Dua pendekar buruk rupa itu adalah, Tugarejo dan Tandaka. Mereka mendapatkan kutukan dari guru mereka karena sudah membuat kecewa sang guru, ilmu kesaktian yang mereka dapatkan dari gurunya. Ternyata dipergunakan di jalan yang salah.
Kemudian sang guru pun murka dan langsung mengutuk kedua muridnya itu, sehingga wajah mereka menjadi buruk penuh luka. Namun, mereka bisa sembuh jika kelak di kemudian hari dapat menguasai keris pusaka milik Sri Wulandari, karena di dalam warangka ketus tersebut terdapat berbagai tulisan mantra untuk menguasai ilmu kanuragan dan ilmu pengobatan tradisional.
Tak hanya itu, keris pusaka tersebut memiliki banyak kandungan energi baik bagi sang pemiliknya. Ia akan menjelma menjadi seorang pendekar yang kuat dan tidak mudah untuk dikalahkan.
Dalam rimba persilatan, hanya ada satu jurus yang dapat mengimbangi kekuatan energi keris pusaka itu. Yakni, jurus Ashadu yang dimiliki oleh Gentar Almaliki.
"Ayolah! Jika kalian merasa punya nyali besar, hadapi kami!" tantang salah satu dari kedua pendekar berwajah rusak itu.
"Kalian saja yang maju!" Manusia serigala itu balas menantang. Tampangnya sangat mengesalkan dan membuat lawannya semakin emosi.
Sejatinya, manusia serigala itu hanya memancing saja, agar kedua pendekar buruk rupa itu maju menyerang. Dengan demikian, mereka dapat melakukan rencana yang sudah tersusun rapi.
Tandaka dan Tugurejo tampak amarah. Tanpa pikir panjang lagi, keduanya langsung melakukan serangkaian serangan terhadap kedua manusia serigala itu.
Namun naas menimpa Tugurejo dan Tandaka, dengan kecepatan luar biasa. Dua manusia serigala itu mampu menjatuhkan mereka dengan pukulan tenaga dalam yang sangat dahsyat.
Tubuh kedua pendekar buruk rupa itu jatuh bergelimpangan tak kuasa menahan derasnya pukulan tenaga dalam dari kedua manusia serigala tersebut.
Meskipun sudah berlatih hampir tiga puluh tahun lamanya, ternyata dalam menghadapi kedua manusia serigala. Mereka langsung dapat dijatuhkan dengan mudah.
Kedua manusia serigala tertawa gaduh merayakan kemenangan mereka, "Ha ... ha ... ha ...."
Meskipun demikian, Tugurejo langsung bangkit. Tanpa menunggu kawannya bangkit ia lantas mengebaskan lengan bajunya, Tugurejo langsung melakukan serangan terhadap dua manusia serigala.
Sementara Tandaka masih bersusah-payah untuk bangkit. Ia mengalami luka yang sangat parah, sehingga sudah tidak dapat lagi melanjutkan pertarungannya melawan dua manusia serigala itu.
"Sebaiknya kau jangan terlalu banyak bergerak, Pendekar!" teriak Gentar mengarah kepada Tandaka yang terluka parah. "Karena jika kau terlalu banyak bergerak, maka racun di tubuhmu akan menjalar ke otak," sambung Gentar memperingati pendekar tersebut.
"Iya, Pendekar muda. Terima kasih." Tandaka langsung duduk dan segera memusatkan pikiran untuk mengatur pernapasan dan juga mulai mengeluarkan jurus andalannya untuk segera mengeluarkan racun di dalam tubuhnya.
Tugurejo masih terus bertarung dengan kedua manusia serigala itu. Entah berapa puluh jurus sudah ia keluarkan dalam menghadapi kelinuhungan jurus yang dimiliki oleh kedua manusia serigala yang tangguh itu.
Ketika dua kekuatan saling beradu di atas udara, badan dua manusia serigala tampak goyah terkena sabetan pedang dari Tugurejo yang membabi buta. Tubuh mereka terhempas jatuh ke tanah.
Namun, mereka sedikit pun tidak mengalami luka, meskipun tubuh mereka jelas terlihat tersentuh oleh pedang yang sangat tajam milik Tugurejo.
Dengan demikian, Gentar dan juga Tandaka yang menyaksikan detik-detik pertarungan tersebut, tampak tercengang dan berdecak kagum akan kesaktian dua manusia serigala itu.
"Mereka benar-benar manusia setengah siluman, serangan-serangannya sulit dideteksi!" desis Gentar, ia hanya diam mengamati jalannya pertarungan tersebut.
Salah satu dari kedua manusia serigala itu menggeram hebat menggerakkan tangannya meluncur ke tengah udara. Dari telapak tangannya lantas keluar percikan api.
Namun, Tugurejo masih tetap melakukan perlawanan. Dengan kecepatan tinggi, ia segera menyambut datangnya serangan tersebut dengan mengeluarkan kekuatan hebat dari kedua tangannya.
"Kau tidak akan mampu mengatasi pergerakan tenaga dalam kami. Rasakan ini!" Dua manusia serigala memadukan kekuatan dan langsung mengeluarkan percikan api kecil berjumlah ribuan kembali menyerbu ke arah Tugurejo.
Tugurejo mendadak berubah wajahnya. Tetesan darah mulai keluar dari pori-pori kening dan wajahnya, tubuhnya tampak bergetar hebat.
Dorongan berkekuatan tinggi terus dilancarkan oleh dua manusia serigala itu. Hingga pada akhirnya, tubuh Tugurejo amblas ke dalam tanah dan hanya menyisakan bagian kepalanya saja yang masih terlihat.
"Secuil saja kemampuan yang kau miliki, mana bisa mengalahkan kami!" seru salah satu dari mereka dengan suara lantang.
"Bedebah kalian!" Tugurejo sudah tidak berdaya, namun dirinya tidak mau menyerah begitu saja.
Diam-diam, ia mulai merapalkan mantra jurus andalannya.
"Kau hadapi saja pendekar buruk rupa itu! Aku akan menghadapi pendekar muda dan akan segera merebut keris pusaka di tangannya!" bidik manusia serigala mengarah kepada kawannya.
Ia langsung menghentikan serangannya terhadap Tugurejo. Lantas ia berpaling ke arah Gentar yang dianggap masih dalam kondisi terluka.
Dengan demikian, manusia serigala itu langsung menyerang Gentar dengan kekuatan penuh. Akan tetapi, Gentar bukanlah pendekar sembarangan. Dengan kekuatan tenaga dalam yang ia miliki, Gentar sudah berhasil mengobati luka dalamnya.
Satu pukulan keras dari manusia serigala itu dapat ia mentahkan dengan mudah.
"Luar biasa sekali kemampuan yang mau miliki Anak muda?!" ujar manusia serigala sambil melotot tajam menatap wajah Gentar.
Lantas, ia pun kembali mengepak tangan dan langsung melangkah cepat menyerang Gentar dengan kekuatan penuh.
Karena dirinya sedang berada di tengah gempuran musuh, Gentar pun bertindak tidak gegabah. Ia paham lawannya tersebut bukanlah orang sembarangan, dia adalah manusia setengah siluman. Sudah barang tentu memiliki ilmu yang sangat tinggi.
Di saat manusia serigala itu menerjang ke arahnya, Gentar sudah bersiap menggerakkan tanaga dalam yang ia miliki untuk melancarkan serangan dan menyambut kedatangan pukulan dari manusia serigala itu.
Manusia serigala sudah mengadu kekuatan dengan Gentar. Akan tetapi, ketika kekuatan mereka bertemu, manusia serigala itu mengeluh, mendadak dadanya dirasakan sesak, ia lantas memekik dan melesat setinggi ke atas, kemudian jatuh lagi ke tanah dengan mulut menyemburkan darah segar.
Gentar menyerang dengan gerakan secepat kilat, dan telah menimbulkan luka dalam di tubuh musuhnya.
Tandaka hanya diam tak berdaya menyaksikan detik-detik pertarungan Gentar melawan salah satu manusia serigala yang sudah berhasil melumpuhkan mereka. Sementara Tugurejo sudah tewas di tangan manusia serigala yang satunya lagi.
Sejatinya, ia hendak turun tangan mencegah, ketika menyaksikan kejadian itu, lantas Tandaka yang sudah pulih, kembali melesat dan kembali berdiri kokoh.
"Aku harus memanfaatkan situasi ini, dua manusia serigala itu harus mati di tanganku,' desis Tandaka berambisi penuh.
Namun, hal tersebut urung dilakukannya. Karena pada saat ia kembali bangkit, manusia serigala yang sudah membunuh Tugurejo kembali melanjutkan serangan tersebut dan menggempur lagi pertahanan Tandaka.
Ketika pertarungan dari kedua belah pihak sedang berlangsung. Tiba-tiba saja, satu bayangan orang tampak meluncur memasuki arena pertarungan itu.
*