Rama merebahkan diri dan memandang nanar ke langit-langit kamarnya. Entah kenapa hari ini dirinya merasa melankolis. Dilan tiba-tiba saja sudah menikah. Rasanya Rama seperti kekosongan dalam jiwanya, seperti ada yang hilang dalam hidupnya.
"Dulu, kita berdua ingin cepat dewasa agar bisa mengalami dan menikmati adegan dua puluh satu tahun ke atas. Sekarang, keinginan itu sudah di depan mata, tapi kenapa aku menjadi tidak bersemangat?" gumam Rama sambil meraih guling dan memeluknya erat. Hatinya sedikit galau karena keseruan demi keseruan masa muda yang dilakukan bersama sahabat baiknya hanya akan menjadi kenangan. "Ck, kayak aku sudah kakek berumur delapan puluh tahun saja."
Diantara batas sadar dan melayang karena mulai mengantuk, kenangan manis bin heboh saat masa sekolah, melintas di memori otaknya. Seulas senyum tersungging di wajahnya yang sudah tertutup matanya.
Cklek. Blam.
"Kunci pintunya, Dilan. Cepat, aku sudah tidak sabar lagi," desak Rama sambil menyalakan komputernya.