"Lo kenapa sih Vi,?" tanya Dea. Viera menabrak orang untuk kedua kalinya. Untung saja yang ditabraknya kali ini bukan cowok, melainkan sahabatnya sendiri Dea.
"Aduh..." Viera meringis kesakitan karena kakinya yang tidak sengaja diinjak oleh Dea.
"Sorry, sorry.. gak liat," ucap Dea sambil tertawa kecil.
Viera membeli sebotol air minum dingin, kemudian melangkah pergi keluar dari kantin. Sesekali dia menoleh ke kanan kiri berjaga-jaga. Takutnya lelaki yang dihindarinya tiba-tiba muncul.
"Vi, aku mau jelasin sesuatu. Tolong beri aku waktu sepuluh menit oke?" Baru saja Viera berpikir seperti itu. Tetapi lelaki itu sudah muncul kembali dihadapannya. Badannya yang tinggi menutup jalan Viera. Viera tidak bisa berbuat apa-apa, karena kalau pun dia nekat untuk menerobos Alex pasti akan menahan lengannya.
"Apa lagi sih Lex?" tanya Viera dengan risih.
"Aku tahu, kamu marah sama aku Vi. Tapi aku pergi waktu itu punya alasannya yang jelas. Aku gak berniat..." Belum selesai berbicara Viera sudah menerobos jalannya. Alex menahan pergelangan tangan Viera.
"Lex, lepasin 'gak!" ucap Viera dengan nada emosi yang sudah mengepalkan tangannya.
"'Enggak akan aku lepaskan Vi," balas Alex.
"Lepasin tangan gue atau gue 'gak akan pernah mau ngomong lagi sama Lo," sepertinya ancaman Viera tidak membuatnya takut. Malah dia justru semakin menahan erat memegang pergelangannya.
Beberapa karyawan kantor yang lewat memperhatikan ke arah mereka berdua. Mereka berdua berhasil mencuri perhatian beberapa karyawan perempuan yang kini saling berbisik melihat mereka.
Viera tidak bisa diam saja. Dia tidak mau jika dirinya harus menjadi bahan omongan orang-orang kantor cuma karena ulah Alex.
"Sudah saya bilang, jangan pernah menganggu berkas yang ada dimeja saya!" Kalimat yang keluar dari mulut Viera dengan nada lantang.
"Hah?" Alex yang tampak binggung dengan ucapan Viera barusan. Apa yang dimaksud olehnya.
"Beberapa orang disini sedang merhatiin kita," bisik Viera adengan suara kecil, sambil melotot ke arah Alex. Sejujurnya Alex tidak dapat menahan tawa melihat ekspresi perempuan yang ada dihadapannya itu. Tapi dia tahu jika dia tertawa Viera akan marah besar padanya.
"Em, baik bu. Maaf sekali lagi." Alex mengikuti permainan Viera.
Viera menghembus napas lega saat melihat karyawan yang tadinya memperhatikan mereka, kini sudah pergi ketika mendengar drama yang dibuatnya bersama Alex. Viera tidak mau jika dirinya harus digosipkan.
Viera berlalu pergi meninggalkan Alex. Alex yang tidak mau ditinggal kini mengikuti langkah Viera dari belakang. Ntah apa mau lelaki itu terus menerus mengejarnya. Dia sengaja berjalan dengan cepat menuju toilet wanita. Alex berhenti tepat didepan toilet. Mana mungkin dia juga akan ikut masuk ke dalam. Yang ada nantinya, malah dipikir mesum.
Ada hampir sepuluh menit Viera berada didalam toilet.
"Vi? Betah banget sih ditoilet?" suara teriakan Alex dari luar membuat Viera semakin lama mengurung diri ditoilet.
"Ngapain sih Alex! lama-lama bikin emosi aja yah tuh anak." ucapnya sendiri. Viera sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan mau berhadapan dengannya lagi. Kalaupun harus berbicara, hanya untuk urusan kerjaan dan gak lebih.
"Yah udah deh Vi, aku pergi aja yah." ucap Alex. Viera sengaja masih berdiam ditoilet selama dua menit untuk memastikan bahwa Alex benar-benar pergi. Viera membuka pintu toilet dengan pelan melihat disekeliling sudah tidak ada orang, dia pun berjalan keluar.
"Mau kemana?" ucap Alex membuat Viera terkejut.
"Eh ... " Viera hampir terjatuh karena sosok Alex yang tiba-tiba muncul. Sekarang Viera ada didalam pelukan Alex karena hampir terjatuh. Mereka terkunci dalam pandangan masing-masing. Alex masih menyimpan perasaannya untuk Viera. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi Viera dihatinya walaupun banyak wanita lain yang mengejar dirinya. Dia pulang dan ada ditempat ini sekarang karena Viera. Dia mencoba untuk membuat Viera mau mendengar penjelasannya. Alex berharap agar Viera juga masih menyimpan perasaan yang sama terhadapnya. Ini untuk pertama kalinya dia bisa menatap wanita yang dicintai dengan dekat.
"Ih, Lo kenapa sih! Gangguin gue mulu!" Viera langsung melepaskan genggaman tangan Alex yang melingkar dipinggangnya. Dengan segera dia berjalan meninggalkan Alex.
"Vi, kamu kenapa menghindar terus dari aku? salah ku apa Vi?" teriak Alex. Tapi tampaknya Viera tidak perduli dengan teriakannya dan berlalu pergi.
Jam demi jam pun berlalu. Sudah waktunya untuk pulang. Viera segera menyusun barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Sudah stress seharian dikantor karena dikejar oleh masa lalunya.
Selesai menyusun berkas kembali ke tempatnya, dia pun berjalan menuju pintu keluar. Viera melihat awan yang sudah berubah hitam serta angin kencang. Sepertinya akan ada hujan besar sore ini. Dia berlari kecil menuju parkiran mobilnya.
"Hai Vi," sapa seorang lekaki yang sedang berdiri disebelah mobilnya. Alex Alesandro lelaki dari masa laluku yang sekarang kembali dikehidupannya. "Mengapa dia selalu mengusik hidupku," gumamnya dalam hati. Baru saja satu hari dia bekerja disini dan baru beberapa jam merek bertemu. Tetapi Alex sudah berhasil membuat dirinya hampir gila hari ini.
"Minggir!" bentak nya.
"Vi, kamu kenapa sih?" tanya Alex dengan nada lembut.
Alex langsung membuka pintu mobil Viera dan masuk paksa dibangku pengemudi.
"Lo ngapain! keluar gak!" teriak Viera geram pada Alex.
"Gue bakal keluar kalau kamu sudah mau mendengar penjelasan ku Vi." ucap Alex kemudian menutup pintu mobil Viera dengan seenaknya dan mengunci dari dalam agar Viera tidak mengamuk diluar. Alex sengaja melakukan hal ini secara paksa agar Viera masuk ke dalam mobil dan duduk disebelahnya.
Brukk ..
Viera menutup pintu mobilnya dengan keras. Kalau saja ini bukan mobilnya tidak mungkin dia mau masuk ke dalam dan berduaan bersama Alex didalam mobil.
"Lima menit gak lebih." Viera berbicara dengan nada judes.
"Oke, tolong jawab juga beberapa pertanyaan dariku yah." ucap Alex.
"Kamu marah sama aku?"
"Menurut lo?"
"Oke, aku mau jelasin tentang kita."
"Aku udah malas bahas soal masa lalu Lex, yang berlalu biarlah berlalu."
Viera terkejut karena Alex yang tiba-tiba mencium bibirnya. Viera langsung mendorong Alex menjauh.
"Keluar lo dari mobil gue!" teriak Viera.
"Maaf Vi, aku terlalu rindu. Pertama kali saat aku melihat mu tadi aku sudah 'gak tahan mau peluk kamu Vi. Aku masih sayang sama kamu." ucap Alex dengan nada halus. Dia memegang kedua tangan Viera.
"Kalau kamu sayang sama aku, kenapa kamu pergi 'gak ada kabar! kenapa!" Sekarang Viera berbicara dengan nada sedikit emosi. Ada sakit yang mendalam didalam hatinya.
"Waktu itu aku pergi karena ada masalah keluarga Vi. Malam waktu kita pulang habis rayain anniversary kita, mama dan papa bertengkar hebat sampai akhirnya harus bercerai. Aku dan mama diusir dari rumah kami 'gak tahu harus minta tolong siapa. Akhirnya mama menelpon tante ku. Kebetulan waktu itu aku dan mama ditawarin buat tinggal bersama tante yang ada di Incheon sekaligus dia yang membiayai kuliah ku." ucap Alex. Dia berharap Viera akan mengerti.
"Tapi kenapa kamu harus pergi tanpa kabar sama sekali! Apa maksudmu!" tanya Viera. Masih belum puas dengan penjelasan yang didapatnya.