Di rumah mewah Tuan Muda Edo.
Brak.
"Apa maksudmu?" teriak Edo murka di telpon. "Bagaimana mungkin akte tanah itu PALSU?!"
"Benar Tuan Edo," jawab lawan bicara Edo. Dia adalah pengacara Edo. "Saya sudah melakukan pengecekan nomer akte tanah di notaris. Akte yang Tuan Edo pegang, tidak terdaftar di notaris."
"Brengsek! Jangan bercanda denganku!" amuk Edo lantang dengan menggebrak meja kerjanya. "Cek sekali lagi!"
Nada suara pengacaranya tetap tenang dan kalem saat mendengar amukan bosnya, karena sudah terbiasa dengan ledakan amarah tuannya yang sering memaksakan kehendaknya. "Maafkan saya Tuan Edo. Saya menelpon anda karena saya sudah beberapa kali mengecek serta mengklarifikasi ke badan pertanahan negara, bahwa akte itu palsu dan fiktif.
Brak. Edo membanting ponselnya di meja.
"Sialan kamu, Barney!" umpat Edo dengan menyerakkan semua barang di meja kerja. "Ternyata kamu sudah tahu kalau Jenny akan mencuri akte tanah itu! Bisa-bisanya aku tertipu! Keparat!"
Tok-tok-tok.