Ini bukan pertama kalinya Ansel terbaring pada ranjang rumah sakit. Hari ini hal itu terulang kembali. Pria itu seolah memiliki banyak cadangan nyawa di tubuhnya.
"Jadi kau yang berani menyebar kebohongan di video itu? Kau sudah banyak melupakan kebaikan Rawnie padamu." Bora menatap intens lelaki yang duduk lemas di sofa. Sama seperti Ansel dia juga mendapatkan luka pada tubuhnya. Hanya saja kondisinya tidak seburuk Ansel. Tidak perlu dirawat inap lelaki itu hanya membutuhkan beberapa perban untuk menutupi luka nya.
"Aku tahu aku salah." Mungkin dia tidak bisa mengatakannya lagi. Terlalu malu setelah melakukan kesalahan yang dibuatnya.
Memang benar penyesalan selalu datang belakangan.
"Harsya." Suara serak terdengar dari mulut Ansel menghentikan obrolan lelaki itu dengan Bora.
Harsya yang berada tidak jauh darinya segera menghampiri. "Kau sudah siuman. Sebentar aku akan mengambilkan minum untukmu."