Arzam kini sedang berada di dalam kamarnya.
"Ternyata akting gue bagus juga selama ini. Gak ada seorang pun yang tahu bagaimana gue yang sebenarnya. Gue akan terus bersikap baik di depan orang-orang supaya mereka mengira bahwa gue ini baik dan Calvin lah yang jahat."
Arzam bergumam . Arzam lalu dengan senyum liciknya.
.....
Calvin mengambil makanannya dan bersiap untuk memakan makanan tersebut.
Ceklek!
"Calvin!" seru papa yang baru saja memasuki kamar Calvin dengan mama.
Mendengar suara papanya, Calvin akhirnya mengurungkan niatnya untuk memakan makanannya.
Pintu kamar lalu ditutup oleh mama. Papa berjalan di depan menghampiri Calvin. Calvin lalu bangkit dari posisi duduknya.
Mama kemudian menyusul dan berdiri di samping papa.
Melihat raut wajah papanya yang terlihat sedang diselimuti oleh amarah, Calvin pun mengernyitkan keningnya.
"Ada apa?" tanya Calvin datar.
"Ada apa? Kamu masih bertanya ada apa?" tanya papa dengan sedikit emosi.
Calvin mengalihkan tatapannya ke arah mamanya.
"Ini ada apa ma? Aku benar-benar tidak tahu permasalahannya," ucap Calvin.
"Nak, apa benar bahwa kamu telah memecat Arzam di hari pertama dirinya bekerja tanpa alasan yang jelas?" tanya mama.
Calvin mengernyitkan keningnya dan sedikit terkejut mendengar hal tersebut.
"Apa? Aku memecat dia tanpa alasan yang jelas?" tanya Calvin.
"Kamu jangan berpura-pura Calvin! Kamu kenapa sih?! Kenapa kamu bersikap seperti itu pada Arzam? Dia salah apa sih sama kamu?! Meskipun dia hanya anak angkat di keluarga kita, tetapi bukan berarti kamu bisa bersikap sesuka hati kamu pada dia. Bagaimana pun dia adalah abang kamu. Walau hanya abang angkat. Kalian sudah bersama-sama sejak kecil nak," ucap papa.
'Dia benar-benar brengsek! Beraninya dia fitnah gue di depan orang tua gue sendiri? Sial!' umpat Calvin di dalam hatinya.
"Aku bukan orang yang seperti itu. Tapi terserah kalian mau percaya atau enggak. Perlu kalian ingat bahwa anak kandung kalian adalah aku! Bukan dia! Jadi kalau kalian lebih percaya sama dia, itu artinya kalian sudah tidak menganggap aku sebagai anak kalian lagi!" ucap Calvin dengan tegas.
Mama benar-benar shock dan cemas mendengar hal tersebut.
"Calvin, maksud mama dan papa bukan seperti itu nak. Tolong jangan salah paham. Mama mohon sama kamu ya nak tolong jangan pecat Arzam. Kalau Arzam salah melakukan pekerjaannya di hari pertama itu wajar kok nak karena dia kan belum memahaminya. Jadi kamu cukup memberitahunya ya nak tapi jangan dipecat," ucap mama memohon pada Calvin.
"Papa harap kamu bisa menarik kata-kata kamu tentang pemecatan itu. Tolong dipikirkan kembali, Calvin. Jangan gegabah." ucap papa.
"Terserah kalian mau berkata apa. Aku lapar dan aku juga ingin sendiri. Tolong ke luar dari kamar aku." ucap Calvin.
Mama dan papa menghela nafas mereka. Mereka lalu ke luar dari kamar Calvin dan meninggalkan Calvin di sana.
Saat mereka telah ke luar, Calvin kemudian mengunci pintu kamarnya.
Ia lalu kembali duduk di sofa dan mengusap wajahnya.
"Shit! Dia benar-benar licik!" umpat Calvin.
...
Keesokkan harinya,
Mama dan papa kini sedang berada di meja makan menunggu Calvin dan Arzam untuk sarapan pagi.
"Morning ma pa," sapa Arzam saat baru tiba di meja makan.
"Hai. Morning sayang," balas mama.
"Hari ini kamu tetap kerja di kantornya Calvin ya zam. Tadi malam papa sudah bicara dengannya," ucap papa.
"Memangnya gak apa-apa pa? Aku gak enak sama Calvin. Takutnya nanti dia pikir aku tukang mengadu," ucap Arzam.
"Gak apa-apa zam. Pokoknya kalau ada apa-apa kamu hubungi mama atau papa saja ya," ucap papa.
Arzam pun mengangguk.
"Iya pa. Makasih ya pa ma," ucap Arzam.
Papa dan mama pun mengangguk.
Tanpa mereka sadari, Calvin baru saja mendengar percakapan mereka saat dirinya baru saja akan memasuki ruang makan.
Calvin mengurungkan niatnya untuk sarapan pagi dengan mereka setelah mendengar percakapan mereka pagi ini.
'Nafsu makan gue hilang seketika.' ucap Calvin di dalam hatinya.
Ia lalu memutuskan untuk pergi ke kantor tanpa sarapan dan pamit pada kedua orang tuanya.
Sementara itu, mama, papa dan Arzam kini sedang menikmati sarapan pagi mereka.
Diam-diam Arzam tersenyum miring karena dia merasa menang.
'Gue akan bertemu dengan Jelyn setiap harinya. Dan lo gak akan bisa memecat gue. Even, gue akan menjadi orang pertama yang melanggar peraturan lo itu.' ucap Arzam di dalam hatinya.
Di tengah-tengah makan, mama tiba-tiba saja bersuara.
"Calvin kok belum ke sini ya? Tumben banget," ucap mama.
"Mungkin sebentar lagi ma," ucap papa.
Mama mempertajam pendengarannya saat dirinya mendengar suara mobil.
"Pa itu kayak suara mobilnya Calvin deh. Apa dia langsung berangkat ke kantor tanpa saran?" tanya mama.
"Bi! Bibi!" teriak papa.
Maid lalu menghampiri mereka.
"Iya tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya maid.
"Itu yang pergi siapa? Calvin?" tanya papa.
Maid pun mengangguk.
"Iya tuan. Tuan Calvin baru saja pergi," ucap maid.
Mama dan papa saling memandang seolah sedang berbicara.
Mengetahui hal tersebut, Arzam semakin merasa menang dan bahagia.
'Lagi dan lagi lo selalu merasa terasingkan meski di sini yang anak kandung adalah lo dan gue adalah anak angkat.' ucap Arzam di dalam hatinya.
.....
Jelyn dan Lia baru saja tiba di parkiran kantor. Mereka kini sedang melepas helm dan sedikit merapikan penampilan mereka.
"Jilbab gue peot gak Jel?" tanya Lia pada Jelyn untuk memastikan kondisi hijabnya saat ini.
"Sedikit Li. Lihat spion deh," ucap Jelyn seraya merapikan hijabnya juga.
Lia dengan segera melihat ke kaca spion untuk merapikan hijabnya.
"Oke udah. Jilbab lo agak miring tuh Jel," ucap Lia seraya merapikan hijab Jelyn.
"Dah," ucap Lia setelah selesai.
"Thanks Li." ucap Jelyn.
"Ya udah ayo masuk." ucap Lia.
Jelyn pun mengangguk. Mereka lalu melangkahkan kaki mereka memasuki kantor.
...
Calvin kini sedang mengemudikan mobilnya dengan pikiran yang kacau.
Calvin memijit pelipisnya.
"Kenapa semua ini harus terjadi ke gue sih? Kenapa si licik itu selalu saja beruntung? Padahal di rumah itu yang anak kandung adalah gue dan dia hanya anak angkat. Tapi kenapa gue lah yang justru merasa asing di rumah itu? Shit! Dia benar-benar licik. Dasar munafik!" umpat Calvin.
Tak lama, Calvin pun tiba di kantornya. Ia lalu turun dari mobilnya dan melangkahkan kakinya memasuki kantor.
Saat dirinya sedang berjalan di dekat kubikel Jelyn, langkah kakinya tiba-tiba saja terhenti saat dirinya melihat Jelyn.
Calvin lalu menghampiri Jelyn.
"Kamu ke ruangan saya sekarang juga!" ucap Calvin dengan tegas tanpa ekspresi.
Ia lalu pergi begitu saja setelah mengatakan hal tersebut.
Jelyn membulatkan matanya dengan sempurna. Teman-teman yang berada di sana termasuk Lia pun ikut panik dan bingung.
"Duh Jel ada masalah apa tuh? Perasaan gue gak enak,"
"Lo ada buat masalah memangnya Jel sama si bos?" tanya Lia.
Jelyn menggeleng.
"Gak ada Li. Kenapa ya?" ucap Jelyn bertanya-tanya.
...