"Aku bisa jelaskan. Tapi sebelumnya aku ingin meminta maaf karena tidak sengaja meninggalkanmu di apotik itu."
Sinta menghela nafas panjang.
"Baiklah, katakan apa alasanmu."
"Aku.. aku ada tugas mendadak."
"Oke, tidak masalah," sahut Sinta cepat sambil mendorong pagar dan berjalan lambat ke arah teras rumah.
"Kamu.. sungguh tidak marah padaku?" desak Rama yang semakin merasa tidak karuan karena Sinta sama sekali tidak marah ataupun merongrongnya.
"Ck, kan aku sudah bilang aku tidak marah. Lagian untuk apa aku marah padamu?" tanya Sinta balik saat sudah tiba di teras dan ingin membuka kunci rumah. Kemudian dirinya teringat bahwa tas miliknya ada di mobil Rama. "Berikan tasku. Kunci rumahku ada di dalam tas."
Kepala Rama menunduk dan melihat tangannya yang sedang memegang tas milik Sinta. Kemudian Rama menyembunyikannya di belakang punggung. Hal itu membuat Sinta kembali mengeluh. Mata Rama mengikuti Sinta yang perlahan duduk di kursi teras, lalu memijat kepalanya.