Di markas polisi, keesokan harinya.
"Undangan siapa ini?"
Rama menggeram jengkel dalam hati. Pertanyaan menyebalkan yang selalu dilontarkan padanya sebanyak undangan yang dibagikan. Dua puluh undangan, dua puluh pertanyaan pula yang dilontarkan. Jika hukum mengizinkan, maka akan terjadi pembantaian masal di markas polisi.
Rama menggerutu dalam hati. "Apa dia tidak punya mata, tidak bisa membaca? Apa perlu dikirim balik ke taman kanak-kanak? Bagaimana mungkin tulisan sebesar itu tidak bisa terbaca? Jelas-jelas tertulis di bagian depan undangan, dengan warna emas hingga membuat silau mata serta ukuran huruf yang tidak kalah besar dengan tulisan baliho di jalanan. 'The Wedding of Rama dan Sinta'. Kurang jelas apa coba?!"
"Wah, selamat ya Rama."
"Akhirnya kamu belah duren."
"Ck, ada juga gadis yang mau dengan laki eror macam dirimu."
"Kukira kamu pecinta jeruk."
"HA-HA-HA-HA-HA-HA-HA."