jawab Keyla asal.
"Aku takut salah dengar, tumben kamu panggil aku pakai embel-embel, Mas!" ucap Tristan.
"Kenapa, gak suka? Emangnya mau dipanggil apa? Kakak, Aa, Abang, Om atau-!" ucapan Keyla terhenti karena Tristan menyelanya.
"Apapun panggilanmu untukku, aku akan sangat menyukainya," ucap Tristan tepat di hadapan wajah Keyla.
"Ish, Mas geli tau," ucap Keyla lalu menjauhkan wajahnya dari Tristan, dia sangat malu karena sudah dipastikan kalau wajahnya merah merona. Tristan tertawa kencang melihat tingkah istrinya yang sangat menggemaskan itu.
"Udah ah aku mau keluar lagi, mama pasti masih menunggu kita!" ucap Keyla segera merapikan mukena dan sajadahnya lalu pergi keluar, Tristan pun pergi mengikuti Keyla.
"Kalian lama banget, abis ngapain dulu?" tanya Lidya dengan alis yang terangkat dan nada menggoda.
"Kita habis shalat, Ma," jawab Tristan.
"Kak, ini ada paket buat, Kakak!" ucap Dania sambil memberikan kotak berwarna hitam kepada Keyla.
"Dari siapa, Dek?" tanya Keyla.
"Gak tau, Kak, gak ada nama pengirimnya, tadi aku tanya sama kurirnya, dia juga gak jawab apa-apa, malah langsung pergi." jawab Dania.
Lalu Keyla duduk di sebelah Dania dan membuka kotak itu, Keyla menjerit histeris sambil melempar kotak yang dia pegang, Tristan yang terkejut langsung menghampiri Keyla lalu mengambil kotak yang dilempar oleh istrinya, ternyata isinya adalah foto Keyla dan sebuah boneka yang lehernya sudah dipotong dengan berlumuran darah ada sebuah tulisan juga di dalamnya.
"You'll die in my hands."
Keyla sudah menangis ketakutan melihat pesan itu, semua orang pun ikut terkejut melihat isi dari kotak itu, Tristan langsung membawa Keyla ke dalam pelukannya dan mencoba untuk menenangkan istrinya.
Rania dan Lidya juga terlihat panik, siapa yang sudah tega mengirimkan teror seperti ini kepada Keyla.
"Ryan, cepat selidiki siapa dia, aku yakin orang itu masih ada di sekitar rumah, kamu harus segera menemukan dia!" perintah Tristan.
Ryan pun segera pergi mencari siapa pelakunya mungkin Tristan benar, dia masih ada di sekitar sini. Dania juga ikut bersama Ryan, karena hanya Dania yang tau wajah kurir itu.
Sedangkan Keyla masih menangis ketakutan di pelukan suaminya.
"Kamu bawa Keyla ke kamar dulu, Tian, kasihan dia pasti ketakutan," ucap Lidya, Tristan lalu membawa Keyla ke kamarnya.
"Dy, apa tidak akan terjadi sesuatu kepada Keyla?" tanya Rania.
"Kita berdo'a aja, agar Allah selalu melindungi Keyla," jawab Lidya.
"Kira-kira siapa yang tega melakukan hal itu?" tanya Dedy.
"Aku juga belum tau, Tristan dan Ryan masih mencari tau siapa orang yang selalu ingin mencelakai keluargaku, inilah salah satu alasan Tristan dan aku menyetujui kalau pernikahan Keyla dan Tristan ditutupi dulu, tapi ternyata hal yang aku takutkan terjadi juga, ternyata dia juga ingin mencelakai Keyla." ucap Lidya dengan sendu.
***
Setelah di kamar, Tristan membaringkan Keyla di atas ranjangnya, dia terus mencoba untuk menenangkan Keyla yang masih ketakutan, bahkan Keyla menggenggam erat tangan suaminya saat Tristan akan pergi keluar, Keyla pun mencegahnya untuk pergi.
"Mas, tolong jangan tinggalkan aku sendiri di sini, aku takut," ucap Keyla dalam isaknya.
"Baiklah aku temani kamu di sini, apa kamu mau minum?" tanya Tristan, Keyla menganggukkan kepalanya perlahan, lalu Tristan mengambil air yang berada di atas nakas.
Setelah itu Tristan mengambil ponselnya, dia segera menghubungi orang-orang kepercayaannya.
"Segera temukan orang yang meneror keluarga saya, keluarkan tikus-tikus itu dari persembunyian mereka, jangan beri mereka celah sedikit pun!" ucap Tristan lalu mengakhiri panggilan telponnya.
Ya Allah masalah apalagi ini, pelaku yang ingin menabrak Keyla saja masih belum ditemukan, sekarang ada lagi orang ingin mencelakai Keyla, Tristan memijat keningnya yang terasa berdenyut nyeri, berapa banyak orang yang ingin mencelakainya dan keluarganya.
Tristan melihat Keyla yang sudah mulai reda tangisnya, ternyata dia tertidur, Tristan tersenyum lalu membenarkan posisi tidur keyla agar nyaman, setelah itu dia keluar sebentar untuk menemui keluarganya lagi.
"Keyla mana, Tian?" tanya Lidya.
"Keyla tidur, Ma," jawab Tristan.
"Maaf, Kak, aku dan Dania tidak berhasil menemukan siapa pelaku teror itu, tapi kita menemukan gelang ini di pelataran masjid tadi." ucap Ryan sambil memberikan gelang yang dia temukan kepada Tristan.
Gelang dari emas putih dengan berlian yang tersemat di atasnya, gelang yang sangat mewah menurut Tristan, dia pun terus mengamati gelang itu hingga Tristan menemukan ukiran nama Maheswari di belakang gelang itu, kening Tristan berkerut merasa nama Maheswari itu tidaklah asing, tapi Tristan tidak tau siapa dia, apa benar dia pelaku teror ini, atau mungkin hanya kebetulan milik keluarga atau kerabat mereka yang terjatuh, tapi keluarga Tristan maupun Keyla tidak ada yang bernama Maheswari, lalu siapa dia?
Bersambung....