Gentar mengelak sambil membentak keras, "Bedebah kalian! Aku baru tiba di tempat ini, sejak kapan aku mengambil keris pusaka itu? Keris pusaka itu sudah aku serahkan kepada Sri Wulandari sebagai pemiliknya, mana mungkin aku kembali mengambilnya!"
"Hai, Anak muda! Sudah jelas kaulah yang mengambil kembali keris pusaka itu, masih saja kau mengelak!" kata pendekar yang satunya lagi.
"Aku tidak berminat memiliki keris pusaka itu. Kalau aku mau, dari dulu keris itu sudah menjadi milikku!" bentak Gentar.
Kemudian, dua pendekar berwajah buruk itu langsung menyerang Gentar dengan begitu ganasnya. Gentar hanya diam tidak menyingkir. Lantas ia langsung menyambut serangan tersebut dengan jurus Tepak Sirih, hingga terdengar suara benturan keras.
Tubuh Gentar sedikit goyah, ia pun mundur beberapa tombak ke belakang. Demikian pula dengan dua pendekar itu, mereka mundur dengan posisi kaki menahan kuat agar tidak roboh.
Pada saat itu kembali terdengar satu suara nyaring, pendekar yang wajahnya penuh luka. Tiba-tiba terbang, ternyata sambil melancarkan serangannya dari atas ke arah Gentar.
Dengan cepat, Gentar meloncat untuk menghindari serangan pendekar itu. Baru saja kakinya berpijak di tanah, datang kembali serbuan dari dua pendekar itu yang secara beruntun menggempur pertahanan Gentar.
Gentar membentak keras, "Jangan salahkan aku jika kalian celaka!" suaranya lantang penuh rasa emosi.
Kedua tangannya lantas didorong lurus ke depan. Keluarlah kekuatan tenaga dalam yang dahsyat, lantas menyambut serangan dari dua pendekar itu.
Kemudian, angin berhembus kencang, laksana sebuah angin puting beliung menggulung di udara. Gentar yang kekuatan tenaga dalamnya masih kalah setingkat dari musuhnya langsung mundur beberapa tombak tak kuasa menahan gempuran kekuatan musuh.
Tak terduga, ternyata Gentar sudah mengalami luka dalam yang sangat parah, akibat serangan tenaga dalam dari kedua lawannya itu. Meskipun demikian, kedua pendekar itu tidak memberi kesempatan bernapas lega bagi Gentar.
Mereka kembali melakukan serangkaian serangan terhadap Gentar. Serangan-serangan tersebut sangat mematikan dilakukan hingga beberapa kali.
Dua pendekar itu sangat ganas dalam melakukan serangan, pergerakan mereka teramat sulit dideteksi. Sehingga Gentar pun mulai terdesak dan hampir dibuat terjatuh.
Kedua pendekar itu telah menganggap Gentar mengambil kembali keris pusaka yang sudah ia serahkan kepada Sri Wulandari, maka tanpa menghiraukan aturan yang berlaku mereka lalu memburu Gentar dan berusaha untuk merebut kembali keris pusaka itu.
"Aku tidak pernah mengambil lagi keris itu. Percayalah, aku datang ke sini karena mengikuti langkah tiga pendekar Ponti yang berlaku mencurigakan!" terang Gentar sambil menahan sakit di dadanya.
Meskipun demikian, kedua pendekar itu masih belum mempercayai ucapan Gentar. Mereka terus menggempur pertahanan pendekar muda itu dengan target melenyapkannya dan mengambil keris pusaka yang menjadi bahan kegaduhan di malam itu.
Gentar tetap melayani pergerakan-pergerakan dari kedua pendekar yang berkekuatan seperti siluman. Ketika ia sedang berhadap-hadapan dengan dua pendekar sakti itu, tiba-tiba terdengar suara aneh seperti suara isyarat.
Kemudian muncullah dua orang yang wajahnya mirip dengan serigala memiliki taring dan bentuk mulutnya pun tampak memoncong tidak ada bedanya dengan wajah serigala.
"Manusia serigala?!" desis Gentar terus mengamati dua sosok itu.
Kedua manusia serigala itu tiba-tiba menerjang hingga Gentar yang tengah berhadap-hadapan dengan kedua lawannya menjadi buyar oleh terjangan dua manusia serigala yang tiba-tiba datang.
Kemudian, dua pendekar berwajah menyeramkan dan dua manusia serigala langsung mengepung Gentar di segala arah.
Lantas salah seorang dari manusia serigala itu berkata kepada dua pendekar berwajah buruk.
"Pendekar muda ini sudah kita kepung. Kini kami tawarkan kepada kalian, apakah kalian akan bekerja sama dengan kami atau mengambil jalan masing-masing dalam melumpuhkan anak muda ini?" tanya salah satu dari manusia serigala itu.
Dengan demikian, salah seorang dari pendekar berwajah buruk itu melangkah mendekati dua manusia serigala. Lantas, ia pun menjawab dengan sebuah pertanyaan, "Apa keuntungan kami jika bergabung dengan kalian? Dan apa kerugian kami jika menempuh jalan sendiri?"
Dengan tegas manusia serigala itu menjawab, "Jika kita bekerja sama. Maka, kita harus mempelajari bersama jurus-jurus yang terkandung di dalam warangka keris pusaka itu. Tapi jika kalian menempuh jalan sendiri, maka kita harus bertarung!"
Lantas dua pendekar berwajah buruk itu tertawa dingin mendengar ucapan manusia serigala itu, "Ha ... ha ... ha ...."
"Kalian memang pintar. Bisa memanfaatkan situasi dan ingin meraih keuntungan," ucap pendekar itu sambil bertulak pinggang.
Melihat perdebatan kedua belah pihak, Gentar hanya diam tersenyum. Ia memanfaatkan situasi tersebut dengan mengeluarkan ilmu tenaga dalamnya untuk mengobati luka di dalam dadanya akibat pukulan dari dua pendekar berwajah buruk itu.
Dua manusia serigala itu tampak geram terhadap sikap pendekar berwajah buruk yang berdiri angkuh di hadapannya. "Lantas mau kalian apa?"
"Kita bersaing! Karena kami tidak mau dimanfaatkan oleh kalian yang seenaknya mengambil keuntungan. Para pendekar lain berusaha susah payah untuk mendapatkan keris pusaka itu, tiba-tiba saja kalian datang meminta bagian dengan kepandaian dan kelicikan kalian!" jawab pendekar berwajah buruk itu, tidak merasa takut dengan manusia serigala yang ada di hadapannya.
Dua manusia serigala itu tertawa lepas, kemudian berkata, "Baiklah jika itu yang kalian inginkan, kita lihat siapa yang paling kuat di antara kita!"
Pendekar itu pun lantas berkata dengan suara gusar, "Tidak ada gunanya kau terus berbicara! Kalian ingin menangkap kancil di hutan, baiknya kalian berkaca terlebih dahulu! Sudah sampai di mana kemampuan kalian!"
Setelah berkata demikian, pendekar itu langsung melancarkan serangannya terhadap Gentar yang tengah mengatur pernapasannya. Namun, sungguh tidak terduga. Dua manusia serigala itu justru menghadang laju serangan kedua pendekar buruk rupa itu.
Mereka berdiri di hadapan Gentar sambil tertawa dengan suara menyeramkan, "Ha ... ha ... ha ...."
"Kami paham dan sudah mengetahui akan kesaktian kalian. Namun, kami berdua belum pernah menjajal kemampuan kami untuk bertarung dengan kalian. Mungkin, malam ini adalah waktu yang tepat untuk kita beradu kekuatan!" ucap salah seorang dari dua manusia serigala berdiri angkuh membelakangi Gentar, menghadang pergerakan dua pendekar buruk rupa itu.
Kedua pendekar itu tampak geram dengan sikap manusia serigala yang sudah melakukan penghadangan terhadap serangan yang hendak mereka lancarkan kepada Gentar.
Sepasang tangan kekar berotot tampak mengulur keluar dari lengan bajunya, kemudian disodorkan ke depan. Tangan-tangan kedua pendekar berwajah buruk itu tampak dipenuhi oleh luka bernanah dan berdarah.
Dari tangan-tangan mereka kemudian keluar hembusan angin kencang disertai bau amis meluncur deras menyerang ke arah dua manusia serigala.
Jurus tersebut adalah jurus andalan yang baru dikeluarkan oleh dua pendekar itu. Dua pendekar itu sudah malang melintang dalam rimba persilatan selama puluhan tahun, memiliki ilmu silat yang mumpuni.
*