"Wah ternyata ruangan kerja Duke memang nyaman yah, pantas anda betah sekali disini." Sindirku terang-terangan, Lucius memang terkenal anti-sosial dan hanya mementingkan pekerjaannya. Bahkan di webtoon pun Lucius tidak pernah datang ke acara sosial pergaulan kelas atas bersama Viori, ia hanya datang setelah bertunangan dengan Mathilda.
"Bukankah Duchess juga punya pekerjaan yang harus diselesaikan?". Bibir Lucius tersenyum tapi matanya dingin, wah sudah menyeramkan saja masih tampan.
"Kalau maksud Duke tentang anggaran rumah, saya sudah menyelesaikan semuanya kemarin.". Dia tidak pernah menyuruh Mathilda untuk mengerjakan pekerjaan Duchess, dia bahkan menyuruh Reinhard untuk mengerjakan semuanya agar Mathilda bisa bersantai setiap hari. Ketidakadilannya benar-benar tidak bisa ditutupi, menyebalkan.
Ini sudah tiga hari sejak aku memutuskan untuk melakukan semua kegiatanku di ruang kerjanya. Walaupun para pelayan sepertinya kaget, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Aku dan Lucius kan suami-istri, masa aku tidak boleh menempel denganya, iya kan?
Sieghart juga masih dengan sabar mengikutiku dan menjagaku setiap kali aku pergi ke Istana Sirius. Aku masih belum tau apa yang harus kulakukan dengannya.
Aku sudah selesai membaca buku-buku yang dibawakan kepala pelayan, aku ingin membaca lebih banyak lagi tapi perpustakaan jaraknya jauh dan aku terlalu malas pergi kesana. Tidak kusangka pekerjaan seorang Duke semembosankan ini. Padahal di webtoon Lucius terlihat selalu melakukan pekerjaan yang penting dan berbahaya, tapi kesehariannya sungguh membosankan.
Aku akhirnya pergi ke dapur untuk bereksperimen membuat makanan manis yang tidak ada di dunia ini. Walau makanan utamanya memang enak-enak, hidangan pembukanya sangat membosankan. Kepala koki kaget bukan main saat aku main seenaknya masuk kedapur, aku benar-benar lelah melihat ekspresi kaget semua orang saat aku melakukan segala hal, kurasa Viori memang benar-benar tidak punya ketertarikan lain selain membaca buku.
Walaupun miskin, di kehidupan sebelumnya aku sering membuat cemilan manis dengan berbagai bahan-bahan murah dan sederhana, karena sekarang aku bisa menggunakan semua bahan yang ada, aku akan mencoba semua resep yang sering kutonton di Youtube!
Roti lapis buah, cupcake, cookies, creeme brulee, churros. Aku bisa membuat semuanya tanpa harus memikirkan harga bahan bakunya, dunia ini memang yang terbaik! Tanpa sadar aku membuat terlalu banyak, karena mubazir jika dibuang aku memberikan sisanya pada para pelayan dan koki. Ekspresi mereka kali ini bahkan lebih kaget daripada yang sebelumnya.
"Kebaikan hati Duchess tidak terkira! Kami tidak akan pernah melupakannya!" Salah satu asisten koki sepertinya hampir bersujud berterimakasih padaku. Para pelayan juga terlihat senang menerima makanan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
Aku masih tidak bisa terbiasa dengan adat di webtoon ini, karena berlatar kerajaan, segala macam kasta dan perbudakan masih merupakan hal yang umum. Para pelayan dan pesuruh selalu kaget setiap aku melakukan hal yang baik atau sedikit sopan saja pada mereka.
Tuk! Aku meletakan sepiring kecil cemilan di meja Lucius.
"Apa itu?" Ia bahkan tidak menoleh dari pekerjaannya.
"Cemilan."
"Aku sudah makan cemilan tadi."
"Kau kan memang hanya makan cemilan sebagai makan siang, makanya makanlah lagi. Bisa-bisa kau pingsan jika makan sesedikit itu."
Lucius yang gila kerja ini memerintahkan agar makan siangnya berupa apapun yang bisa dimakan tanpa mengganggu pekerjaannya, koki disini yang hanya terbiasa membuat makanan berat akhirnya membuatkan cemilan-cemilan ringan untuk Lucius. Walaupun kelihatannya karena pekerjaan, di webtoon dijelaskan bahwa sebenarnya Lucius tidak suka makan sendiri. Apalagi meja makan di istana sangat besar dan panjang, makan sendiri malah membuatnya makin kesepian.
"Lalu kalau kau mau, besok aku akan memasakanmu makan siang. Kalau kau tidak mau makan di ruang makan, makan disini saja." Walaupun menyebalkan aku tidak bisa tidak kasihan pada Lucius. Apalagi karena aku tahu betul latar belakang Lucius yang tidak diketahui orang-orang.
"Terserah padamu saja." Lucius masih ragu mencicipi cemilan yang diberikan Viori.
Viori yang tidak sabaran berdiri, menghampiri meja Lucius dan berusaha menyuapinya.
"Cepat, tanganku lelah habis memasak." Wajahnya tidak bisa lebih menyebalkan lagi ya.
Lucius ragu-ragu menerima suapan itu. "Terlalu manis." komentarnya.
"Dasar rewel, yasudah kalau tidak mau." Viori mau mengangkat piring kecil itu tapi Lucius menahannya, "Tapi aku mau memakannya." Lucius menghindari tatapan Viori dan melanjutkan pekerjaannya sambil memakan cemilannya.
Aku kembali terduduk dan menikmati creeme brulee sampai aku teringat bahwa Everard alias Sieghart sangat menyukai makanan manis, ia adalah orang yang biasa kau sebut sweet tooth. Bahkan saat ia menyamar sebagai Sieghart, para pelayan yang mengetahui hal ini sering diam-diam membawakannya makanan manis. Jelas karena mereka mau melihat wajah tampan itu tersenyum. Mungkin jika aku bersikap baik padanya dia tidak akan berusaha membunuhku kan? Mungkin saja dia akan berpikir untuk membalas dendam dengan cara lain.
Aku lalu membawakan sepiring cemilan keluar, didepan pintu seperti biasa Sieghart sedang berjaga sambil berdiri.
"Sir Sieghart, untuk anda." Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Lucius juga tampan luar biasa, tapi ia menyebalkan dan membuatku tidak bisa menahan frutrasi jadi sangatlah mudah bicara dengannya. Tapi Sieghart sangatlah lembut dan ramah, walaupun dia mencoba membunuh Viiori sebelumnya tapi aku tidak bisa berhenti membedakannya dengan malaikat dan Lucius dengan iblis.
"Tidak perlu merepotkan Yang Mulia, saya baik-baik saja."
"Saya memaksa." Aku tersenyum, perasaanku langsung membaik melihat wajahnya, sungguh bak malaikat.
Aku lalu kembali kedalam dan duduk saat aku merasakan tatapan dingin Lucius dari meja kerjanya. "Apa yang kau lakukan?"
"Bukan apa-apa." Aku mengidahkannya dan melanjutkan cemilanku.
---
"Lucius, jika kau tidak kemari dalam hitungan ketiga, akan kubakar seluruh dokumen yang baru saja kau tanda tangani." Aku sudah lelah membuatkan makan siangnya dan daritadi ia menunda-nunda saja.
"Kau tahu ancamanmu itu terhitung pemberontakan bukan?" Lucius mengeluh tapi tetap menurut dan akhirnya duduk disebrang Viori.
"Apa lagi ini?" Lucius masih tidak mengenali masakan-masakan buatan Viori walaupun sudah beberapa kali melihatnya.
Aku tidak bisa bilang kalau ini bento kan, aku berusaha membuat makanan yang mengeyangkan yang bisa disajikan dalam satu tempat, makanan di kerajaan ini memang enak, tapi ribetnya bukan main.
"Pokoknya makan saja, tidak usah banyak tanya." Lucius terlihat menikmati masakanku, baguslah. Setidaknya ia makan dengan benar, aku tidak bisa mengambil resiko membiarkannya jatuh sakit dan membahayakan nyawaku!
---
Setelah beberapa hari memasakan makan siang untuk Lucius, para pelayan dan koki akhirnya terbiasa dengan kedatanganku yang seenaknya, mereka juga mulai terbiasa dengan kebiasaaku memberikan makanan dan cemilan pada siapa saja.
Di hari kesembilan, Viori memutuskan untuk tidak menghabiskan waktunya di ruangan Lucius. Menghabiskan waktu memasak dan memandangi wajah Lucius memang menyenangkan, tapi Viori merasa ia butuh waktu untuk memikirkan rencana dengan serius dan tenang.
"Dimana Duchess, kenapa ia tidak kesini?" tanya Lucius pada Reinhard.
"Duchess sedang bersantai didekat taman bunga, Yang Mulia." Reihard tidak terbiasa dengan Lucius menanyakan keberadaan orang lain tanpa sebab.
"Minta juru masak untuk membawakanku cemilan untuk makan siang." Lucius yang sudah beberapa hari ini makan siang dengan Viori telah membatalkan seluruh pesanan makan siangnya yang biasanya.
Sore hari sudah tiba dan Viori belum juga kembali.
"Apakah Duchess sudah kembali ke Istana Altair?" tanya Lucius.
"Kata pelayannya, Duchess tertidur dibawah pohon sherman ditengah taman, para pelayan sudah berusaha membangunkannya tapi sepertinya Duchess kelelahan. Apakah perlu saya suruh ksatria untuk menggendongnya kembali ke Istana Altair?"
"Ya, suruh saja ksatria yang menemaninya menggendongnya kembali." Wah, dia tidak bisa lebih santai lagi ya, bisa-bisanya tidur di taman.
"Tunggu! Ksatria yang menemaninya Sieghart bukan?" Lucius menghentikan Reinhard yang sudah hampir keluar.
"Iya, Yang Mulia, Sir Sieghart yang menemani Duchess di taman."
BRAK! Lucius menggebrak meja dan berdiri.
Kali itu, pertama kalinya Reinhard melihat Lucius berlari tanpa penjelasan. Ia bahkan meninggalkan ruang kerjanya tanpa perintah apa-apa, Reinhard bingung apa yang sebenarnya terjadi.