Rama mengacak-acak rambutnya yang sudah mencuat kesana kemari. Dengan gemas, Rama mengusap wajah lelahnya. Rasanya Rama ingin menjerit histeris bin frustasi, menghadapi kepingan-kepingan puzzle yang baru terbentuk seperempat bagian. Seumur-umur, Rama tidak pernah bermain puzzle, yang katanya mengasah otak. Tetapi bagi Rama, ini bukan permainan mengasah otak, melainkan permainan membunuh otak.
Cklek. Blam.
"Aku pulang," salam Sinta setelah menutup pintu apartemen. Sambil melihat Rama yang duduk lesu di lantai dan berkutat dengan puzzle, Sinta segera melepas sepatu dan meletakkannya di rak. "Kamu baik-baik saja, Rama? Tampangmu seperti habis berperang dengan big monster level terakhir."
"Aaarrghhh..." Rama berteriak keras sambil merebahkan kepalanya di meja. "Aku lelah. Isi kepalaku rasanya sudah terbakar dan meleleh. Mungkin saat ini, otakku sedang dalam proses mengeluarkan lava panas."
