"Hari ini kita akan memiliki manajer keuangan baru lho,"
"Dan dengar-dengar sih katanya manajer keuangan kita yang baru ini masih muda dan tampan,"
"Jelyn, lo gak senang gitu ntar kita kedatangan warna baru di divisi kita?" Ucap Lia pada Jelyn yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Biasa aja Lia. Ya gue cuma berdoa aja sih semoga manajer keuangan yang baru kali ini tidak semenyebalkan manajer keuangan kita yang lama apa lagi sampai kayak si boss. Amit-amit." ucap Jelyn menepuk keningnya beberapa kali.
Lia dan beberapa teman yang lainnya tertawa.
"Oh jadi dari tadi lo tuh diam aja karena nervous nih?" Ucap Lia.
"Ihh berisik Li. Udah lah gue mau lanjut kerja. Lebih baik kalian semua kerja deh. Ntar kalau sampai ketahuan si boss kalian lagi pada ngerumpi, hati-hati aja kalian." ucap Jelyn.
"Iya iya anak baik." ucap Lia.
Mereka lalu kembali melanjutkan pekerjaan mereka.
Ketika baru saja memulai pekerjaan mereka, Sindy, sekretaris boss tiba-tiba saja datang ke kubikel mereka.
"Guys, disuruh kumpul di ruang boss sekarang. Beliau ingin memperkenalkan seseorang kepada kita semua." ucap Sindy.
Mereka pun mengangguk. Sindy lalu pergi dari sana.
"Ayo lyn kita ke ruangan boss. Pasti si boss mau memperkenalkan manajer keuangan yang baru sama kita." Ucap Lia.
Jelyn pun mengangguk.
"Iya ayo." ucap Jelyn.
Mereka lalu bergegas ke ruangan boss.
.....
Ruang boss....
"Saya meminta kalian berkumpul di sini karena saya ingin memperkenalkan manajer keuangan yang baru kepada kalian." ucap Calvin.
Beberapa pegawai tampak antusias dengan kabar tersebut. Mereka sangat berharap bisa memiliki manajer keuangan yang lebih baik dari pada yang sebelumnya.
"Sekali lagi saya peringatkan kepada kalian bahwa tidak ada yang boleh saling jatuh cinta di kantor ini apa lagi jika sampai berpacaran." ucap Calvin.
Calvin lalu melirik satu-persatu wajah pegawainya yang kini sedang berkumpul di sana.
"Jika sampai kedapatan, maka saya akan langsung memecat sepasang kekasih itu! Kalau kalian mau cari jodoh, jangan di kantor ini! Kantor ini tempat untuk bekerja bukan cari jodoh atau tempat untuk kalian saling menaruh rasa pada lawan jenis! Mengerti?!" Ucap Calvin dengan tegas.
Mereka pun mengangguk.
"Iya baik boss. Mengerti." ucap mereka.
"Bagus. Arzam, perkenalkan dirimu." ucap Calvin, boss di perusahaan tersebut.
Arzam lalu melangkahkan kakinya sedikit maju dari posisinya dan tersenyum ramah pada mereka.
'Arzam? Bukankah itu Arzam kakak kelas aku waktu zaman SMA ya? Aku gak mungkin salah lihat dong.' ucap Jelyn di dalam hatinya.
"Hai semuanya. Perkenalkan nama saya Arzam, senang bisa bekerja sama dengan kalian semua. Saya harap kalian bisa membantu saya ya dalam bekerja nanti jika saya kurang memahami beberapa hal terkait pekerjaan saya di sini. Karena as you all know that saya adalah manajer keuangan yang baru di sini dan masih perlu banyak belajar." ucap Arzam.
Beberapa dari mereka terlihat berbisik dan memberikan opini tentang Arzam di pertemuan pertama tersebut.
"Kelihatannya MK kita yang ini lebih baik dari yang sebelumnya."
"Iya gue juga berpikir gitu."
Dan opini lainnya.
Banyak dari mereka yang beropini bahwa Arzam adalah sosok manajer keuangan yang baik dan berwibawa.
Mereka pun mengangguk.
"Baik pak.." ucap mereka.
Arzam pun tersenyum. Mata Arzam lalu tertuju pada Jelyn yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Jelyn menggigit bibir bawahnya.
'Ya Allah kenapa aku harus dipertemukan lagi dengannya sih?' ucap Jelyn di dalam hatinya.
Arzam kembali menatap Jelyn dan berpikir sejenak untuk mengingat siapa perempuan yang ada di depannya itu.
"Jelyn??" tanya Arzam dengan senyumnya pada Jelyn.
Jelyn tersadar dari lamunannya dan tersenyum singkat pada Arzam.
Jelyn lalu mengangguk dan menunduk malu. Beberapa pasang mata kini tertuju ke arah Jelyn menatap Jelyn penuh tanya.
"Ekhem." dehem Calvin yang memecahkan keheningan sesaat itu.
"Sekali lagi saya tegaskan pada kalian untuk tidak boleh jatuh cinta dengan teman sekantor kalian. Bubar!" ucap Calvin dengan tegas.
Mereka lalu beranjak dari sana.
.....
Calvin lalu mengambil posisi duduk di kursi kerjanya dan mengusap wajahnya.
Calvin memijit pelipisnya.
"Tidak ada yang boleh jatuh cinta apa lagi sampai berpacaran di perusahaan ini. Aku tidak mau masa lalu buruk itu kembali terulang." gumam Calvin.
...
Di luar ruangan, Arzam menghampiri Jelyn di meja kerjanya.
"Jel, nanti siang kita makan siang bareng ya." ucap Arzam.
Jelyn pun mengangguk.
"Hmm tapi kak aku gak enak sama yang lain." ucap Jelyn.
"Gak apa-apa kok Jel. Tenang aja." ucap Arzam meyakinkan Jelyn.
Jelyn lalu mengangguk dengan sedikit ragu.
Arzam pun tersenyum saat Jelyn mengangguk sebagai pertanda setuju atas ajakannya untuk lunch bersama.
"Ya udah kalau gitu aku ke ruangan aku dulu ya. Sampai nanti dan semangat kerjanya, Jel." ucap Arzam.
Jelyn pun tersenyum.
"I-iya kak." ucap Jelyn.
Arzam lalu pergi dari sana meninggalkan Jelyn dengan rasa gugupnya.
"Cieee yang disemangatin sama manajer keuangan yang baru. Hmm, asal jangan sampai ketahuan si boss aja." ucap Lia mengejek Jelyn.
Jelyn hanya tersenyum simpul.
....
Arzam lalu memasuki ruangannya. Ia mengambil posisi duduk di kursi kerjanya. Ia lalu menopang dagunya dengan tangannya dan tersenyum.
"Finally gue bisa bertemu dengan Jelyn lagi. Semoga aja Jelyn mau menerima gue kembali untuk menjadi kekasihnya. Jujur, sekarang Jelyn jauh lebih cantik dari Jelyn yang dulu. Aku benar-benar bodoh karena dulu telah melepas Jelyn demi Naura. Dan itu semua karena mama yang memaksa aku." gumam Arzam.
Arzam menarik tangannya dari dagunya. Ia lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya dengan posisi tangannya yang melipat dada.
"Tapi sekarang aku akan kembali mendapatkan Jelyn. Aku sangat yakin bahwa Jelyn pasti mau menerima aku kembali jika dia mau mendengarkan penjelasan aku," gumam Arzam.
....
Lia menoleh ke layar monitor Jelyn.
"Jel, coba deh lihat laporan gue. Ini kayaknya ada yang gak beres deh Jel. Bantuin gue dong Jel," ucap Lia.
"Sebentar ya Li gue selesaikan punya gue sedikit lagi. Nanti gue lihat punya lo," ucap Jelyn tanpa menoleh ke arah Lia.
Lia pun mengangguk. Ia lalu menunggu Jelyn menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama, Jelyn akhirnya telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Mana Li? Coba gue lihat," ucap Jelyn.
"Ini Jel," ucap Lia menunjukkan pekerjaannya.
"Sebentar ya," ucap Jelyn lalu mulai memeriksa pekerjaan Lia.
.....
Jam makan siang kini telah tiba.
Arzam menghampiri kubikel kerja Jelyn untuk mengajaknya makan siang bersama dirinya.
"Hai Jel, udah siap untuk makan siang bareng aku?" Ucap Arzam.
Jelyn masih memeriksa pekerjaan Lia. Saat mengetahui Arzam datang dan mengajaknya untuk makan siang, Jelyn pun menghentikan kegiatannya.
Jelyn lalu menoleh ke arah Arzam.
"Ah iya pak. Sebentar saya siap-siap ya pak," ucap Jelyn.
Arzam pun mengangguk.
"Oke Jel," ucap Arzam.
"Hmm Li, nanti gue cek lagi ya. Kita break dulu," ucap Jelyn.
Lia pun mengangguk.
"Iya Jel santai aja. Udah sana," ucap Lia.
Jelyn tersenyum kaku.
"Hmm ayo pak," ucap Jelyn.
Arzam pun tersenyum.
"Ayo. Saya ada recommend tempat makan favorit saya. Tapi kita ke sana dengan mobil sayatan karena kalau jalan kaki, akan sangat melelahkan tentunya." Ucap Arzam.
Jelyn tersenyum lalu mengangguk.
"Terserah bapak saja. Saya ikut saja pak." ucap Jelyn.
"Baiklah. Ayo kita berangkat sekarang." ucap Arzam.
Mereka lalu melangkahkan kaki mereka ke luar dari kantor tersebut.
Arzam kemudian membukakan pintu mobil untuk Jelyn dan mempersilahkan Jelyn untuk masuk.
"Silahkan masuk, Jel." ucap Arzam dengan senyum yang tak kunjung luntur.
"Terima kasih, pak. Tapi seharusnya bapak tidak perlu memperlakukan saya seperti ini. Saya merasa tidak enak, pak." ucap Jelyn.
"Kamu adalah bawahan saya ketika di kantor saja, tetapi jika di luar kantor, kita adalah teman. Okay?" Ucap Arzam.
Jelyn pun tersenyum lalu mengangguk.
"Hmm iya pak terserah bapak saja." ucap Jelyn.
Jelyn lalu memasuki mobil dan Arzam pun segera menyusul untuk masuk ke jok pengemudi.
Arzam lalu melajukan mobilnya meninggalkan halaman kantor.
.....
Calvin menghampiri kubikel Jelyn, namun dirinya tidak menemukan Jelyn di sana. Ia lalu beralih ke Lia.
"Lia, di mana Jelyn?" Tanya Calvin pada Lia yang sedang menikmati bekal makan siangnya.
"Tadi pergi boss dengan pak Arzam." ucap Lia.
Calvin mengernyitkan keningnya bingung.
"Pergi dengan Arzam?" Tanya Calvin mengulang kembali pernyataan Lia.
Lia pun mengangguk.
"Iya pak. Mereka pergi ke luar untuk makan siang." Ucap Lia.
"Shit!" Umpat Calvin lalu beranjak dari sana.
Calvin memasuki ruangannya dengan suasana hati yang kurang baik.
Calvin duduk di kursi kerjanya. Ia lalu mengusap wajahnya dengan sangat frustasi.
"Argh!! Kenapa sih Arzam tidak bisa diperingati?! Gue udah bilang untuk tidak menjalin hubungan dengan lawan jenis di kantor ini! Tapi apa yang dia lakukan?! Brengsek!" Gerutu Calvin.
"Gue akan cari tahu, ada hubungan apa antara Jelyn dengan Arzam sehingga mereka bisa pergi makan siang seperti ini? Karena setahu gue, Jelyn sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan lawan jenisnya di kantor ini jika bukan karena hal pekerjaan. Lalu Arzam? Bisa-bisanya mereka pergi makan siang berdua!" Gumam Calvin.
.....
Arzam turun dari mobilnya. Ia lalu membukakan pintu mobil untuk Jelyn.
Jelyn pun turun dari mobil Arzam. Ia menatap cafe di depannya.
"Ini cafe yang aku maksud. Selama beberapa hari aku berada di sini, cafe ini adalah cafe terbaik yang pernah aku singgahi." ucap Arzam.
"Cafe Kenangan?" Ucap Jelyn menatap nama cafe tersebut yang tertera dengan jelas di sana.
Arzam pun mengangguk.
"Ada sejuta kenangan di masa lalu aku yang terjadi di cafe ini. Dan aku kembali datang ke cafe ini beberapa hari lalu di saat aku baru saja pulang dari Jerman." Ucap Arzam.
...
07-09-2021