Keesokan harinya.
Dengan tubuh remuk, Jenny kembali ke apartemennya. Tangannya yang gemetar beberapa kali menjatuhkan kunci apartemen. Sambil mengusap kasar air matanya yang terus mengalir deras, Jenny berusaha membuka pintu apartemennya.
Cklek. Brak.
Begitu pintu tertutup, Jenny segera berlari ke kamar mandi. Dinyalakan shower air panas sambil melepaskan semua pakaiannya. Jenny sedikit mengernyit merasakan sengatan di kulitnya saat air panas itu membasahinya. Dengan kasar, Jenny menggosok kuat-kuat seluruh tubuhnya, seolah yang dilakukannya sanggup menghilangkan semua sentuhan Edo pada tiap jengkal tubuhnya.
"Brengsek! Kurang ajar! Aaaaaa...," jerit Jenny histeris dengan menjambak rambutnya. Tidak dipedulikan rasa sakit di kepalanya. Hatinya terasa lebih sakit saat Edo mulai memperkosanya. Tidak hanya sekali, laki-laki bejat itu menyetubuhinya hingga tiga kali dalam semalam. Perlakuan Edo membuat dirinya merasa jijik pada tubuhnya sendiri.
"Hiks-hiks.."