Jelyn lalu menoleh pada Arzam. Jelyn menatap Arzam dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.
Bertepatan dengan itu, Arzam menoleh pada Jelyn.
"Kita masuk sekarang yuk." ucap Arzam.
Jelyn pun tersenyum. Ia lalu mengangguk dan memasuki cafe tersebut bersama dengan Arzam.
....
Calvin kini sedang menikmati makan siangnya di dalam ruang kerjanya.
Ketika sedang santai menikmati makan siangnya, seseorang tiba-tiba memasuki ruangannya tanpa permisi terlebih dahulu.
"Selamat siang, sayang." ucap seorang perempuan dengan pakaian ketatnya yang mampu mencetak bentuk tubuhnya yang langsing.
Perempuan itu lalu melangkahkan kakinya dengan senyum yang terus mengembang menghampiri Calvin.
"Lho? Kamu sudah makan siang? Padahal aku baru aja bawain makan siang untuk kamu lho," ucap perempuan itu.
"Lo tuh ngapain sih ke kantor gue? Lo tahu? Kedatangan lo ke sini tuh membuat gue mual!" ucap Calvin.
Perempuan itu memasang senyum fake.
"Aku minta maaf ya kalau aku menganggu kamu. Tapi maksud aku ke sini baik Vin. Aku sengaja bawain kamu makan siang karena aku takutnya kamu lupa makan karena sibuk," Ucap perempuan itu.
"Udah lah lebih baik lo pulang aja. Males gue lihat muka lo!" ucap Calvin.
Raut wajah perempuan tersebut terlihat lesu.
"Aku sebentar aja kok di sini Vin. Kamu makan masakan aku ya. Nanti setelah itu aku janji deh kalau aku akan ke langsung pergi. Aku mohon sama kamu mau ya," ucapnya membujuk Calvin.
Calvin terlihat semakin emosi.
"Lo bisa dengar gue gak?! Kalau lo gak mau mengikuti perintah gue, maka jangan salahkan gue kalau nanti lo akan menyesal!" Ucap Calvin.
Perempuan tersebut menghela nafasnya. Matanya tiba-tiba terasa panas.
"Kenapa Vin? Kenapa kamu bersikap seperti ini? Apa salah aku sih Vin? Kenapa kamu tidak pernah bisa menerima aku dalam hidup kamu?" tanya perempuan itu.
"Karena gue gak pernah cinta sama lo! Dasar perempuan manja! Bitch!" Seru Calvin.
Perempuan itu tiba-tiba saja menangis.
"Hiks. Kamu jahat banget sama aku, Calvin. Selama ini padahal aku tulus mencintai kamu tapi kamu bersikap seperti ini sama aku,"
"Diam ya lo! Gak usah kebanyakan drama deh lo. Lebih baik lo keluar dari ruangan gue sekarang atau gue sendiri yang akan menyeret lo ke luar dari sini?!" Ucap Calvin dengan tegas memberi pilihan.
Perempuan itu lalu berlari ke luar dari ruangan Calvin dengan tangisnya.
"Dasar pengganggu!" Gerutu Calvin.
Calvin lalu menyingkirkan makanannya dari hadapannya.
"Gue udah gak nafsu makan karena dia. Shit!" Umpat Calvin lalu mengusap wajahnya kasar.
.....
Arzam dan Jelyn sedang menikmati makan siang mereka berdua di Cafe Kenangan saat ini.
"Gimana makanan di cafe ini, Jel?" tanya Arzam di sela-sela makan makan Jelyn.
"Saya sebenarnya udah pernah beberapa kali makan di sini sih pak. Tapi itu sudah lama banget. Waktu zaman SMA dan setelahnya saya sudah tidak pernah makan lagi di sini karena terakhir saya makan di sini, saya melihat sesuatu yang membuat hati saya terluka. Dan itu menjadi kenangan terpahit saya di cafe ini," Ucap Jelyn.
Deg!!
Arzam langsung menghentikan makannya. Ia meletakkan sendok dan garpunya perlahan di atas piring makanannya. Ia lalu menatap Jelyn dengan mata yang berkaca-kaca.
Merasa diamati, Jelyn lalu menghentikan makannya dan meletakkan sendok dan garpunya di atas meja.
Jelyn mengernyit menatap Arzam yang tengah menatapnya dengan serius.
"Ada apa pak? Apa ada dari ucapan saya yang salah?" tanya Jelyn.
Arzam lalu mengambil satu tangan Jelyn yang berada di atas meja. Ia lalu menggenggamnya.
"Maafkan saya untuk kesalahan di masa lalu itu," ucap Arzam.
Jelyn tersenyum getir.
"Apa kakak masih mengingatnya?" tanya Jelyn dengan bibir yang sedikit gemetar.
"Aku masih mengingatnya bahkan aku masih mengingatnya dengan sangat jelas. Dan aku minta maaf untuk semua itu. Maafin aku Jelyn," ucap Arzam.
Jelyn tersenyum sekilas. Ia lalu mengangguk.
"Aku sadar diri untuk diriku di masa lalu. Kakak gak salah karena telah melakukan hal itu. Aku mengerti karena Naura memang jauh lebih baik dari aku. Naura jauh lebih segala-galanya dari pada aku yang gak ada apa-apanya. Bahkan sampai detik ini pun, aku masih bukan siapa-siapa. Aku hanyalah seorang Jelyn yang hidup dengan segala kesederhanaan," ucap Jelyn.
Arzam menggeleng.
"Tidak Jel. Tidak ada yang lebih baik dari pada kamu. Sesempurna apapun manusia, dia akan tetap memiliki kekurangan. Karena Yang Maha Sempurna hanyalah Tuhan. Dan aku melihat diri kamu yang sekarang sangat jauh lebih baik dari yang sebelumnya," ucap Arzam dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jika saat itu memang aku yang terbaik, sudah pasti kakak lebih memilih aku, bukan Naura. Heheh," ucap Jelyn dengan fake smile.
"Aku minta maaf atas kebodohan itu, Jel. Maaf, Jel karena aku telah melukai kamu pada saat itu. Aku menjalin hubungan dengan Naura di saat aku sedang dekat saat kamu hanya karena Naura selalu baik pada aku dan keluarga aku. Mama juga sangat menyukai dia. Hingga akhirnya hubungan kita sedikit renggang," ucap Arzam.
Jelyn tersenyum getir.
"Aku sadar kok kak bahwa aku dan Naura sangat jauh berbeda. Jadi memang sudah sepantasnya jika saat itu kakak lebih memilih Naura. Naura kan cantik. Dia juga anak orang kaya. Sedangkan aku? Aku ini siapa? Bahkan sampai saat ini pun aku masih bukan siapa-siapa. Heheh," ucap Jelyn.
"Kamu cantik. Kamu cantik sekali seperti hati kamu yang juga cantik. Hanya saja aku terlalu takut untuk mengatakannya pada saat itu hanya karena popularitas dan posisi aku pada saat itu di sekolah," Ucap Arzam.
"Aku paham kok kak. Udah ya kak. Lebih baik kita lupakan aja semua yang udah pernah terjadi di masa lalu kita. Sekarang kita harus melihat ke depan karena di depan, ada masa depan yang indah yang sedang menanti kita. Just let it go," Ucap Jelyn.
"Kamu selalu baik, Jel. Kamu tetap menjadi Jelyn yang aku kenal meski waktu telah berubah," ucap Arzam.
Jelyn hanya tersenyum menanggapi.
.....
Jam makan siang telah selesai dan semua karyawan telah kembali melanjutkan pekerjaan mereka di kantor.
Jelyn dan Arzam baru saja tiba di kantor dan kini sedang berjalan menuju ke kubikel Jelyn.
"Terima kasih untuk makan siang hari ini ya kak," ucap Jelyn dengan senyumnya.
Arzam pun mengangguk.
"Sama-sama Jel. Sepulang ngantor nanti, kita bareng ya. Aku akan mengantar kamu pulang," ucap Arzam.
"Maaf kak. Aku gak bisa janji. Aku khawatir jika sampai ada gosip yang tidak benar nantinya tentang aku dan kakak. Aku duluan. Permisi kak," ucap Jelyn lalu mempercepat langkah kakinya meninggalkan Arzam.
Arzam menghela nafasnya kasar.
'Maafkan aku Jelyn. Aku benar-benar bodoh saat itu.' ucap Arzam di dalam hatinya.
Arzam lalu melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya.
Saat dirinya baru saja akan membuka pintu ruangannya, seorang pegawai menghampirinya.
"Maaf pak Arzam. Pak Calvin meminta anda untuk menemui dirinya di ruangannya sekarang juga."
Arzam menghela nafasnya kasar.
'Dia pasti ingin menginterogasi gue.' ucap Arzam di dalam hatinya.
Arzam pun mengangguk.
"Saya permisi pak." Pegawai tersebut lalu beranjak dari sana dan meninggalkan Arzam.
....