"Kamu yang pertama menggodaku dengan melilit tubuhku. Jika kali ini kamu tidak tidur dengan baik, aku akan segera menyerangmu. Mengerti?!"
Posisi tidak berdaya membuat Sinta menarik garis bibirnya dengan tegang. Tatapan marah ditujukan pada Rama yang menyeringai mesum. Kurang ajar.
"Lepaskan aku," berontak Sinta dengan berusaha menarik-narik tangannya yang dicengkram kuat oleh Rama diatas kepalanya. "Lepaskan aku."
"Kalau aku tidak mau? Aku sangat menikmati posisiku saat ini," gumam Rama di lekuk leher Sinta. "Kamu sangat menggairahkan, cantik."
Sinta menahan nafas sambil menggigit bibir bawahnya untuk mencegah erangannya keluar dari tenggorokannya. "Sialan Rama. Kamu membuatku terangsang," rutuknya dalam hati.
Kecupan dan gigitan bertubi-tubi di lehernya, membuat Sinta tanpa sadar mendongakkan kepalanya, memberikan akses lebih banyak pada Rama. Sprei diremas tangan Sinta dengan erat. Kedua kakinya pun bergesekan di ranjang, seolah sedang mengayuh sepeda.
