Baru saja Gentar melangkah meninggalkan tempat persembunyiannya. Tiba-tiba saja, dari belakang gedung tua itu, muncul sebuah bayangan sesosok manusia tinggi besar, yang mengikuti dirinya dari belakang. Namun jaraknya tidak terlalu dekat dengan Gentar.
Sesosok bayangan tersebut, sepertinya merupakan orang yang mempunyai kepandaian ilmu silat tingkat tinggi dan merupakan seorang pendekar yang sudah tidak diragukan lagi kepandaian ilmu tenaga dalamnya. Semua terlihat jelas dari pergerakannya yang teramat cepat.
Sementara itu, tiga pendekar yang sedang diikuti oleh Gentar, tampak berlarian di kegelapan malam menuju ke arah timur. Mereka mempunyai kemampuan melihat di kegelapan malam, sehingga begitu mudahnya berlarian meskipun tempat tersebut gelap gulita.
Mereka bergerak cukup gesit, hingga dari jauh terlihat bagaikan tiga bayangan hitam yang terbang melesat dengan kecepatan luar biasa.
Beberapa saat kemudian, tiga pendekar itu sudah tiba di wilayah Jabrud. Demikian pula dengan Gentar yang mengikuti mereka dari belakang.
Tampak sebuah bangunan kuno berdiri kokoh di bawah bukit dekat dengan lembah Jabrud. Meskipun demikian, bangunan tersebut terlihat megah dan indah.
"Ada peristiwa apa di dalam bangunan tersebut?" tanya salah seorang di antara ketiga pendekar itu.
Ia merasa heran dan kebingungan. Begitu juga yang dirasakan oleh kedua kawannya. "Aku rasa, sudah terjadi sesuatu di dalam gedung itu," sahut kawannya berdiri sejajar sambil mengamati gerak-gerik bayangan-bayangan hitam di luar gedung itu.
Sementara Gentar dan juga seorang pria bertubuh besar tinggi yang mengikutinya sudah bersembunyi di belakang ketiga pendekar itu. Gentar pun belum menyadari kalau di belakangnya sudah ada orang yang mengikuti dirinya. Entahlah, siapa orang tersebut?
Suara benturan senjata menggema di sekitar lembah Jabrud diselingi oleh suara jeritan orang berulang-ulang. Sunyinya malam terasa semakin mencekam, suara jeritan-jeritan itu sangat terdengar jelas menyayat hati.
Tiga pendekar itu hanya diam terpaku, mereka belum melakukan tindakan apa pun. Salah seorang di antara mereka lantas berkata, "Bahaya! Sri Wulandari sudah ada yang menyerang, entah siapa mereka?"
Pendekar yang berambut panjang itu bersuara keras, "Kita semua para pendekar dari dunia persilatan, kita harus membantunya!"
Kemudian, ia pun mengajak kedua kawannya untuk melihat keadaan di gedung tersebut. Ketiga pendekar itu langsung melangkah dengan gerakan yang sangat cepat.
Namun, ketika mereka hendak mendekat ke arah gedung itu. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan, "Kalian para pendekar dari mana? Hentikan langkah kalian!" cegah seorang pendekar bertubuh besar menghadang laju ketiga pendekar itu.
Lantas salah seorang dari ketiga pendekar itu menyahut, "Kami para pendekar dari Ponti."
Seorang pendekar bertubuh besar melangkah dengan gagahnya. Lantas, ia berkata, "Di gedung ini sedang terjadi peristiwa besar. Aku harap kalian kembali dan jangan mendekat ke sini, aku tidak ingin kalian terlibat dalam persoalan ini!"
Ketiga pendekar itu terdiam sejenak, mereka tampak bingung dan saling berpandangan tanpa berkata apa-apa.
Gentar teramat kaget ketika mendengar Sri Wulandari sedang dirundung masalah besar. Seketika Gentar merasa cemas.
"Ini ada kaitannya dengan Sri Wulandari. Semoga dia baik-baik saja," desisnya.
Meskipun Gentar tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Sri Wulandari. Namun, dikarenakan ia pernah mempunyai urusan dengan Pendekar Iblis Merah itu, tentang masalah keris pusaka. Gentar merasa berkewajiban untuk membantunya.
"Aku harap peristiwa ini tidak ada kaitannya dengan keris pusaka itu," pikir Gentar sambil terus mengamati gerak-gerik para pendekar yang sedang terlibat perdebatan.
Akan tetapi, Gentar pun merasa heran. Kenapa para pendekar dari kelompok perguruan silat Iblis Merah berada di gedung tersebut?
Meskipun sudah tahu jika memasuki gedung itu dilarang, Gentar tetap bersikeras untuk mengetahui persoalan yang sedang terjadi. Ia pun segera mencari cara untuk menempuh jalan lain supaya tetap dapat masuk ke dalam gedung itu tanpa sepengetahuan para pendekar tersebut.
"Aku harus mengetahui persoalan yang sedang terjadi di dalam gedung itu," desis Gentar.
Kemudian, ia langsung mengeluarkan jurus Halimun Raga. Seketika itu, ia menghilang dan muncul di depan pintu belakang gedung tersebut.
Gentar mengurungkan niatnya untuk langsung masuk ke dalam. Karena, ia berpikir bahwa keputusannya akan menjadi suatu tindakan yang tentu membahayakan dirinya.
Gentar berjalan mengendap-endap, dari dalam gedung tersebut terdengar kegaduhan seperti ada dua belah pihak yang sedang bertikai. Di dalam gedung itu tampak seperti ada sebuah pertarungan sengit.
Gentar mulai mengeluarkan jurus penerawangan untuk mendeteksi kejadian yang sedang berlangsung di dalam ruangan gedung tua itu. Ternyata dugaannya memang benar, ada banyak pendekar dari berbagai sekte sedang melakukan pertarungan sengit.
"Apa yang memicu pertarungan ini, dan kenapa mereka bertarung di dalam gedung ini?" Gentar merasa heran dan bertanya-tanya sendiri.
Gentar pun melihat adanya Lian Mei yang terlibat dalam pertarungan itu. Meskipun demikian, ia tidak mau turut campur.
"Jika aku melibatkan diri dalam persoalan ini, aku khawatir ada kesalahpahaman dari para pendekar itu," desis Gentar mencoba untuk menahan diri.
Sementara itu, pendekar bertubuh besar yang sedari tadi mengikuti Gentar. Sudah berada di dalam gedung dan sudah terlibat dalam pertarungan dengan para pendekar lainnya.
Gentar terus mengamati gerak-gerik para pendekar yang berada di ruangan besar gedung tua itu. Sejatinya, ia sangat ingin membantu Sri Wulandari. Namun, hal tersebut tidak bisa ia lakukan, karena dirinya tidak mau terlibat di dalam persoalan orang lain.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada sebuah pergerakan cepat dari arah belakang Gentar, sehingga membuatnya kaget dan terperanjat. Tampak dua orang pendekar menerjang ke arah Gentar. Namun, dengan sigap Gentar mampu menghindari serangan itu.
Salah seorang dari kedua pendekar itu tertawa lepas, "Ha ... ha ... ha ...." Lalu berkata sambil bertulak pinggang, "Anak muda! Nyalimu memang sangat besar, kau sudah mendapatkan benda pusaka itu. Tapi kau tidak mau pergi dari tempat ini!"
Kemudian yang satunya lagi maju beberapa langkah dan berkata, "Kau masih bertahan menonton perkelahian mereka!"
Gentar mengerutkan keningnya, ia tidak paham dengan ucapan kedua pendekar itu. Dengan demikian, Gentar segera memperkokoh posisi berdirinya. Ia mulai waspada terhadap dua pendekar tersebut.
Gentar pun langsung melangkah menghampiri mereka. Terlihat jelas, mereka adalah dua pendekar yang tempo hari pernah bertarung dengannya di bukit Datar.
"Oh, jadi kalianlah yang membuat kegaduhan ini?" kata Gentar dengan suara gusar.
Pendekar berwajah penuh luka itu kemudian menyahut, "Ya, kamilah orangnya yang sudah membuat kegaduhan di gedung ini. Tapi, kau sendiri yang sudah mendapatkan keris pusaka itu," kata pendekar itu dengan nada tinggi. "Sebaiknya kau serahkan saja keris itu kepada kami! Kalau tidak, jangan harap kau akan keluar dari tempat ini dengan selamat!" sambungnya penuh ancaman.
Keduanya mulai bersiap hendak melakukan serangan terhadap Gentar yang ia anggap sudah mendapatkan keris pusaka yang sedang diperebutkan.
*