"Vi, udah tau belum?" tanya Dea pada Viera yang sedang sibuk mengerjakan tugas kantor yang menumpuk di atas mejanya. Dea adalah teman sekantor sekaligus sahabat Viera semenjak Viera bekerja di sini.
"Tau apaan?" jawab Viera sembari mengecek berkas yang ada ditangannya.
"Barusan gue dengar dari atasan, ada cowok ganteng yang bakal gabung ditim kita hari ini." Ucap Dea. Viera tampak seperti biasa saja tidak terlalu perduli. Baginya cowok setampan apa pun tidak akan bisa merubah perasaannya terhadap masa lalunya. Viera masih belum bisa melupakan sosok lelaki yang dia cintai di masa lalu. Itu yang membuat dirinya tidak bisa membuka hati untuk lelaki lain.
"Katanya dia dari Incheon," ucap Dea lagi dengan nada heboh. Incheon adalah salah satu kota besar yang terletak di korea selatan. Yah, mungkin lelaki itu terlihat sangat tampan dimata wanita lain tapi tidak bagi Viera yang masih mencintai masa lalunya. Viera bukan tipe perempuan yang gampang terpesona dengan ketampanan lelaki.
"Bodoamat," balas Viera. Dia kembali mengerjakan tumpukan kerjaannya. Dea yang kesal karena respon sahabatnya itu pergi berlalu meninggalkannya.
Memang masih banyak berkas lainnya yang harus dikerjakan oleh Viera. Yang ada di atas meja itu baru sebagian. Viera memang lebih suka mengerjakan banyak kerjaan dibanding harus membuang-buang waktu untuk hal yang tidak penting. Viera tidak suka menghabiskan waktu hanya untuk bersantai-santai saja. Di sini dia bekerja dan dibayar dengan gaji yang lumayan, maka dari itu dia bersungguh-sungguh dalam bekerja selain itu juga dengan tumpukan kerjaan yang banyak Viera bisa melupakan semua hal yang bersangkutan dengan masa lalunya.
"Vi, kamu dipanggil Pak Dendra untuk menghadap ke ruangannya sekarang," ucap salah satu teman kantor Viera.
"Oh, oke. Thank you yah," balas Viera. Dengan segera Viera menyimpan map yang berisi berkas ke dalam rak yang ada di sebelahnya.
Tokk..Tokk..
"Permisi Pak, Bapak manggil saya?" tanya Viera dari balik pintu ruangan.
"Oh iya Vi, silahkan masuk," ucap Pak Dendra, mempersilahkan Viera untuk duduk.
"Jadi begini Vi, hari ini akan ada karyawan baru yang akan bergabung ditim kamu. Kamu tolong arahin dan ajarin dia tugasnya apa saja," ucap Pak Dendra sebagai atasan di perusahaan itu. Viera mengangguk kecil dan memberi senyum dengan terpaksa.
"Nyusahin aja sih. Kenapa harus gue," gumam nya dalam hati dengan kesal. Kerjaannya saja belum kelar sudah ditambah lagi kerjaan baru.
Tok..Tok..
"Pak ini berkas saya." Suara seorang lelaki yang terdengar sangat familiar ditelinga Viera.
Dia menoleh kearah asal suara lelaki tersebut, seketika pandangan keduanya terkunci membuat Viera yang awalnya tersenyum tiba-tiba datar setelah menatapnya. Viera seolah ditarik kembali ke masalalu saat melihat Alex yang sudah tidak ada kabar selama bertahun-tahun kini sedang berdiri tepat di hadapannya.
"Vi, Viera," panggil Pak Dendra. Suara Pak Dendra seketika menyadarkannya.
"I..Iya Pak." Suara Viera terdengar seperti gugup.
"Ini Alex yang akan bergabung ditim kamu, saya harap kamu bisa membantu dan mengajarkannya yah," ucap Pak Dendra.
"Halo, saya Viera. Selamat bergabung ditim saya." Viera mencoba terlihat profesional dan sekarang mereka seperti orang yang tidak saling kenal.
"Alex Alexandro " ucap lelaki itu sambil menyodorkan tangan pada Viera.
Sebenarnya Viera tidak mau menyambut salaman itu. Tapi Viera harus terlihat seperti biasa saja dan terlihat profesional.
"Pak, saya permisi yah," ucap Viera. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan.
Viera berjalan dengan cepat menuju toilet kantor. Dia masih shock melihat kehadiran Alex. Sosok lelaki yang sempat membuat hidupnya berantakan.
Sesampai ditoilet dia memandang dirinya dari pantulan kaca. Sekarang dia seperti sedang ditarik ke masa lalu. Mengingat kejadian tiga tahun yang lalu sebelum Alex pergi tanpa kejelasan. Malam sebelum Alex pergi, mereka sempat bertemu untuk merayakan hari jadian mereka.
"Vi, aku janji akan bahagiakan kamu. Aku gak akan ninggalin kamu vi, karena kamu cinta terakhir ku." Kalimat itu yang membuat Viera tidak bisa membuka hati pada siapa pun. Alex sempat memeluk dan mencium bibir Viera pada malam itu. Keesokan harinya Alex sama sekali tidak menelpon Viera. Saat ditelepon berkali-kali pun nomor sedang tidak aktif. Karena teelalu khawatir, Viera pun langsung menuju ke rumah Alex. Tapi tidak ada informasi apa pun yang bisa dia dapatkan. Dia hanya mendengar omongan dari tetangga Alex, bahwa Alex sekeluarga sudah pindah keluar negeri dan ntah dimana.
Viera bahkan tidak pernah mendapat kabar apa pun dari Alex selama tiga tahun itu. Sempat berpikir bahwa Alex tidak serius dengannya dan hanya mau menyakiti hatinya saja. Selama bertahun-tahun dia berusaha keras untuk melupakan lelaki itu. Tetapi selalu gagal dan tidak akan pernah bisa. Bagi Viera Alex adalah cinta pertama yang sangat sulit untuk dilupakan.
Viera segera menghapus air matanya. Dia tidak boleh kelihatan masih mengharapkan Alex. Dalam soal kerjaan pun harus profesional.
"Oke ayo Vi, lo pasti bisa! gak boleh cengeng! ingat, dia cuma masa lalu lo doang," gumam Viera dalam hati. Dengan berani dia keluar dari toilet, kemudian membersihkan bekas make up nya yang sedikit luntur. Kemudian dia tersenyum dari balik kaca, menghembus nafas dengan pelan. Viera berjalan menuju tempat kerjanya melanjutkan kerjaan yang sempat ditinggalnya.
"Vi, makan yuk," ajak Dea sahabatnya. Viera melirik jam tangan hitam yang melingkar dipergelangan tangannya. Jam menunjukan hampir pukul dua belas siang. Mood Viera sedang kacau jadi dia menolak ajakan Dea. Akhirnya Dea pergi makan sendirian.
Viera melanjutkan pekerjaannya sambil memasang earphone untuk mendengarkan lagu. Sambil menyanyikan lirik lagu, dia mengetik dengan cepat.
"Hai Vi," ucap lelaki itu. Alex, dia menarik sebelah kabel earphone milik Viera. Membuat dirinya semakin shock.
"Apa kabar Vi,?" tanya Alex. Sekarang dia menarik kursi untuk duduk di samping Viera.
"Ngapain lo?" ucap Viera dengan judes.
"Kamu apa kabar?"
"Baik. Udah deh 'gak usah ganggu aku. Aku lagi banyak kerjaan nih."
"Kamu gak kangen sama aku Vi?"
"Gak. Udah sana pergi. Aku gak mau ntar jadi bahan gosip di kantor ini." Viera mendorong bahu Alex agar dia segera pergi dari tempat kerjanya.
"Kamu marah sama aku Vi? maaf. Aku mau jelasin sesuatu sama kamu Vi, kalau..." Belum selesai Alex berbicara, Viera sudah pergi duluan meninggalkannya di meja kerja sendirian. Viera setengah berlari. Dia tidak mau berurusan dengan lelaki itu lagi.
Bruukkk...
"Maaf..maaf," ucap Viera pada seorang lelaki yang baru saja ditabraknya.
"No problem, kamu gak apa-apa?" ucap lelaki itu pada Viera. Viera menggeleng kecil, sebenarnya bahunya sangat sakit karena menabrak tubuh lelaki yang kekar itu.
"Ini semua gara-gara Alex Alesandro!" teriaknya dalam hati sambil mengepalkan kedua tangan dengan geram rasanya ingin menonjok muka Alex.