Nafas keduanya memburu keras di dalam kamar. Keringat dan hawa panas meningkat seiring panasnya intensitas percumbuan Dilan dan Diandra. Suara derit ranjang yang menjadi latar belakang penyatuan tubuh, tidak dihiraukan keduanya.
"Diandra sayang, akh.. kamu sangat-sangat nikmat," racau Dilan yang memompa tubuh istrinya di depannya.
Kedua tangan Dilan mencengkram pantat bulat Diandra yang sedang menjejakkan kaki dan lengannya di ranjang. Dilan berada di belakang tubuh istrinya, berlutut dan memaju-mundurkan tubuhnya, memasuki daerah istimewa Diandra. Sesekali kepala Dilan menengadah ke langit-langit, memejamkan mata, menikmati persetubuhan mereka.
"Di-dilan.. eng, akhhh..."