Lia dan Jelyn pun tiba di rumah kontrakan mereka. Jelyn segera membuka pintu rumah tersebut.
"Gue duluan mandi ya Lia. Gue belum sholat ashar soalnya. Lo masih gak sholat kan?" tanya Jelyn.
Lia pun mengangguk.
"Iya masih kok Jel. Belum kelar gue," ucap Lia.
"Ya udah kalau gitu gue duluan," ucap Jelyn dengan segera masuk ke dalam rumah dan membersihkan dirinya.
...
Saat Calvin sedang sibuk membaca beberapa email yang masuk di handphone miliknya terkait hal bisnis, sebuah pesan masuk dan mengganggu kesibukannya.
Tring!
Calvin sedikit menggerutu. Ia lalu ke luar dari aplikasi email tersebut dan memeriksa pesan yang masuk.
[Aku mau malam ini kita dinner. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu. Kalau enggak, aku akan katakan ke orang tua kamu bahwa kamu sudah membuat aku sedih!] - Bitch.
Sebuah nama kontak bertulis kata 'Bitch' tersebut adalah si pengirim pesan.
Satu tangan Calvin terkepal dengan sangat kuat menahan amarah.
"Shit! Perempuan sialan ini selalu saja membuat masalah!" umpat Calvin.
Calvin memilih untuk mengabaikan pesan tersebut dan mematikan ponselnya.
"Aku tidak peduli dengan ancamannya!" gerutu Calvin lalu meletakkan ponselnya di atas nakas.
Ia lalu memilih untuk beranjak dari posisinya dan ke luar dari kamarnya meninggalkan ponselnya yang dalam keadaan mati tersebut.
....
Clara berdecak kesal saat Calvin tak kunjung membalas pesan darinya setelah lebih dari dua jam yang lalu ia mengirimkan pesan tersebut kepada Calvin.
"Calvin benar-benar keterlaluan. Dia benar-benar tidak peduli sama aku. Argh Shit! Apa yang harus aku lakukan?" umpat Clara.
Clara kemudian menggigit bibir bawahnya dann berpikir.
......
Jelyn dan Lia kini sedang berada di ruang televisi yang terhubung dengan ruang tamu. Mereka sedang ngemil seraya menonton televisi.
Mereka biasanya bersantai di sana setelah isya.
"Eh by the way tadi lo belum jadi cerita lho Jel ke gue tentang kenapa lo bisa datang ke Cafe Kenangan itu lagi. Cerita dong Jel. Gue kepo nih," ucap Lia.
Jelyn pun berhenti mengunyah makanannya lalu meraih minumannya dan meminumnya.
Ia terdiam selama beberapa saat dengan tatapan kosong.
"Jel?" panggil Lia saat Jelyn belum juga bersuara.
Jelyn menarik nafasnya lalu menghelanya.
"Dia adalah orang yang pernah gue ceritakan ke lo pada saat itu," ucap Jelyn.
Lia mengernyitkan keningnya sebab dirinya masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Jelyn.
"Gimana Jel? Sorry gue masih gak ngerti," ucap Lia.
"Arzam adalah orang yang meninggalkan gue pada saat itu demi perempuan yang jauh banget lebih sempurna dari gue. Arzam adalah orang di masa lalu gue yang membuat gue pertama kali merasakan cinta dan sakit hati." ucap Jelyn tanpa menatap Lia.
Deg!
Lia terdiam sejenak mengamati wajah Jelyn yang menyiratkan kepiluan.
Lia lalu menghela nafasnya dan memeluk sahabatnya.
"Maafin gue ya Jel kalau gue udah membuat lo sedih dengan menceritakan hal ini," ucap Lia merasa bersalah.
Jelyn lalu melerai pelukan tersebut dan tersenyum singkat.
"Lo gak salah kok Li. Gak apa-apa. Gue udah baik-baik aja kok sekarang. Lagi pula semua itu kan sudah menjadi masa lalu," ucap Jelyn.
"Gue yakin bahwa lo pastinya udah move on dari Arzam kan Jel? Lo itu perempuan kuat Jel. Lo pasti bisa melewati semua ini. Gue percaya sama lo," ucap Lia.
Jelyn pun mengangguk.
"Iya Lia. Gue udah move on kok. Lo gak perlu khawatir ya. Di hati gue sama sekali udah gak ada rasa apa-apa ke dia. Jadi lo gak perlu khawatir," ucap Jelyn.
Lia pun mengangguk.
"Gue cuma gak mau lo jatuh di tempat yang sama untuk kesekian kalinya, Jel. Gue gak mau lo kembali terluka karena orang yang sama. Dan hal itu, khawatirnya akan membuat lo trauma dengan semua hal yang berbau cinta. Gue gak mau kalau hal itu sampai terjadi sama lo," ucap Lia.
Jelyn pun mengangguk dan tersenyum.
"Gue gak akan jatuh cinta pada hati yang sama. Hati yang pernah dengan sangat melukai gue. Itu gak mungkin Li. Dan untuk saat ini, gue akan fokus bekerja untuk bisa membahagiakan orang tua gue. Gue harus bisa mengangkat derajat keluarga gue dari kemiskinan yang kami alami saat ini," ucap Jelyn.
Lia kembali memeluk Jelyn.
"Gue akan selalu berdoa dan mendukung apa pun yang terbaik untuk lo Jel. Gue percaya bahwa suatu hari nanti lo pasti bisa mewujudkan semua mimpi lo. Pasti Jel," ucap Lia.
"Makasih ya Lia karena kamu sudah menjadi sahabat yang baik banget sama aku. Makasih karena selama ini kamu sudah banyak sekali membantu aku. Sekali lagi makasih banyak Lia. Aku gak akan pernah lupain kamu," ucap Jelyn.
"Sama-sama Jel. Lo adalah sahabat terbaik yang pernah gue miliki. Dan gue gak akan pernah sia-siain sahabat sebaik lo. We are best friend forever. Promise!" ucap Lia seraya melerai pelukan tersebut dan mengangkat kelingkingnya.
Jelyn tersenyum. Ia lalu menautkan kelingkingnya pada kelingking Lia. Dan sama-sama mereka pun berucap,
"Promise!"
.....
Arzam memasuki rumah. Ia lalu pergi ke ruang tengah untuk menemui mama dan papa.
"Ma, pa." ucap Arzam lalu duduk bersama mereka di sofa.
"Kenapa zam? Bagaimana hari pertama kamu bekerja di perusahaan Calvin? Menyenangkan?" tanya Mama.
Arzam menggeleng dengan lesu.
"So bad ma," ucap Arzam.
Mama dan papa mengernyitkan kening mereka.
"So bad? So bad bagaimana zam?" tanya mama.
"Calvin bersikap sesuka hatinya ke aku. Bahkan dia memperlakukan aku dengan sangat tidak baik. Aku sadar kok ma pa bahwa aku ini hanya anak angkat. Tapi gak seharusnya dia memperlakukan aku seperti itu. Kalau dia memang tidak suka dengan kehadiran aku di sana, aku bisa ke luar dan mencari pekerjaan di tempat lain kok. Tapi jangan pecat aku di hari pertama aku kerja tanpa kesalahan yang jelas," ucap Arzam berpura-pura sedih.
'Kena lo Vin. Pasti sebentar lagi mereka akan menemui lo lalu marah sama lo. Lihat saja siapa yang akan menang.' ucap Arzam di dalam hatinya.
Mama dan papa saling memandang dengan bingung. Jujur, mereka sedikit tidak percaya dengan hal tersebut.
"Serius zam kalau Calvin melakukan hal itu ke kamu?" tanya mama.
Arzam pun mengangguk.
"Iya ma. Tapi ya udah gak apa-apa kok ma. Besok aku gak akan bekerja di perusahaan Calvin lagi. Aku akan mencari kerja di tempat lain. Mungkin ini memang sudah nasib aku sebagai anak angkat di rumah ini," ucap Arzam.
"Kenapa Calvin bersikap seperti itu ya? Ya Allah. Padahal biasanya Calvin tidak seperti itu lho. Calvin memang keras tapi sebenarnya dia itu baik kok," ucap mama.
"Gak apa-apa kok ma kalau kalian enggak percaya sama aku. Aku semakin mengerti bahwa posisi aku di sini tetaplah sama. Aku hanya orang asing yang beruntung karena bisa hidup di keluarga ini. Bahkan Calvin tidak pernah menganggap aku sebagai abangnya walau hanya abang angkat," ucap Arzam dengan sandiwaranya.
"Calvin benar-benar kerterlaluan. Sejak memasuki usia remaja, Calvin benar-benar berubah pada Arzam. Sepertinya kita perlu mendidik dia kembali ma. Dia perlu diberitahu," ucap papa.
Mama pun mengangguk.
"Iya pa. Ya sudah kalau begitu sekarang kita langsung saja menemui Calvin di kamarnya," ucap mama.
Papa pun mengangguk.
"Iya ma," ucap papa.
"Ya udah sayang kalau gitu sekarang kamu bersih-bersih ya. Setelah itu kamu bisa langsung makan malam," ucap mama.
Arzam pun mengangguk.
"Baik ma. Aku permisi ya ma pa," ucap Arzam.
Mama dan papa pun mengangguk. Arzam lalu beranjak dari sana.
Seraya berjalan, Arzam tersenyum miring.
'See? Gue yang menjadi pemenangnya di sini.' ucap Arzam di dalam hatinya.
.....
Tok Tok Tok
Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Calvin.
"Masuk!" sahut Calvin seraya menghentikan pekerjaannya.
Ceklek!
Maid masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Permisi tuan, ini saya bawakan makan malam untuk anda," ucap maid.
Calvin pun mengangguk. Maid lalu meletakkan makanan tersebut di atas meja.
"Saya permisi tuan." ucap maid lalu ke luar dari ruang kerja Calvin dan kembali menutup pintu ruangannya.
Calvin kemudian melirik jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangannya. Ia lalu mematikan laptopnya.
"Gak terasa ternyata udah lama banget gue ada di sini." gumam Calvin.
Calvin kemudian bangkit dari posisi duduknya untuk menikmati makan makamnya, pintu kamarnya kembali diketuk.
Tok Tok Tok
Calvin mengernyitkan keningnya.
"Ngapain lagi maid itu? Bukannya udah semua ya?" gumam Calvin.
"Ya masuk!" sahut Calvin seraya pindah posisi ke sofa lain di mana terdapat makan malamnya di sana.
......