"Maaf Vi, aku 'gak mau kalau kamu tahu aku lagi ada masalah keluarga. Aku malu, aku takut kamu bakal ninggalin aku dengan kondisi aku yang seperti itu." Alex mencoba untuk memberi penjelasan yang lebih detail lagi.
"Aku sempat berpikir untuk memberi kabar pada mu Vi. Tapi aku tidak pernah bisa berhasil menghubungi mu. Aku mencoba menghubungi nomor telepon mu, tapi nomor mu selalu tidak aktif. Aku berusaha mencari kami disosmed ternyata kamu sudah blokir akun ku. Aku mencari cara lain, membuat akun baru untuk menghubungimu tapi sosmed mu sudah tidak pernah aktif lagi." Jelas Alex sambil memegang kedua pergelangan tangan Viera.
Semenjak dua minggu Viera tidak tahu kabar apa pun tentang Alex dan sejak saat itu juga dia menghapus semua akun sosmednya bahkan dia juga sempat menganti nomor teleponnya. Bermaksud dengan cara seperti itu dia bisa lebih mudah untuk melupakan Alex. Mencari kesibukan dan kerjaan yang sangat padat seperti saat ini. Itu yang membuat Viera bisa sejenak melupakan masa lalunya. Beruntung sekali dia bisa diterima kerja di perusahaan besar ini. Kerjaan di kantor ini memang sangat padat dan banyak tapi Viera senang mengerjakan semua itu karena dengan begitu dia bisa melupakan masa lalu dan tidak terlalu fokus pada ponselnya.
Seingat Viera terakhir dia membuka sosmed adalah beberapa bulan yang lalu itu juga karena hanya mau mencari informasi tentang salah satu tempat yang menjadi incaran perusahaannya untuk mengajukan proposal kerja sama. Dia tidak sempat untuk mengecek banyak pesan yang masuk. Ada sekitar seratusan pesan tapi dia tidak perduli dan tidak ada waktu untuk melihat satu persatu siapa yang mengiriminya pesan.
"Vi, kamu mau kan maafin aku?" Suara Alex yang terdengar halus ditelinga Viera.
"Ntar gue pikirin lagi. Yah udah yah Lex. Gue mau balik. Sekarang lo boleh keluar, waktu lo udah habis." ucap Viera. Viera mempersilahkan Alex untuk keluar dari mobilnya. Alex yang paham dengan kondisi Viera yang butuh waktu pun segera turun.
Mobil Viera berjalan menuju gerbang kantor. Viera memutar lagu dengan volume sedang dimobilnya. Sekarang dia sudah mendapat penjelasan dari Alex. Tetapi ntah mengapa didalam hatinya masih belum bisa memaafkan Alex. Membuat air matanya seketika jatuh membasahi pipinya. Seketika hujan pun turun dengan deras membuat pandangan Viera sedikit kabur.
Tidak lama, mobil merah miliknya membelok masuk ke komplek rumahnya. Viera mematikan mesin mobilnya. Membuka pintu dan berlari kecil dengan tas yang sebagai alas untuk menutup kepala dan dirinya dari hujan.
"Hai mama," ucap Viera. Mamanya yang sedang menonton diruang tamu langsung menyambut putri kesayangannya yang baru saja pulang kerja.
"Halo, sayang, udah pulang kerja?"
"Udah ma, laper banget nih," rengek Viera.
"Makan dulu gih. mama ada masakin masakan kesukaan kamu." ucap mama.
****
"Huh, capek banget seharian harus berhadapan dengan masa lalu." gumam Viera. Dia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Lelah rasanya seharian menahan lapar dan harus berhadapan dengan Alex. Viera sedang bimbang apa yang harus dilakukannya. Alex masih mencintainya sampai saat ini. Benarkah? Viera mencoba untuk menenangkan dirinya. Memutar sebuah lagu agar bisa meringankan beban nya. Sudah cukup stres karena kerjaan kantor yang menumpuk ditambah lagi Alex yang tiba-tiba muncul kembali.
Suara ponsel Viera tiba-tiba bergetar. Dengan cepat ia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Nomor yang tidak dikenal tertera pada layar ponselnya. Viera langsung menjawab telepon yang masuk.
"Halo?" ucap Viera dengan sopan.
"Vi, kamu maafin aku kan?" Suara seorang lelaki yang terdengar dari balik telepon.
Viera spontan menjauhkan ponselnya. Ia menghembuskan nafas dengan kesal.
"Apa lagi sih Lex?" Viera menjawab dengan kesal.
"Aku hanya mau kamu maafin aku Vi. Aku 'gak bermaksud buat ninggalin kamu waktu itu. Aku sudah berusaha mencari mu tapi 'gak ada hasil dan sekarang aku balik ke Indonesia demi kamu Vi." ucap Alex. Dia berbicara dengan nada yang memang terdengar tulus dan serius dari balik telepon.
Tut .. tut ..
Viera langsung memutuskan panggilan tersebut. Seketika Viera menyunggingkan seulas senyum dibibirnya. Sepertinya Viera sudah mulai luluh karena Alex. Dia menutup wajahnya dengan bantal.
Ponsel Viera bergetar kembali. Dengan cepat dia meraih kembali ponselnya. Sebuah pesan dari nomor yang baru saja menghubunginya.
"Aku harap kita bisa memperbaiki hubungan kita kembali Vi." Pesan yang dikirimkan oleh Alex membuat viera sekarang tersipu malu.
Didalam hati kecil Viera memang masih menyimpan rasa benci pada Alex yang sempat pergi meninggalkannya. Tapi sekarang hanya mendengar ucapan dari Alex saja bisa membuat dirinya senyum-senyum sendiri.
"Gak! Aku gak boleh kelihatan seperti cewek gampangan. Yang bisa seenaknya diperlakukan Alex." Viera berdebat dengan pikirannya sendiri.
"Lo dapat nomor gue dari mana?" Viera membalas pesan Alex. Dia baru saja ingat, dia tidak pernah memberikan nomornya pada Alex.
"Dari teman kantor Vi." tidak sampai semenit Alex sudah membalas pesannya.
Viera hanya membaca pesannya dan tidak membalasnya lagi. Tidak mau dipikir gampangan, cara itulah yang dilakukan nya untuk menghadapi masa lalu yang membuat dirinya sakit hati.
Sebuah kotak yang disimpan oleh Viera didekat lemari menarik perhatiannya. Dikotak itulah semua masa lalunya tersimpan. Dia tidak pernah mau membuang barang-barang dari masa lalunya. Bukan karena berharap hanya saja dia belajar dewasa. Lebih baik menyimpan kenangan dari pada dibuang pikirnya. Kini kotak itu membuat dirinya ingin membongkarnya kembali.
Segera dia mengambil kotak berwarna hitam berbentuk kubus dengan ukuran sedang. Sudah lama dia tidak menyentuh kotak ini semenjak dia sibuk bekerja. Dengan pelan dia membuka kotak itu. Pertama kali yang mencuri perhatiannya adalah tumpukan tiket bioskop. Membuat dirinya kembali mengingat ke masa lalu. Dulu setiap malam minggu Alex selalu mengajaknya untuk nonton di bioskop. Mulai dari film horor sampai film drama pun ditontonnya. Viera melihat satu persatu judul film yang ada di tiket itu. "Magic hour" film yang saat itu mereka tonton yang membuat Alex sempat nangis di bahu Viera. Seketika tawanya pecah ketika mengingat kejadian itu. Selanjutnya dia mengambil boneka beruang berwarna pink dengan ukuran sedang. Boneka ini adalah pemberian dari Alex saat di time zone. Sudah hampir belasan kali Alex bermain capit boneka tidak ada satu pun yang berhasil didapatnya.
"Kalau dapet, boneka ini akan jadi saksi kalau aku sangat mencintai mu Viera." Begitu kalimat yang diucapkan Alex sebelum mencapit boneka itu untuk kesekian kalinya dan akhirnya berhasil. Ntah kebetulan atau tidak. Tapi saat itu aku melompat kegirangan seperti anak kecil yang baru saja mendapat boneka.
Aku mengambil boneka beruang itu dan memeluknya dengan erat. Banyak sekali kenangan bersama Alex yang sangat sulit untuk aku lupakan.